Plot Twist Drama Bipang Ambawang

19 May 2021 09:08 1653 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Ternyata kue beras, bukan Babi panggang

Menjelang Lebaran di tahun 2021 ini ada penyataan mengejutkan dari Presiden Jokowi terkait promosi Bilang Ambawang. Berikut kutipan pidato Pak Jokowi:

 

"Untuk bapak ibu dan saudara-saudara yang rindu kuliner khas daerah atau yang biasanya mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online," kata Jokowi dalam video yang dilihat Tribunnews.com,Sabtu (8/5/2021).

 

"Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, siomay Bandung, empek-empek Palembang, bipang ambawang dari Kalimantan dan lain-lainnya tinggal pesan, dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah," katanya.

 

Ketika mencari kata "Bipang Ambawang" di internet, memang informasi yang akan muncul ialah Babi panggang. Makanan khas dari Kalimantan.

 

Begitu juga narasi yang berkembang di media sosial. Mengarahkan bahwa Bipang Ambawang merupakan Babi panggang. Disini pernyataan Presiden Jokowi menjadi kontroversial sebab dipersepsikan sebagai ajakan makan Babi saat Lebaran.

 

Padahal, tidak begitu juga. Boleh jadi kita bisa jadi salah paham berjamaah. Tidak menutup kemungkinan kontroversi pernyataan Presiden Jokowi terkait Bipang Ambawang ini berujung plot twist.

 

Plot Twist berarti alur cerita yang sengaja dipelintir sehingga memberi efek kejutan. Berasal dari dua kata yaitu Plot dan Twist. Plot berarti alur cerita dan twist berasal dari bahasa Inggris yang berarti melintir atau berputar.

 

Apa yang kita pikirkan dan sangkakan, sudah heboh dari awal boleh jadi keliru. Ini bukan tulisan buzzer atau pesanan dari mana pun. 

 

Bertepatan dengan Kenaikan Yesus Kristus

Mari kita berpikir dan sadari, 13 Mei 2021 selain Hari Raya Idul Fitri, juga bertepatan dengan Kenaikan Yesus Kristus.

 

Kerennya, kita menyebut hari libur nasional ini sebagai libur nasional kolaborasi antar agama. Jangan berpikir apa-apa. Ini hanya bertepatan saja harinya.

 

Kenyataannya kita sama-sama orang Indonesia yang menikmati hari libur nasional bersama. Secara libur panjang, siapapun tentunya ingin pulang kampung juga bukan? Terlepas apapun agamanya.

 

Karena kondisinya Pandemi, tidak boleh mudik. Maka konteksnya disini Presiden Jokowi menyarankan untuk memesan makanan khas daerah via online. Diharapkan dengan begitu mengurangi rasa rindu kampung halaman. Nah karena konteks secara nasional, seharusnya tidak ada masalah penyebutan Bipang Ambawang.

 

Bipang yang dimaksud Kue Beras

Mungkin jika tidak ada kehebohan soal "Babi panggang", banyak diantara kita yang tidak tahu bahwa kuliner Indonesia memiliki kesamaan nama namun jenisnya berbeda. Seperti Bipang, ada yang Babi panggang dan ada yang kue beras. Iya, kue beras, disebut juga Bipang, Jipang bahkan ada yang menyebutnya brondong.

 "Ini BIPANG atau JIPANG dari beras. Makanan kesukaan saya sejak kecil hingga sekarang. BIPANG atau JIPANG dari beras ini memang makanan hit sampai sekarang ya. Nuhun," tulis Fadjroel dalam akun twitternya @fadjroeL, Sabtu, (8/5/2021).

 

Klarifikasi dari pemerintah

Yang sebenarnya terjadi untuk meluruskan narasi yang salah terkait ajakan membeli Bipang Ambawang oleh Presiden Jokowi, bahwa konteks secara nasional, bukan ucapan selamat Idul Fitri. Ini soal kuliner lokal.

 

"Berkaitan dengan pernyataan mengenai Bipang Ambawang, kita harus melihat dalam konteks secara keseluruhan. Pernyataan Bapak Presiden ada dalam video yang mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai dan membeli produk lokal," ujar Lutfi selaku Mendag lewat keterangan video, Sabtu, 8 Mei 2021. Tempo.com

 

Pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Perdagangan meminta maaf terkait "Bipang Ambawang" itu.

 

Terlepas dari apa yang terjadi, memang teks pidato dari Presiden Jokowi terkait Bipang Ambawang itu kiranya menimbulkan kesalah pahaman. Mungkin kedepannya tim penyusun teks pidato Presiden bisa lebih teliti lagi.

 

Karena karakter orang Indonesia beragam dan berlatar belakang berbeda-beda. Ada yang terbiasa dan senang hati membaca hingga buku tebal seperti buku ensiklopedia. Sementara ada yang baca artikel berita saja cuma sampai judulnya saja sudah berkesimpulan.

 

Tapi tidak masalah, sisi positifnya. Dengan kehebohan Bipang Ambawang. Jadi semakin banyak orang mengenal makanan khas daerah.

 

Viral dulu, klarifikasi belakangan. Gak masalah juga ya strategi seperti ini digunakan. Cocok untuk promosi. Cara seperti ini juga sering digunakan pada zaman kerajaan Kuvukiland di masa Raja Tentacle II dalam misi propaganda kekuasaan di pedalaman Pasifik. *Haha canda Kuvukiland!!*

Tags

About The Author

Rianda Prayoga 48
Ordinary

Rianda Prayoga

Gak banyak bicara, sedikit cuek tapi lumayan ramah
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel