Kisah tentang Dua Ekor Angsa dan Penghuni Danau

30 Apr 2021 13:00 2939 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Kisah tentang dua ekor angsa dan penghuni danau.

Sebuah perjalanan panjang menuju ke tepi danau Windermere di Inggris.

Kami membutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan mengendarai sebuah kereta kuno dimana aku duduk di dalam gerbong paling belakang yang memiliki desain interior terbuat dari kayu dicat cokelat. Terlihat sangat klasik dan nyaman.

Wajahku diterpa angin pegunungan yang cukup dingin bertiup melalui jendela gerbong yang aku biarkan terbuka. Kedua mataku melihat asap berwarna putih adalah uap berasal dari cerobong di bagian kepala kereta bernama Thomas, beterbangan ditiup oleh angin hingga ke gerbong paling belakang dimana aku duduk seorang diri. Walaupun kereta kuno beruap ini adalah penyumbang uap terbesar yang menyebabkan polusi udara melalui asap – asap yang keluar dari batu bara yang dibakar untuk mengoperasikan mesin sehingga kereta bisa berjalan dengan cepat dan lancar, tapi masyarakat di pedesaan tetap suka memakainya dalam fungsi asli. Ia adalah salah satu transportasi milik pemerintah Inggris yang cukup populer dipakai sejak awal abad ke 18.

Kami tiba di tepi danau Windermere ketika hari menunjukkan pukul sepuluh pagi, aku turun dari kereta lalu mengantri untuk bisa mendapat selembar karcis naik kapal, kami akan mengelilingi danau terbesar di wilayah Lancashire. Danau Windermere merupakan sebuah danau yang sangat panjang dimana kami memerlukan waktu 3 jam untuk mengeksplorasi keindahan setiap sudut danau. Kapal wisata yang aku tumpangi mempunyai 2 deck yaitu lantai satu adalah ruang tertutup dan terbuka pada bagian depan kapal, sedangkan di lantai 2, keseluruhan ruang terbuka. Aku merapatkan jaket karena angin danau terlalu kuat dan dingin menusuk hingga ke tulang dan tak ada yang bisa bertahan lama untuk berdiri di sini. Sekali waktu , aku keluar deck untuk menjepret foto - foto pemandangan alam yang sangat cantik. Tak terasa waktu berlalu, kapal ini berlabuh di dua stasiun yaitu Ambleside dan Bowness on Windermere.

Aku memilih untuk turun di stasiun kedua yaitu Bowness on Windermere, di sini banyak terdapat burung camar (Seagull), bebek dan angsa yang sangat akrab dengan kru dan penumpang kapal, mereka suka berenang di dekat kapal – kapal yang berlabuh dan terkadang usil meminta secuil roti kering dari para penumpang kapal. Momen tersebut sangat menarik perhatian anak – anak dan orang dewasa. Beragam aksi lucu dan unik kerap dilakukan oleh burung – burung camar itu untuk memperoleh secuil makanan yang dilempar dari atas kapal atau dermaga.

Perjalanan selanjutnya adalah ke wilayah Ambleside lalu kembali ke Lakeside. Hal ini sangat menarik karena penumpang kapal bisa melihat tepian danau Windermere dari dua sisi yaitu sisi kanan saat akan pergi dan sisi kiri ketika mereka pulang. Di sepanjang tepian danau, banyak dijumpai beberapa rumah mewah di atas pohon dan yatch club untuk berlibur dan mengadakan sebuah pesta akhir pekan bersama keluarga dan teman - teman.

***                                                                                               

Dengan riang hati aku melangkahkan kaki ini menuju ke rumah Oma dan Opa di pinggir danau. Mereka memiliki sebuah rumah pohon yang paling indah di seluruh dunia bernama Chewton Glen, Hampshire, terdiri dari 5 tree house pribadi, dua di antaranya adalah kategori suite. Rumah mereka dibangun di atas lahan sekitar 130 hektar di pinggir hutan Chewton Glen, Hampshire yang berdekatan dengan daerah wisata New Forest National Park. Ruang tamu mempunyai ukuran jendela cukup besar dimana kami bisa menikmati pemandangan alam dengan panorama yang luar biasa mempesona. Pada bagian teras, terdapat hot tub dan kursi malas, rumah ini berada 11 meter di atas permukaan tanah. Akses menuju ke suites yang mengambang adalah melalui beberapa tangga besi.

Mencari sesuatu yang menarik dan berbeda ketika anda sedang berlibur adalah sebuah pengalaman yang bisa anda ceritakan saat kembali ke kota. Seperti yang aku alami saat ini, bermalam di rumah Oma dan Opa di atas sebatang pohon besar dan mencoba menu makan malam paling istimewa, merupakan sebuah peristiwa yang dapat memberikan anda kenang – kenangan untuk tetap diingat, dimana anda dapat beristirahat atau melepas lelah sambil mencari kedamaian yang menyatu dengan alam, menjelajahi sisi pedalaman dari hutan – hutan lindung dengan berjalan kaki di pagi hari, menaiki kuda atau kayak.

***

Pagi hari.

Aku adalah Maia. Menyapa sinar mentari pagi yang malu – malu menyelinap ke teras rumah pohon kami, aku duduk santai sambil menikmati secangkir kopi panas dan sepotong roti coklat buatan Oma. Tiba – tiba telingaku mendengar sebuah percakapan ringan dari salah satu dahan pohon, di sebelahku. “ Kita akan pergi memancing hari ini di tengah danau. Aku berharap bisa bertemu beberapa ekor ikan salmon atau kura – kura muda. “ “ Ya. Seperti yang dilakukan oleh beberapa nelayan liar yang sedang berlibur di pinggir danau ini. “ Mereka adalah dua ekor burung Beo, Iris dan Nyx, sedang merencanakan sesuatu. Dan benar, musim liburan kali ini adalah waktu yang tepat buat nelayan – nelayan muda dari kota untuk menangkap ikan atau kura – kura di tengah danau.

Kemudian Oma bercerita bahwa di dasar danau terdapat goa ajaib yang dihuni oleh seekor ikan hias bernama Guppy dan di seberang danau bersarang dua ekor angsa putih yang sangat anggun dan cantik jelita bernama Rhea dan Selena. Mereka bertiga sangat akrab satu dengan yang lainnya. Ketika aku menyadari bahwa rencana nelayan – nelayan liar dari kota akan membahayakan kehidupan mereka, aku bermaksud memberitahu mereka agar menyelamatkan diri sehingga terhindar dari jala sang nelayan.

Aku turun dari rumah pohon lalu melangkahkan kaki ke seberang danau yang tidak begitu jauh. Akhirnya aku berjumpa dengan Rhea, sang angsa betina yang sedang berendam di pinggir danau. Aku menyapa mereka, “ Wahai angsa putih, namaku adalah Maia, aku tinggal di rumah pohon milik Oma dan Opa di seberang danau ini. Aku mendengar sebuah kabar burung tentang rencana nelayan liar dari kota untuk menangkap sejumlah ikan dan kura – kura di tengah danau. Tidakkah kalian merasa khawatir ? “ “ Senang sekali berkenalan dengan anda wahai anak manusia. Kami para penghuni hutan sudah terbiasa dengan kabar – kabar buruk tersebut karena setiap tahun ketika musim semi menjelang, mereka selalu datang ke danau ini untuk berbagai keperluan. “ Seekor kura - kura jantan dewasa bernama Nike mendengar percakapan mereka lalu datang menghampiri, dia berkata kepada angsa dan Maia, “ Apa  yang  akan  kita  lakukan selanjutnya karena setiap tahun nelayan  –  nelayan  tersebut  slalu  mengganggu  kehidupan  kami  di  danau  ini !? “ “ Aku akan membantu kalian, mungkin aku bisa melakukan yang terbaik sehingga sekelompok ikan – ikan langka di dasar danau bisa selamat ”.       “ Aku adalah seekor kura – kura hutan yang hampir punah di desa ini, aku berasal dari Brazil dalam spesies florida turtle atau red eared slider dan sekali waktu pernah melewati saat – saat yang sangat mengerikan, pada jaman dahulu kala ”, jelas sang kura - kura. “ Apabila engkau bisa menolong kami untuk pergi ke danau yang lain atau tempat – tempat yang aman, kami akan sangat berterimakasih.”       “ Tapi engkau tidak akan kuat merangkak seorang diri menuju ke tempat lain dan kondisi sangat tidak aman di tengah hutan belantara, banyak ada binatang buas seperti harimau yang sedang kelaparan, mereka sewaktu – waktu bisa menyerangmu dan justru hal tersebut membuat komunitasmu semakin langka. “ kata angsa penuh rasa khawatir.

“ Aku ada ide, Oma bercerita bahwa di dasar danau terdapat sebuah goa ajaib sebagai rumah seekor ikan hias cantik yang bernama Guppy, jika suatu hari sekelompok nelayan tradisional datang ke tempat ini untuk menangkap kalian, engkau bisa bersembunyi di dalamnya. Janganlah keluar sampai situasi di sekitar danau aman. “

Bersamaan dengan ide brilian dari Maia, ikan hias Guppy berenang ke tepi danau dan bergabung dengan mereka, “ Aku dengan senang hati membantu kalian J Mampirlah ke rumahku di dasar danau, aku mempunyai mantra sakti sehingga manusia biasa seperti anda juga bisa bermain ke sana. “ Dengan senang hati Maia dan Nike menyetujui ajakan Guppy.

Suinnnnnnggggg, kedua teman – temannya itu disuruh memejamkan mata. Lalu dalam hitungan sepuluh jari, mereka telah tiba di dasar danau tepat di depan pintu goa ajaib bernama goa Hira yang sangat indah.

Pada jaman dahulu kala, nenek moyang ikan hias Guppy membangun sebuah goa kecil yang disebut dengan nama goa Hira. Di dalam goa berukuran sempit tersebut hanya bisa dihuni oleh lima mahluk. Medannya cukup sulit karena terletak di pinggir jurang yang sangat terjal. Tidak dijumpai titian tangga buatan yang memudahkan penghuni menuju ke lantai atas. Kami harus mendaki dengan melewati batu – batu terjal yang terbentuk karena alam dan sangat licin sehingga harus berhati – hati. Jalan bertangga ini tersedia setelah kami melewati gang terjal dan sempit sebanyak ¾ perjalanan, namun ketika kami tiba di lantai atas, kami bisa sedikit santai karena sudah tiba di dalam goa. Pada masing – masing jendela tertulis huruf unik berbunyi Ghor Khira dengan memakai tinta emas, artinya sebuah tempat tinggal yang sangat nyaman. Di atas dinding yang terbuat dari batu tertulis dua ayat awal dari surat Al Alaq dengan memakai cat berwarna hijau. “ Di dalam goa ini kami selalu menyempatkan diri untuk berdoa supaya diberikan keselamatan kehidupan yang abadi di dunia dan akhirat. Apakah kalian ingin seperti kami ? Karena dengan berdoa kami yakin akan slalu diberkahi, atau bisa merasakan sulitnya sebuah perjalanan berat dan panjang yang dilakukan oleh Rasulullah untuk mencapai ruang goa yang sangat sempit di dasar danau ini. Jika kalian merasa penasaran, lakukanlah sebait kata – kata pujian untuk penguasa alam semesta saat ini, kalian akan merasakan manfaatnya yang luar biasa. “

Nike, si kura – kura jantan dewasa merasa senang bisa berkunjung ke rumah Guppy yang sangat kecil namun nyaman untuk ditempati. Tetapi Nike tidak bisa tinggal bersama mereka karena memiliki ukuran tubuh yang sangat besar, kami pun memutuskan untuk kembali saja ke darat.

Menjelang sore, Maia kembali ke rumah pohon dan mengundang teman – temannya untuk bergabung makan malam menikmati sajian istimewa yang dimasak oleh tangan – tangan dingin Oma, sangat lezat. Ada cold cuts (berupa smoked ham dan cold fish). Entrees menu berupa meat stew dan lasagne, grilled : hamburger dan minute steak, dan sweet or dessert berupa English cake dan fresh fruit cake serta minuman dingin penggugah selera makan. Kami makan sangat lahap, seiring dengan malam mulai turun menyelimuti bumi dan sekeliling hutan di pinggir danau menjadi gelap gulita.

Jarang anda bisa menemukan keindahan alam seperti di sini. Kamarku menghadap ke arah pegunungan yang dikelilingi oleh pohon - pohon cemara hutan yang tinggi. Juga, dari jendela kamar, samar - samar terlihat gemerlap lampu - lampu rumah dan bangunan lainnya di hotel. Semakin kita memperhatikan dan memandang, pesona alam di pinggir danau menyerupai taburan berjuta bintang kejora di langit. Karena rumah kami berada di atas pohon, terpaan angin malam dari sekitar pegunungan terasa sangat dingin menusuk tulang dan kulit tubuh ini. Kian malam udara semakin bertambah dingin. Namun aku suka menikmatinya.

Begitulah, hari ini aku segera terlelap dalam tidur malam yang sangat nyaman.

***

“ Wahai angsa – angsa cantik, tidakkah kalian bisa membantuku dengan mengangkat tubuh ini ke suatu tempat dimana aku bisa hidup dengan aman tanpa diganggu oleh nelayan – nelayan liar yang sangat brutal memangsa kami setiap tahun ? “ pinta sang kura - kura sambil menghayal bahwa tempat itu pasti akan membuat dia merasa bahagia.

“ Bagaimana kami bisa melakukannya ? ” tanya angsa. “ Masing - masing dari kalian bisa memegang sebatang tongkat kayu cemara hutan yang kuat, letakkan pada paruh kalian, kemudian aku akan memegang bagian kayu di tengahnya dengan gigi dan mulutku. Selanjutnya, kalian dapat menerbangkan aku ke tempat yang baru tersebut ”, jelas  kura -  kura. “ Rencanamu sangat bagus sekali ”, kata angsa. “ Namun engkau harus memperhatikan syarat utama dari kami bahwa jangan pernah membuka mulutmu untuk berbagai keperluan selama dalam perjalanan jauh di udara. Karena hal ini sangat berbahaya dan dapat membuat kamu terjatuh. Camkan itu ! ”

“ Jangan khawatir ! Aku tidak akan sebodoh itu. ” jelas kura - kura. Mereka membuat rencana tanpa mengundang Maia, bahwa ketika musim semi kedua tiba nanti, Rhea dan Selena akan terbang menuju ke desa tetangga dimana terdapat sebuah sungai besar yang sangat nyaman untuk dihuni oleh kelompok kura – kura langka seperti Nike, mereka berdua akan mengangkat temannya dengan cara tersebut di atas, di kayu, lalu terbang sangat tinggi menuju ke langit maha luas.

Ketika tiba di sebuah peternakan domba di desa kecil Clovelly yang sangat cantik, beberapa penggembala domba miskin melihat ke atas langit, ada dua ekor angsa putih yang sangat anggun sedang membawa sesuatu berwarna hijau kehitaman dan sangat buruk rupa, kontras sekali dengan kecantikan dari dua ekor angsa tersebut. Mereka spontan tertawa dan berusaha menarik perhatian mereka dengan berbagai cara agar si buruk rupa mau menyapa gerombolan penggembala domba miskin tersebut, “ Hai si buruk rupa, lihatlah kami di bawah ! Angsa - angsa undan tersebut sangat cantik jelita dengan kedua sayap mereka yang lebar dan berwarna putih bersih, sementara engkau terlihat begitu aneh di langit yang berselimut awan biru, apakah engkau adalah kura – kura hutan dan hendak kemana ? “

Mendengar kata - kata penuh ejekan dan bernada begitu kasar dari para gembala domba nun jauh di bawah sana,

Nike lupa diri dimana saat ini dia sedang berada di atas langit dan harus berhati – hati supaya tidak jatuh, ia malah berteriak lantang dengan marah, “ Kamu adalah penggembala domba yang sangat miskin ! “ Seusai melontarkan kata – kata penuh amarah, ia membuka mulutnya dan mulai kehilangan genggaman yang sangat kuat pada sebatang ranting kayu dan dia pun jatuh terpelanting ke tanah. Pingsan !

Beruntung sekali diantara gerombolan penggembala domba miskin dan liar tersebut, ada seorang remaja laki – laki bernama Edensor iba dengan kondisi tubuh kura – kura yang terluka parah. Ia pun segera membantunya, membawa si kura – kura jantan dewasa tersebut ke seorang tabib sakti di pinggir hutan. Kedua angsa, teman dari si kura – kura, tak ingin melihat kehancuran teman terbaik mereka, memutuskan untuk turut mengantar Nike berobat ke rumah tabib sakti.

Berkat pertolongan dari Ilahi, akhirnya Nike sembuh. Ia pun kembali ke danau  Windermere bersama kedua sahabatnya, angsa undan. Namun ia memutuskan untuk ikut Maia ke kota London, ketika masa liburannya usai. Nike tinggal di dalam sebuah kolam yang sangat luas seorang diri dan dia menemukan rasa nyaman yang tak bisa dilukiskan dengan rangkaian kata – kata puitis.

Cerita ini pun usai, anda harus tetap mengingat dan memasukkan ke hati paling dalam bahwa sekecil apa pun sebuah nasehat, patut untuk diperhatikan karena mengandung nilai – nilai akan makna sebuah kehidupan yang maha tinggi.

 

About The Author

Utamii 69
Expert

Utamii

Suka membaca dan menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel