Ragi atau fermen adalah sejenis zat yang bisa menyebabkan berjalannya fermentasi dengan lancar. Ragi pada umumnya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan meida biakan bagi mikroorganisme bersangkutan. Media biakan ini bisa berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrient. Ragi pada umumnya digunakan dalam industri makanan guna membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti dan bir.
Mikroorganisme yang dipakai di dalam ragi pada umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang) seperti rhizopus, aspergillus, mucor, amylomyces, endomycopsis, saccharomyces, hansenula, lactobacillus, acetobacter, dan lain sebagainya.
Beragam jenis ragi yang dimanfaatkan pada beberapa negara sesuai dengan kebudayaannya masing-masing dibuat dengan memakai media biakan tertentu dan campuran tertentu dari galur fungi dan bakteri. Berikut adalah sebutan untuk ragi dalam berbagai kebudayaan antara lain sebagai berikut :
-
Qu atau chu dari Cina.
-
Nuruk atau meju dari Korea.
-
Koji dari Jepang.
-
Bakhar/ ranu/ murcha dari India.
-
Bubod dari Filipina.
-
Loopang dari Thailand.
Ragi tersebut di atas berkembang biak dengan dua cara yaitu secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi secara aseksual terjadi dengan proses bertunas. Tunas dibentuk pada bagian permukaan luar dari sel induk karena adanya pembelahan inti. Sebuah inti akan bermigrasi ke tunas yang bentuknya memanjang. Bahan dinding sel akan terbentuk di antara tunas dan sel induk disertai tunas memisahkan diri. Beberapa ragi seperti candida albicans akan menghasilkan sekelompok spora reproduktif aseksual yang disebut blastospora dan spora pertahanan hidup yang memiliki dinding tebal disebut dengan nama clamydospora.
Pada reproduksi seksual terjadi dengan spora seksual yang dikenal dengan istilah ascospora yang dihasilkan dari fusi inti terhadap dua inti diikuti dengan meiosis. Reproduksi seksual dianggap lebih jarang ada jika dibandingkan dengan reproduksi aseksual namun keberadaannya sangat penting untuk rekombinasi genetik.
Bagi anda yang memiliki hobi membuat roti maka salah satu bahan utama yang patut untuk diperhatikan adalah pemakaian ragi. Ragi merupakan makhluk hidup yang termasuk ke dalam golongan jamur. Maka dari itu untuk mendapatkan hasil roti yang sempurna anda harus mengenal dan mengetahui sifat ragi. Di sini ragi berfungsi mengembangkan adonan dengan bantuan gas karbondioksida yang dihasilkannya melalui proses fermentasi. Ragi juga memiliki fungsi untuk melembutkan gluten yang ada dalam tepung terigu. Â Â
Ada beberapa jenis ragi yang dapat dimanfaatkan guna membuat roti. Masing-masing jenis mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga perlu penanganan yang berbeda pula.
1/ Ragi basah / fresh yeast
Jenis ragi yang pertama ini banyak mengandung air yang menjadikan ragi jenis ini memiliki umur simpan lebih singkat yaitu rata-rata sekitar 2 sampai dengan 3 minggu. Ragi ini harus disimpan dalam kondisi suhu yang rendah yaitu maksimal 1 derajat celcius. Dimana ragi ini dijual dalam bentuk bongkahan atau blok yang dibungkus dengan wadah kedap udara dan kerap disebut dengan istilah cake. Untuk penggunaan skala rumahan disarankan membelinya dalam jumlah kecil saja.
Sebelum menggunakan ragi basah maka terlebih dahulu perlu mengaktifkan ragi ini terlebih dahulu. Potong-potong ragi sesuai dengan keperluan lalu larutkan dalam cairan air atau susu yang hangat-hangat susu. Tunggu hingga 5 sampai dengan 10 sampai larutan ragi berbuih. Ini tandanya bahwa ragi masih aktif atau hidup.
2/ Ragi kering / dry yeast
Berbentuk butiran-butiran kecil dan kering, dry yeast memiliki umur simpan yang lebih lama yaitu bisa bertahan hingga 6 bulan. Cukup disimpan dalam wadah kering yang kedap udara maka kondisi ragi akan tetap bagus. Sama seperti ragi basah, ragi kering membutuhkan proses pengaktifan terlebih dahulu sebelum digunakan dengan cara yang sama seperti tersebut di atas.
3/ Ragi instan / instant yeast
Jenis ini adalah jenis yang terakhir yaitu terbanyak ditemukan di mall-mall atau supermarket dan toko bahan-bahan kue di Indonesia. Memiliki bentuk butiran yang lebih kecil dari ragi kering, dimana hampir sama dengan dry yeast, umur simpan ragi jenis ini lebih lama. Bedanya adalah ragi instan tidak membutuhkan untuk melalui proses pengaktifan terlebih dahulu sebelum digunakan. Bisa langsung dicampur bersam dengan tepung, gula dan bahan-bahan membuat kue lainnya seperti yang ada di dalam resep. Ragi basah mempunyai kemampuan mengembangkan adonan menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan ragi instan. Keduanya akan menghasilkan aroma ragi yang lebih harum jika dibandingkan dengan ragi instan. Tinggal anda memilih ketiganya sesuai dengan kebutuhan.
Jangan bingung ketika menemukan resep yang memerlukan jenis ragi yang berbeda-beda dengan yang anda butuhkan di dapur. Ketiganya bisa saling menggantikan. 1 ragi instan memiliki takaran rata-rata 1,5 sampai dengan 2 ragi kering atau 2,5 hingga 3 ragi basah.
Demikian kami menjelaskan dengan singkat tentang artikel yang berjudul mengenal perbedaan jenis ragi untuk membuat aneka kue yang kami rangkum dari berbagai sumber berita. Semoga bermanfaat.
Â