Imperial College London.
Sejak jaman dulu Inggris adalah salah satu destinasi favorit pelajar asing untuk kegiatan pendidikan formal mereka. Meskipun biaya hidup di kota ini sangat mahal, tersedianya beberapa kampus berkualitas dengan fasilitas utama berupa bea siswa menyebabkan United Kingdom (UK) selalu diburu oleh pelajar asing.
Seperti aku, Sandra.
Sejak lulus sekolah menengah atas, aku memutuskan untuk kuliah di Imperial College London dan tinggal di apartemen kampus bersama beberapa mahasiswi dari luar kota London bahkan beberapa diantaranya adalah mahasiswi asing (dari Indonesia, Jepang dan Belanda). Kampus kami memiliki halaman yang sangat luas, rapi dan asri tertutup oleh rumput Jepang, terdapat beberapa gedung kampus utama, penginapan atau apartemen kampus diluar halaman, dan fasilitas pendukung lainnya seperti perpustakaan, kafe, auditorium, dan miniatur rumah sakit, berdiri anggung di pusat kota London.
Apartemen yang aku tempati terdiri dari dua kamar tidur, sebuah ruang tamu dengan sofa berwarna merah modern futuristik, kitchen minimalis namun tetap berkesan mewah, ruang makan merangkap ruang belajar kami bergaya Jepang tatami, dimana aku dengan nyaman tinggal bersama seorang kawan baru bernama Ellite.
Cerita tentang Ellite aku mulai.
Sebagai seorang wanita muda yang memiliki garis keturunan biru dari Spanyol, Ellite terbiasa hidup dalam rumah besar dan mewah, namun ia bercerita banyak tentang kehidupannya di masa lalu, kota Barcelona Spanyol, melewati hari – harinya penuh rasa kesepian karena kedua orangtuanya tidak mengijinkan Ellite untuk bergaul terlalu bebas.
Ayahnya adalah seorang pejabat negara di kota tersebut dengan gelar bangsawan, Sir. Ibunya adalah seorang perancang busana profesional dari warga biasa namun pesona kecantikan wajah, tubuh, mata dan rambut mencerminkan beliau seperti seorang putri bangsawan Inggris.
“ Saya seperti seekor burung rajawali dalam sangkar emas. “
Semua kebutuhan saya dipenuhi dengan baik oleh beberapa pelayan yang bekerja di rumah kami. Bahkan di dalam rumah mewah keluarga kami yang menyerupai kastil kuno di Skotlandia, kota Stonehaven (saya memiliki sekolah pribadi khusus untuk belajar bahasa asing bersama dengan saudara – saudara yang lainnya). Saya tidak memiliki teman yang banyak, hanya pelayan rumah saja namun membuat saya senang seperti halnya mereka karena saya adalah gadis penurut dan tidak pernah membantah peraturan keluarga besar kami.
Kastil keluarga Ellite.
Bukan sekedar bangunan tua peninggalan kakek untuk ayah kami pada abad pertengahan yang lalu, kastil kami terletak di atas bukit Juzcar desa kecil Juzcar, Spanyol dengan pemandangan laut lepasnya yang sangat menawan, dimana hampir setiap pagi ribuan burung camar dan burung – burung laut lainnya beterbangan menutupi pinggir pantai, menciptakan suara gemerisik yang selalu membangunkan kami dari tidur lelap kemarin malam.  Â
Saat usiaku bertambah dewasa, kedua orangtua saya memutuskan untuk memberikan kebebasan dalam menentukan hidup, jadi saya memilih kota London sebagai kota kedua setelah Barcelona untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut. Akhirnya saya bisa melihat dunia luar dimana mampu mengimbangi hasrat di dalam diri untuk mulai mengeksplorasi tubuh dan cinta.
Di kampus.
Ellite adalah idola teman laki – laki. Dia ramah, pintar bergaul, disamping sexy dan sangat cantik serta kaya raya. Hmmmmmm, apalagi belum pernah memiliki seorang pacar. Beberapa teman laki – laki terdekat kami berniat untuk serius menjadi kekasih dia, sementara aku adalah teman paling dekat dengannya berusaha membantu mendapatkan yang terbaik.
Seleksi dimulai dengan tiga puluh lima anak laki - laki. Kemudian dipersempit hingga enam cowok terkeren di kota ini. Kompetisi untuk memenangkan hati seorang putri raja bernama Ellite, berlangsung sangat ketat dari hari – hari sebelumnya dan kota London masih berjuang untuk memutuskan dimana hatinya benar – benar akan berlabuh ? Apakah dengan Maxon dari Amerika yang bisa membuat hidupnya seperti Cinderella dalam dongeng ? Atau dengan cinta pertamanya ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama dulu, Aspen ? Kota London sangat membutuhkan lebih banyak waktu. Dan aku tahu persis apa yang mereka harapkan, dimana kesempatan untuk memilih adalah tentang datang dan pergi.
Jadi di dalam kelas ini semua berfokus pada kota London, Maxon dan Aspen yang berusaha melupakan kehadiran orang lain dalam persaingan sempurna tersebut.
Aspen.
Desa asal keluarga Ellite adalah desa biru di Spanyol dan terkenal sebagai desa asal pencipta komik anak – anak dunia Smurf tinggal, menjadi incaran para turis mancanegara. Desa tradisional khas Spanyol ini menonjol karena rumah – rumah penduduknya dicat biru terang, sementara tokoh Smurf merupakan makhluk baik hati berkulit biru dan berukuran kecil yang gemar hidup dalm koloni besar.
Aspen adalah teman dekat Ellite sejak mereka duduk di sekolah taman kanak – kanak. Hingga sekolah tingkat atas, mereka selalu berdua bahkan beberapa pelayan mengira Aspen adalah pacar Ellite.
Hari Sabtu.
Pagi – pagi, Aspen sudah berada di halaman kastil keluarga kami. Aspen adalah laki – laki sederhana dan sangat tampan, berasal dari latarbelakang keluarga bangsawan seperti Ellite. Saya sangat senang menanti kedatangan dia dan biasanya akan menawarkan sarapan pagi bersama. Keluarga saya adalah keluarga karir dan mereka sangat sibuk sehingga jarang kumpul bersama untuk sarapan pagi. Namun saya tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut, karena setiap hari Sabtu Aspen selalu mempir ke kastil kami untuk menemani saya sarapan pagi. Pelayan kami sangat mengetahui makanan favorit kami, jadi sangat mudah mereka menyiapkannya seperti sepiring Spinach Raviolli With Salmon Cream, segelas Mocktails segar dan semangkok Vanilla Panna Cotta With Blueberry Sauce. Rasanya sangat lembut dan enak di lidah.
Kami berdua akan melanjutkan hari libur ini dengan bersepeda keliling desa. Tujuan kami adalah La Concha di San Sebastian, merupakan pantai terbaik di Eropa, terutama Spanyol. Kami berselancar atau hanya berjalan – jalan di sepanjang balkon untuk mencari restoran terbagus yang bisa kami kunjungi serta mencicipi menu andalan mereka, selanjutnya duduk – duduk santai di pinggir pantai sambil menikmati pemandangan alam yang indah. La Concha dikelilingi oleh tebing curam dan pulau - pulau kecil di sekitarnya, merupakan hutan bunga liar sebagai objek fotografer dunia dalam melukis karya – karya spektakuler mereka. Surfing juga permainan favorit di pantai ini, atau menikmati suasana pepohonan hijau yang khas di Spanyol seperti jejeran pohon palm hitam, merah atau kuning ketika musim buah tiba akan menambah semarak pemandangan pantai di La Concha San Sebastian.
Hingga Aspen berhasil lulus dari ujian terakhir sekolah menengah atas di Juzcar. Pertemanan kami juga harus berakhir meskipun menyedihkan karena Aspen memilih melanjutkan kuliah ke kota London. Hal yang sangat kurang menyenangkan di sekolah adalah sebuah perpisahan karena hal ini bisa membuat anda sedih dimana teman – teman akrab dan para guru tercinta akan kita tinggalkan untuk melanjutkan kuliah.
Pertemuan terakhir diantara kami adalah bandar udara internasional Barcelona, Aspen mencium lembut dahi ini sebagai salam perpisahan dan semenjak itu kami jarang berjumpa.
Jam menunjukkan pukul sebelas siang, Ellite mengakhiri cerita indahnya di masa lalu, hari ini adalah Sabtu dan kami tidak memiliki acara khusus di kampus, jadi hanya melewatkan waktu dengan ngobrol di kamar. Namun perut kami tidak mau diajak kompromi, aku memutuskan untuk membuat sesuatu yang bisa kami nikmati bersama, mencoba beberapa resep dari chef Elena Arzak di restoran mewah Caterer Search, San Sebastian Spanyol, hari ini akhirnya kami lalui berdua di dapur. Aku memasak beberapa hidangan sederhana ala nyonya Belanda jaman dulu, oliebollen cake dan sup jagung kental merupakan menu masakan yang dicampur dari bahan jagung, tepung, jamur, dan daging ayam. Kami sangat menyukai sup kental ini yang dimakan bersama roti panggang, rasanya persis seperti sup kental olahan chef Elena Arzak.
Malam berikutnya.
Sekarang, saya mencoba berpikir dengan Maxon saja, kami berdua adalah teman satu kelas di kampus, meskipun baru setahun berkenalan tapi kami mampu menjalin sebuah hubungan yang sangat akrab. Hingga suatu hari kami berkunjung ke rumah Maxon di sebuah desa kecil, terpencil dan bebas dari teknologi, desa Green Bank, bertemu kedua orang tua Maxon. Mereka ternyata cocok satu dengan yang lainnya, tapi saya merasa Aspen masih membayangi setiap langkah dan sikap dari Maxon, tentu hal ini berpengaruh buruk terhadap hubungan kami di masa depan, harus cepat – cepat diselesaikan.
Maxon adalah seorang pangeran baik hati dan Aspen sangat cerdas sehingga mereka bisa merumuskan rencana untuk menghentikan atau membawa perdamaian dengan memulainya dari sebuah pemberontakan kecil. Ini hanya firasat.
Mungkin sebuah teori dari yang saya ingat dan baca pada beberapa koleksi buku – buku sastra karya para pujangga pencari cinta. Juga, mungkin Aspen akan memukul Maxon setelah dia tahu kebenaran tentang hubungan diantara kami ? Atau perasaan gila ?
Untuk apa semua persaingan tersebut ? Saya benar - benar menyukai seleksi. Tentu saya berharap ini akan berakhir bahagia dan membutuhkan alur cerita lebih lembut dari sekedar permainan kencan biasa, tetapi jika saya harus uraikan satu per satu, saya akan berani mengatakan bahwa, “ Saya akan mengajak kencan dia, dan mungkin kami akan melakukan tindakan sembrono dan konyol. “ Seleksi adalah time killer yang sangat menyenangkan dan berani melihat ketidakmampuan untuk memenangkan harapan yang terlalu serius.
Green Bank.
Persimpangan, jalan kehidupan adalah sebuah pilihan yang harus ditetapkan sejak awal, karena ada begitu banyak persimpangan, bahkan tidak memandang waktu, apakah pagi yang segar atau ketika melihat matahari terbenam dan hari berlalu penuh warna.
Liburan kali ini Maxon ke Green Bank seorang diri tanpa ditemani oleh Ellite atau sahabatnya yang baik hati, Sandra. Tentu membuat kedua orangtuanya bertanya – tanya tentang kabar mereka ? Maxon hanya membalas dengan seulas senyum malas. Namun kedua orangtuanya mengerti. Seperti hati Maxon saat ini, direlung rasa terselip kehangatan, menyentuh senja terlihat sangat syahdu di tengah ladang bunga mawar keluarga kami, akau tersenyum ………. dan malam pun mulai datang. Â
Â