Mediatheque de Monterblanc, sebuah desa kecil yang memukau di Prancis.
Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang anak laki – laki yatim piatu bernama Lucay, ia berprofesi sebagai seorang nelayan seperti yang dilakukan oleh kedua orangtuanya ketika masih hidup. Setiap hari ia menangkap ikan lalu menjualnya ke pasar.
Pada suatu hari seperti biasa ia melaut. Cuaca sangat buruk sehingga hari ini ia hanya mendapatkan beberapa ekor ikan tuna dan seekor ikan hias bernama Juvenile Emporer Angel Fish (jenis ikan hias ini terkenal diantara para nelayan dan penyelam, sangat indah dan menarik perhatian dengan warna biru tua dan biru muda serta warna putih melingkar di area mata dan badan. Sedangkan ikan dewasa memiliki warna kombinasi berupa garis - garis kuning, hitam dan biru di sekitar mata. Ikan hias ini memiliki waktu berkembangbiak sekitar 4 tahun menjadi ikan dewasa dan mencapai panjang kurang lebih 40 cm).
Lucay buru – buru menjual ikan tuna kepada para pembeli dan ia menyimpan ikan hias di dalam kantong plastik untuk dipelihara. Uang hasil menjual ikan hari ini ia gunakan untuk membeli kayu bakar dan beberapa lembar white bread, sebotol mentega, beberapa butir telur, sepotong keju dan empat botol wine. Tak lupa ia membeli sekantong buah anggur untuk teman – temannya di rumah, beberapa ekor burung hutan.
Ketika tiba di rumah, dia menggali sebuah kolam kecil, dan menempatkan ikan hias tersebut di sana. Kemudian dia melakukan kegiatan sehari – hari seperti memasak, menu makan siang hari ini sama dengan hari – hari kemarin, sangat sederhana dan apa adanya, sepiring sandwich telur isi sayur segar dan puding buah stroberi. Hmmmmmmm, lezat ! Ia pun memulai makan siang bersama beberapa teman – temannya, seekor burung Jiblek Prinia Familiaris, seekor burung Glaucous Macaw yang pintar menirukan suara manusia, seekor burung Kenari Border, Kenari Gloster, Kenari Norwich, dan burung Kenari Cinnamon. Mereka sangat lahap memakan buah anggur beserta biji – bijinya.
Setelah makan siang, Lucay menyempatkan dirinya untuk tidur siang di atas kasur gantung di belakang rumahnya, karena kelelahan, ia segera terlelap dan berharap keesokan harinya dia bisa bangun lebih pagi untuk menangkap ikan – ikan dalam jumlah lebih banyak. Dia berencana akan membawa bekal sebotol wine dan beberapa potong sandwich, makanan favoritnya. Sandwich terbuat dari potongan roti tawar namun antara satu negara dengan yang lainnya memiliki cara penyajian dan model yang berbeda. Seperti di Amerika Serikat, Inggris, Skandinavia, Skotlandia dan Rusia.
Di Amerika Serikat, sandwich memakai jenis roti seperti bread roll dan focaccia. Makanan ini mudah dijumpai pada restoran cepat saji. Sajian yang menyerupai sandwich adalah hamburger meskipun tidak memakai potongan roti tawar.
Di Inggris, sandwich dikenal dengan istilah butty dan sarny. Sandwich jenis ini berisi irisan daging bacon dan olesan mentega atau bisa diganti dengan mayones. Di Skandinavia, ada sejenis makanan yang disebut dengan open sandwich yang memakai sepotong roti dengan irisan daging, pasta ikan laut, dan taburan keju di atasnya, mereka menata secara sembarang di atas potongan roti, di Rusia, sandwich jenis ini disebut dengan buterbrod.
Lucay sangat menyukai empat jenis sandwich yang populer di seluruh dunia : ada club sandwich (terdiri dari tiga helai roti tawar putih, isi daging, sayuran segar dan mayones). Grilled cheese sandwich (terdiri dari tiga roti tawar, dioles mentega, selembar keju, dan daging smoke yang dipanggang). Tuna melt (terdiri dari dua helai roti gandum, tuna cincang, berbagai macam isi sandwich pada umumnya lalu dipanggang). Ada peanut butter and jelly sandwich (terdiri dari dua lembar roti gandum, selai kacang, dan selai buah). Terakhir adalah submarine sandwich yaitu dua lembar roti diisi daging ayam, saos pizza, dan irisan sayur segar.
Keesokan hari.
Ia benar – benar bisa bangun pagi dan mempersiapkan semua bekal termasuk jala, pancing, umpan, dan topi lebar dari anyaman bambu. Hari ini dia akan menangkap ikan hingga sore hari dan akan pulang saat matahari sudah terbenam di perut bumi.
Di pantai.
Indah, di pagi hari yang dingin, cerah dan sejuk adalah waktu dimana sang fajar mulai datang ditemani oleh kilau embun pagi di atas dedaunan, sementara burung – burung camar bersantai di atas pasir putih sambil mendendangkan kata – kata pujian sebagai ucapan selamat pagi kepada alam semesta. Â
Malam hari, ketika dia pulang ke rumah, ia heran dan terkejut ! Karena mendapati rumahnya sangat bersih, setiap ruangan dan pekarangan telah disapu padahal selama dia pergi tadi pagi, kondisi rumah selalu berantakan. Apakah mungkin ada seorang peri baik hati datang dan membantu dia membersihkan rumah ? Dan bila benar, atas kebaikan tetangganya tersebut, dia akan menghadiahkan mereka sekotak ikan tuna bakar beserta saos pedas. Lalu dia berdoa agar tetangganya mendapat berkah berlimpah dari Tuhan.
Hari selanjutnya !
Seperti biasa dia bangun pagi, dengan perasaan riang dia menengok ikan hiasnya yang ada di dasar kolam. Ia memberi makan berupa biji – biji bunga matahari dan biji – biji bunga teratai, lalu pergi untuk bekerja lagi, melaut, menangkap ikan. Hasilnya ia jual di pasar. Menjelang malam hari, dia pulang ke rumah dan menemukan kembali rumahnya sudah menjadi bersih dan sangat rapi. Bahkan di meja makan terpasang sebuah vas bunga dengan beberapa tangkai anggrek hutan dari jenis Ascocentrum Miniatum berwarna kuning. Sekali lagi ia heran, dan berusaha menenangkan pikirannya, dia menghibur dirinya sendiri dengan memandangi kolam ikan berisi seekor ikan hias paling cantik di dunia ! “ Wahai putri ikan, seandainya engkau tau siapakah orang yang telah berbaik hati menolong aku, karena setiap pulang dari laut, rumahku selalu bersih ! “
Adalah si burung Beo liar teman dari burung Kenari peliharaannya, menyapa dia dari atas pohon apel di pinggir kolam, “ Lucay, sebaiknya engkau pergi saja ke kafe terdekat di balai desa, tanyakan kepada Lady Belanda yang suka berbelanja di sana, siapakah kira - kira yang telah berbaik hati merapikan rumah anda ? “
Di kafe, Lucay menceritakan semua kisahnya kepada Corybas, pemilik dan pengelola kafe shop mini tersebut. Dia menyarankan untuk mengunci pintu pagar rumah dan seluruh jendela serta semua pintu masuk sebelum berangkat ke laut dan membawa serta semua kuncinya, sehingga tidak ada orang – orang jahil yang bisa masuk ke sana. Namun Lucay tidak yakin dengan nasehat sang teman. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak bekerja keesokan harinya, dia hanya berpura - pura saja akan keluar rumah untuk melaut.
Di pagi hari, seperti biasa dia mempersiapkan diri untuk bekerja, membuka pintu dan menutupnya kembali, tetapi dia memanjat tembok dan masuk kembali melalui jendela loteng, ia bersembunyi di ruang tamu, di kolong meja dimana tak seorang pun bisa melihatnya.
Ketika jam berdentang sembilan kali, tiba – tiba ia melihat seberkas cahaya muncul dari sela – sela lubang pintu di bagian bawah. Saat itu juga dia menyaksikan sebuah keajaiban dunia sedang terjadi di dalam rumahnya, ia melihat ikan hiasnya sudah berada di tengah ruangan dan menggoyangkan ekornya berkali – kali hingga berubah menjadi seorang gadis yang sangat cantik jelita. Ia mengenakan jubah putih seperti para gadis bangsawan dari kerajaan kuno Roma di Italia, dan meninggalkan pakaian lamanya berupa kulit ikan yang bersisik dan bau amis. Anak nelayan tersebut mengingat sebuah cerita pengantar tidur dari kedua orangtuanya ketika mereka masih hidup, bahwa jika dia melihat mujizat dari alam semesta, ia harus cepat – cepat mengambil benda yang tertinggal dan segera membuangnya ke dalam perapian di ruang tamu sehingga keajaiban tersebut tidak akan lari dari kehidupannya. Hal itulah yang ia lakukan !
“ Wahai anak nelayan, kenapa engkau melakukan itu ? Kamu seharusnya tidak melakukannya !? Karena saya di sini akan selalu membantu keperluan anda. “ pinta wanita cantik itu, “ Tetapi anda jangan khawatir, saya tidak akan marah, nama saya adalah Ortygia, putri laut dari kerajaan Mutiara Hitam di dasar samudra Titan Olimpus, Yunani. “ “ Maafkanlah saya wahai tuan putri, nama saya Lucay, saya adalah seorang nelayan biasa di desa ini dan kedua orangtua saya sudah lama meninggal dunia. Apa yang bisa saya bantu karena gaun tuan putri telah terlanjur saya bakar ? Tentu tuan putri tidak bisa lagi kembali ke dunia air ? “
***
Kisah peri ikan Ortygia.
Berawal dari sebuah keluarga kecil di kerajaan Mutiara Hitam di dasar samudra Titan Olimpus, Yunani, ada ayah Zeus dan bunda Heara yang memiliki seorang putri tunggal bernama Ortygia. Pada suatu hari, bencana alam melanda kerajaan mereka, seluruh rakyat kerajaan Mutiara Hitam mati, mereka adalah bangsa ikan yang sangat berguna buat kehidupan mahluk bumi seperti manusia dan hewan – hewan berbulu, ada kelas cumi – cumi, kepiting laut, ikan teri, ikan tuna, ikan kakap, udang laut, dan kerang – kerang cantik. Bangkai mereka mengapung di permukaan laut dan menimbulkan bau menyengat sehingga dijauhi oleh manusia, pun seekor kucing liar tidak mau lagi memanfaatkan tubuh – tubuh mereka yang sudah tak bernyawa tersebut !
Ayah Zeus sangat sedih apalagi saat ini bunda Heara sedang sakit, kami mengungsi ke kerajaan tetangga bernama kerajaan keluarga Duyung. Dan aku sebagai putri satu – satunya dari kerajaan Mutiara Hitam harus bertanggung jawab terhadap bencana beruntun yang menimpa keluarga dan rakyat kami tercinta. Oleh seorang malaikat baik hati dari kerajaan keluarga Duyung, aku dititahkan untuk ke darat, bekerja dengan seorang manusia hingga suatu hari aku mendapatkan sebuah mujizat, aku akan minta obat untuk penyembuhan ratu Heara, bunda tercinta. Itulah sebabnya, ketika anda sedang menjala ikan di laut, aku sengaja masuk ke dalam perangkap jala bersama dengan rakyat kami yang lain sehingga bisa tinggal di dalam kolam ikan buatan anda dan setiap hari mengabdi, membersihkan rumah dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya, saat hari menjelang malam, aku kembali ke wujud semula menjadi seekor ikan hias di dasar kolam.
Berhari – hari peri ikan Ortygia di darat bersama pemuda nelayan kecil Lucay, ia belum juga mampu bertemu dengan seorang tabib sakti dimana bisa memperoleh sekantong obat mujarab untuk kesembuhan sang bunda di dasar samudra.
***
Terlanjur terbebas menjadi seorang manusia, putri Ortygia akhirnya dilamar oleh Lucay, gayung pun bersambut, mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Lucay sangat gembira, ia berencana akan melangsungkan sebuah pernikahan, segala persediaan telah mereka rencanakan, seluruh desa suka melihat calon mempelai wanita yang sangat cantik dan sexy seperti seorang putri keraton dari kerajaan dongeng di atas langit. Dari angin yang bertiup setiap hari, mereka berbisik - bisik bahwa wanita itu adalah pantas menjadi pengantin pemuda nelayan yang baik hati dan berwajah tampan.
Selanjutnya, Lucay mengajak Ortygia ke kota Paris untuk berkunjung ke rumah seorang tabib sakti dari Yunani bernama Mr. Gent Hilamovi. Dia memiliki sebuah kantor yang sangat besar bernama Maison de Sante terletak di lereng bukit Petite France di pusat kota.
Tempat ini berada diantara bangunan - bangunan eksotis, berjejer rapi di pinggir bukit. Sekilas melihat penampilannya, orang - orang akan berpikir bahwa tempat ini adalah salah satu kota di pantai Mediterania atau kawasan wisata di daerah pedesaan Piedmont Alpen. Beberapa warga menyebutnya sebagai sebuah desa budaya menyerupai desa – desa di Korea. Berjalan – jalan di sekitar bangunan Maison de Sante, anda akan teringat pesona alam negeri Korea mini di dalam kota metropolitan Paris. Petite France berfungsi sebagai desa terapi dan tempat peristirahatan orang – orang mengidap penyakit tertentu, memiliki 16 bangunan besar bergaya Prancis dimana para pengunjung bisa menginap, jika anda merasa bosan, anda dapat jalan – jalan di sekitar Maison de Sante untuk menikmati pengalaman seru menyantap makanan khas Prancis, atau membuat foto kenang – kenangan dengan berpakaian ala warga Prancis asli dan berkesempatan menyelami budaya terapi pengobatan dalam keluarga – keluarga kecil di Prancis.
Ketika mereka tiba di tujuan, seorang pelayan tabib mengabarkan kepadanya bahwa seorang nelayan kecil datang bersama dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita untuk meminta obat buat kesembuhan sang bunda mereka di rumah.
Mr. Gent Hilamovi memerintahkan agar mereka masuk ke dalam ruang pasien, wanita tersebut kini berada dihadapannya. Memang benar cerita sang pelayan, wanita ini sangat cantik jelita, dia langsung jatuh cinta, dan bertujuan untuk merebutnya dari tangan sang nelayan kecil.
Setelah berkonsultasi, tabib sakti bicara empat mata dengan pemuda nelayan tersebut dan berkata, “ Jika dalam empat puluh hari anda bisa mengumpulkan kerang – kerang laut paling indah lalu merangkainya hingga menjadi miniatur istana kerajaan Yunani kuno di kota Roma, saya berjanji akan memberi kalian sekantong serbuk sakti yang bisa menyembuhkan penyakit sang bunda di dasar samudra. Saya tidak akan mengambil wanita yang anda cintai dan kalian bisa melangsungkan sebuah pernikahan ! Tetapi apabila anda gagal, sayalah yang akan membawanya melayang ke surga J “
Mereka pulang ke rumah dengan hati sedih dan peri ikan melihat pemuda nelayan menangis. “ Mengapa engkau menangis ? “ tanyanya. Lucay menceritakan apa yang diperintahkan oleh sang tabib sakti, namun ia kaget karena wanita itu ternyata menyambut ceritanya dengan gembira : “ Jangan menangis, dear, aku bisa menyelesaikan masalah itu. Pergilah ke pantai dimana kamu pertama kali menangkapku semasa menjadi seekor ikan hias. Lemparkan lima batu kerikil ke tempat itu. Kemudian engkau harus duduk bersila di pinggir pantai dan menunggu munculnya sesosok jin, ia akan menyapamu dengan tiga patah kata, apa perintahmu tuan ? Jawablah dengan sopan, katakan bahwa seorang wanita dari ras Juvenile Emporer Angel Fish mengirimkan salam dan meminta setumpuk kerang – kerang laut paling indah di dunia. Dia pasti akan mengabulkan permintaanmu . “
Pagi hari, pemuda nelayan tersebut berjalan menuju ke pinggir pantai dan mengikuti semua petunjuk peri ikan, pada hari berikutnya, ketika dia terbangun dari tidur pulasnya kemarin malam, ia melihat di halaman belakang rumah telah ada setumpuk kerang – kerang cantik dan berukuran jumbo. Dengan bantuan suara – suara merdu dari teman – temannya, seekor burung Jiblek Prinia Familiaris, seekor burung Glaucous Macaw yang pintar menirukan suara manusia, seekor burung Kenari Border, Kenari Gloster, Kenari Norwich, dan burung Kenari Cinnamon, ia berhasil menciptakan sebuah miniatur istana megah kerajaan Yunani kuno di kota Roma, dengan gembira ia cepat - cepat membawa kerajinan tangan ciptaannya ke istana sang tabib di kota Paris.
Mr. Gent Hilamovi sangat terkejut karena pemuda nelayan mampu membuat sebuah miniatur istana kerajaan Yunani kuno di kota Roma dari bahan kerang hanya dalam waktu satu hari satu malam ! Tetapi karena tujuan Hilamovi bukanlah mengkoleksi benda – benda seni termahal dari kerang laut, melainkan untuk memisahkan dua pasang kekasih paling serasi di dunia yaitu pemuda nelayan dengan peri ikan yang diidam - idamkannya, maka Hilamovi memberi perintah baru kepada Lucay agar membuatkan jembatan dari mutiara – mutiara hitam di belakang Maison de Sante, istananya.
Kembali pemuda nelayan itu menangis sedih dan pulang ke rumahnya. Ketika peri ikan melihatnya bersedih dan mengetahui keadaan yang sebenarnya di kota Paris, ia tetap saja menunjukkan seraut wajah tegar dan berkata : “ Pergilah engkau ke pinggir pantai dimana engkau bertemu pertama kali dengan jin, sahabat terbaikku di laut, dahulu, dan mintalah padanya setumpuk kerang mutiara hitam, dan seribu kepiting laut merah untuk membangun sebuah jembatan terindah di istana tabib sakti itu ! “ Seperti biasa, Lucay melaksanakan semua titah peri ikan, apa pun akan ia lakukan asalkan ia bisa bersanding dengan calon istrinya yang sangat cantik dan berhati mulia. Dalam waktu satu hari satu malam, dia berhasil lagi membangun sebuah jembatan indah dari kristal dan butir – butir mutiara hitam. Dia menemui Hilamovi dan memberitahukan bahwa tugas terbarunya sudah selesai dikerjakan dengan sempurna dan rapi.
Hilamovi merasa putus asa, ia mencari - cari tugas lain yang lebih berat dan mustahil dapat dikerjakan dengan baik oleh pemuda nelayan itu. Akhirnya dia menemukan lagi sebuah ide baru, ia meminta Lucay agar membawakan seorang bayi laki – laki yang umurnya baru sehari namun sudah bisa berbicara dan berjalan layaknya seorang balita.
Kembali Lucay menemui jin di pinggir pantai sambil membawakan setumpuk hadiah berupa buah – buahan segar buat sahabat lama peri ikan, ada beberapa biji buah apel, jeruk, anggur, nangka, delima, pisang, pepaya, semangka, melon dan masih banyak lagi, jin sangat suka makan buah – buahan tersebut, lalu ia memberikan Lucay seorang bayi laki – laki ajaib disertai sebuah pesan sakti, “ Dia masih berumur beberapa jam, ibunya adalah ras putri duyung dan ayahnya adalah pangeran kurcaci dari negeri dongeng di dasar samudra, kami akan mencoba merayu kedua orangtuanya agar bersedia memberikan bayinya buat anda. Tunggulah di sini beberapa jam. “
Singkat kata, jin berhasil muncul ke permukaan laut dengan membawa seorang bayi laki – laki ajaib di kedua tangannya. Saat Lucay melihat ke mata kedua bayi tersebut, ia langsung berlari ke pelukannya dan berkata, “ Wahai paman nelayan, ayo kita berangkat ke rumah bibi peri ikan ? “ Pemuda nelayan mengiyakan dan menggendong bayi ajaib tersebut menuju ke istana sang tabib, ketika tiba di ruang konsultasi pasien, sang bayi naik ke pangkuan tabib sakti dan langsung memukul wajahnya dengan keras, sambil mengumpat : “ Bagaimana mungkin orang biasa bisa membangun sebuah miniatur istana paling indah dari kerang – kerang laut hanya dalam waktu satu hari satu malam ? Lalu membangun jembatan dari kristal dan butir – butir mutiara hitam juga dalam waktu singkat hanya satu hari satu malam ? Bagaimana mungkin satu orang biasa mampu memberi makan seluruh penduduk yang ada di bumi ini ? Bagaimana mungkin seekor keledai bisa menelurkan sebuah telur emas ? “ kalimat – kalimat tajam tersebut meluncur dengan ringan dari mulut mungil sang bayi diiringi dengan satu kali tamparan keras ke pipi kiri sang tabib sakti !
Hingga akhirnya ia berkata kepada pemuda nelayan bahwa dia boleh menikah dengan wanita pujaan hatinya tersebut. Ia juga memberi Lucay sekantong obat mujarab untuk sang bunda yang saat ini masih terbaring lemah di istana dasar samudra, “ Semoga beliau lekas sembuh ! “ asalkan ia bisa menjauhkan bayi ajaib itu dari sang tabib sakti karena bayi itu terus – menerus menampari kedua pipi si tabib tua hingga kewalahan dan hampir pingsan.
Pemuda nelayan pulang ke rumahnya sambil menggendong bayi ajaib dan membawa sekantong obat mujarab dari tabib sakti, Mr. Gent Hilamovi, kemudian keesokan harinya dia menikahi wanita tercantik di desa ini, peri ikan Ortygia dan mengadakan sebuah pesta kecil selama satu hari satu malam.
***Â Â Â Â Â Â Â Â
Mereka hidup bahagia, tinggal di sebuah rumah sederhana dengan seorang bayi ajaib pemberian dari jin penguasa lautan di Yunani. Bayi mereka diberi nama Apollo.
Tetapi Ortygia masih khawatir dengan kesehatan ratu Heara di kerajaan tetangga bernama kerajaan keluarga Duyung. Juga mereka memiliki tanggung jawab besar, memulihkan kembali keluarga kecil raja Zeus dari kerajaan Mutiara Hitam di dasar samudra Titan Olimpus, Yunani. Mereka kembali menuju ke pinggir pantai dan memohon kepada jin sang penguasa laut untuk diberkati sebuah kehidupan kedua yang makmur dan sejahtera. Oleh jin sahabat peri ikan, Lucay dititahkan untuk mengunjungi sebuah perpustakaan terbesar di negeri tirai bambu, Cina, bernama Institute for Scientific Information. Ia pun menyanggupi. Â
Desa Qinling di pegunungan Qinling, Cina.
Perpustakaan tersebut dibingkai oleh beton berwarna coklat dimana beton ini bermanfaat untuk menopang dinding – dinding kaca dan kayu. Bernama Institite for Scientific Information, perpustakaan dengan luas bangunan sekitar 450 meter persegi ini berlokasi di pusat desa, di lereng pegunungan Qinling. Pagar batu abu – abu mengelilingi bangunan di sekitarnya yang kontras dengan struktur beton coklat serta memiliki fitur panel kaca dalam ukuran besar.
Elemen kaca berfungsi supaya pengunjung perpustakaan bisa melihat pemandangan desa. Strukturnya dibentuk dalam dua jenis yaitu blok tinggi di bagian depan perpustakaan yang berguna untuk menopang langit - langit ganda di ruang baca utama, dan volume yang lebih rendah dibagian belakang perpustakaan, berisi ruang komputer dan kantor.
Sekilas, bangunan ini persis dengan balai kota modern, di dalamnya terdapat ruang terbuka yang dilengkapi oleh jejeran rak - rak buku dalam ukuran besar dan menjulang tinggi menggapai atap bangunan.
Rak - rak ini berwarna senada dengan lantai ruangan yaitu putih. Kursi - kursi putih dan meja belajar berwarna hijau muda dan putih diletakkan dengan rapi di sekitarnya.
Berjalan – jalan mengitari ruang perpustakaan, terdapat ruang – ruang kecil di sisi kiri dan kanan ruang utama perpustakaan, adalah kantor, toilet, dan ruang membaca untuk anak – anak, di lantai terhampar permadani empuk dari Mesir, dan koleksi buku - buku bacaan mancanegara dengan sampul warna - warni. Sementara di atap bangunan berpola polkadot, tergantung lampu – lampu hias bergaya Eropa tengah, sangat unik dan cantik ketika anda berada di dalamnya pada waktu malam hari.
Di salah satu ruang baca, Lucay menuju ke sebuah rak buku dimana terdapat ribuan koleksi buku – buku menarik hasil karya dari Stephanie Laurens, ia memilih salah satu yang paling menarik berjudul A Match for Marcus Cynster, ia membaca beberapa jam lalu memutuskan untuk minta tolong kepada peri paus biru agar bersedia membangun kembali kerajaan mati di dasar samudra Titan Olimpus, Yunani.
***
Menjelang perayaan Natal dan tahun baru di Mediatheque de Monterblanc, sebuah desa kecil yang memukau di Prancis.
Seluruh anak – anak dari warga negara Prancis memiliki sebuah kebiasaan unik yaitu melepaskan sepatu kesayangan mereka dan meletakkannya di depan perapian ruang tamu sambil berharap nanti malam Santa Claus dan Pere Noel akan menengok rumah mereka dan mau mampir untuk membagikan berbagai hadiah.
Peri ikan Ortygia mengadakan jamuan tengah malam tepat pada malam Natal, ia mengundang seluruh sahabat lamanya, jin penguasa laut, malaikat sakti dari seluruh hutan di Prancis, penghuni kerajaan Duyung dan rakyat dari kerajaan Mutiara Hitam di dasar samudra.
Ia memasak sajian istimewa berupa daging yang disebut Le Reveillon, mengandung makna mari membangun atau sebuah panggilan mulia untuk bersama – sama menyanyikan lagu – lagu pujian kepada alam semesta di hari pertama perayaan Natal dan tahun baru. Sepiring Le Reveillon adalah lambang kebangkitan spiritual dari kelahiran dewa – dewa baru di dasar samudra. Daging ini sangat lezat terdiri dari campuran tiram, sosis daging kuda, ham bakar, ayam panggang, dan baluran saos dari arak Jepang. Ditambah dengan hidangan penutup berupa salad, buah - buahan segar dan kue tart.
Lucay tidak lupa memberikan teman – teman lamanya, ada burung Jiblek Prinia Familiaris, seekor burung Glaucous Macaw yang pintar menirukan suara manusia, seekor burung Kenari Border, Kenari Gloster, Kenari Norwich, burung Kenari Cinnamon dan si liar burung Beo sepiring Pain Calendeau yaitu kue pie yang dicampur dengan daging domba muda berbumbu khas dari India, makanan ini berasal dari Prancis Selatan dan merupakan sebuah tradisi kuno pada malam perayaan Natal dimana keluarga kaya – raya memberikan sepotong rejeki kepada orang – orang yang miskin di sekitar mereka, kue – kue tersebut dibagi dua, diambil salah satu lalu dipotong lagi secara bersilang dan dimakan sisanya setelah setengah bagian yang pertama diberikan kepada burung – burung tersebut. Mereka bersama – sama makan dengan lahap.
***
White Christmas berlalu dalam keindahan yang tak dapat dilukiskan dengan kata – kata, as a dreaming.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â