Alkisah, Tiga Ekor Kucing Yang Beruntung

20 Apr 2021 15:40 1151 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Alkisah, tiga ekor kucing yang beruntung.

Negeri tak pernah malam, Lapland, Finlandia.

Lapland, Finlandia adalah sebuah sorga di dunia yang memiliki fenomena matahari sebagai media penerang bumi di sepanjang hari selama dua puluh empat jam. Fenomena ini sangatlah unik karena matahari bisa dilihat ketika malam hari. Lepland beribukota di Rovaniemi dan merupakan sebuah provinsi di negara Filandia dengan luas wilayah sekitar 98.946 km2 dan populasi penduduk sebanyak 187.777 jiwa pada tahun 2002. Provinsi ini berlokasi pada lingkar kutub dan setiap dua bulan dalam satu tahun yaitu bulan Juni dan Juli, matahari akan muncul di sepanjang hari selama 24 jam. Kejadian ini diistilahkan dengan midnight sun.

Di sebuah hutan bunga liar, di pinggir desa, hiduplah keluarga petani miskin yang terdiri dari seorang ayah bernama Joosep, istrinya yang cantik dan baik hati bernama Katariina, dan ketiga putera tercinta masing – masing bernama Talo, Tapio dan Tuuli.

Pada suatu hari, sang ayah memanggil ketiga puteranya ke hadapannya, dia memberikan mereka masing – masing seekor anak kucing, putra yang tertua mendapat seekor anak kucing laki – laki ras Savannah, kepada putra yang kedua diberinya seekor anak kucing laki – laki ras American Bobtail, dan yang ketiga mendapatkan seekor anak kucing laki – laki ras Ragdolls. “ Kami sudah tua, “ katanya memulai meeting di halaman belakang rumah mereka yang menyerupai kastil mewah di Prancis, William Randolph Hearst Mansion, “ Kemungkinan kematian kami sudah dekat, namun saya berharap kalian sukses dan mendapatkan pelajaran berharga sebelum saya pergi, karena saya tidak mempunyai uang, oleh karena itu apa yang saya berikan saat ini kepada kalian adalah benda – benda yang sangat berharga meskipun terlihat kecil, tapi semua tergantung kalian, bagaimana cara memanfaatkannya. Pergilah ke suatu negeri dimana pemberian saya ini membawa berkah, tidak mudah dilihat ataupun dikenal oleh penduduk asli di negeri tersebut. Maka di sanalah kalian akan memperoleh kekayaan dan sebuah kehidupan baru lebih baik dari hari ini. “

Satu bulan kemudian, ayah mereka meninggal dunia.

Talo, anak yang tertua segera berangkat keluar negeri bersama Savannah, kucing kesayangan pemberian ayah tercinta. Ia bermaksud menjualnya kepada para kurcaci kaya – raya di negeri baru dengan nilai jual paling mahal di dunia, namun kemanapun dia merantau, penduduk di negeri baru yang kebetulan ia kunjungi seperti menunjukkan minat tak tertarik dengan kucing – kucing yang ia bawa.

Sebuah desa di Tiongkok, dihuni oleh manusia kerdil.

Desa ini sangat indah seperti negeri dongeng, tetapi terlihat unik karena penduduknya adalah bangsa kurcaci bertubuh kerdil. Talo melangkahkan kedua kakinya menuju ke pusat desa yang bernama Yangsi di Tiongkok bagian barat daya, provinsi Sichuan. Yangsi dihuni oleh 80 warga kurcaci, mereka rata – rata memiliki ketinggian tubuh hanya berkisar antara 60 - 90 cm.

Talo mencari sebuah penginapan untuk beristirahat, dia menemukan jejeran rumah – rumah pohon yang kecil dan unik di pusat desa. Di sekeliling penginapan ini sangat ramai menyerupai sebuah kota kecil. Ia memilih salah satu diantaranya, adalah rumah pohon milik Gu Yuezi, dibangun sekitar tiga tahun yang silam, beberapa warga menjelaskan bahwa rumah pohon yang terletak tiga meter di atas tanah dan ditopang oleh enam pohon besar jenis rangdu ini mempunyai diameter sekitar 10 meter persegi dan menampung sekitar 3 orang. Di dalamnya sangat asri, terdapat kamar dengan sebuah tempat tidur, kamar mandi, dapur dan ruang tamu dengan jendela besar di sisi kiri dan kanan ruangan. Gu Yuezi adalah ahli ukiran, hal ini terlihat dari masing – masing bingkai jendela terlihat unik dan semakin menarik karena kreasi maha tinggi dari beliau.

Ketika malam tiba, seorang pelayan penginapan membawakannya menu makan malam spesial, ada minuman non alkohol berupa Lassi (yoghurt smoothie) dan minuman penutup acara makan malam bernama Chai Masala yang berfungsi memberikan kehangatan tubuh si peminum ketika berada di udara dingin, sepiring masakan Thailand bernama pangsit goreng dari daging ayam yang diberi saos cabe, ada semangkok Aloo Achar yaitu kare daging domba muda dengan kentang pedas, Aloo Tiki (kentang goreng berbumbu rempah – rempah khas negeri India), sepiring makanan Cina – India berupa tiga lembar roti gandum dengan taburan paneer cabai (saos keju yang dimasak dengan mencampur saos manis dan asam). Tak lupa mereka memberinya sepiring irisan buah segar khas Cina bernama buah persik atau tao zi. Hmmmmmmm, Talo pun makan dengan lahap.      

Keesokan harinya, Talo turun dari rumah pohon dan menuju ke sebuah pasar tradisional. Di sini ia berkenalan dengan seorang laki – laki paruh baya adalah warga asli desa Yangsi bernama Li Zhi, mereka duduk di sebuah kedai tradisional sambil asyik berbagi cerita tentang kabar burung yang banyak menghinggapi pohon – pohon jeruk mandarin di ladang – ladang mereka di pinggir hutan.

***

Menurut laporan beberapa pejabat istana kerajaan Cina di kota, pada tahun 1951 telah ditemukan sebuah penyakit aneh yang menelan korban jiwa cukup banyak, mereka adalah ibu – ibu muda yang memiliki bayi dengan ukuran kaki tidak normal (terlalu pendek alias kerdil). Sensus pada tahun 1985 menemukan kasus serupa yaitu 119 wanita di desa tetangga juga mengalami penyakit aneh tersebut. Dan siklus perputaran penyakit ini sangat cepat serta menular kepada generasi – generasi selanjutnya.

Menurut cerita legenda kuno dari para tetua desa di Tiongkok dan Cina, mereka pernah diserang oleh wabah misterius yang berpengaruh buruk terhadap kondisi anak - anak usia 5 - 7 tahun. Mereka tumbuh dan berkembang tetap setinggi anak – anak hingga akhir hayat, bahkan sebagian lagi ada yang menderita cacat mental. Pernah desa – desa tersebut dikunjungi oleh para ilmuwan untuk menyelidiki secara ilmiah kondisi air, udara, tanah dan bahan – bahan makanan mentah seperti biji – bijian, sayur – sayuran, buah – buahan, daging ternak, susu dan bahan mentah dari laut namun mereka tidak mendapatkan sebuah jawaban yang tepat hingga 60 tahun kemudian. Sebagian lagi mendatangkan para malaikat dari penjuru dunia, mereka meyakini terdapat sebuah fenomena alam yang erat kaitannya dengan roh – roh jahat di alam semesta seperti kutukan para leluhur atau legenda rakyat Cina bahwa jika anda terlalu banyak makan daging kura – kura mentah, hal itu bisa membawa sebuah bencana atau feng shui terburuk di desa ini.

Beberapa warga lansia percaya bahwa kondisi tubuh mereka yang kerdil seperti para kurcaci dari negeri dongeng adalah sebagai hasil dari pengaruh gas beracun pada jaman penjajahan Jepang. Namun pada tahun 1997, ditemukan sebuah teori baru tentang kekerdilan manusia terkait konsentrasi merkuri yang cukup tinggi di dalam tanah pada hutan – hutan bambu tetapi tidak terbukti. Keadaan yang aneh inilah yang menyebabkan beberapa generasi muda di Yangsi merantau keluar negeri karena takut tertular wabah penyakit kurcaci. Dan hasilnya, cukup membawa pengaruh baik yaitu terdapat generasi muda baru yang tumbuh normal, mereka memiliki tubuh tinggi semampai, rambut lurus, tebal dan hitam mengkilat, kulit putih mulus dengan kedua mata sipit menyerupai orang – orang Jepang.

***

Setelah beberapa hari di Yangsi, Talo memutuskan berkunjung ke desa tetangga bernama Yushan. Hal ini dilakukan karena kucing pemberian ayah tercinta tidak laku, semua warga mempunyai hewan peliharaan berupa kucing – kucing cantik dari ras Savannah, terlihat dari atap - atap rumah penduduk berupa mahkota jamur yang dihiasi dengan sebuah penunjuk arah angin berbentuk ayam jantan berkokok, sehingga mereka tidak berminat, bosan dan menunjukkan sikap biasa kepada anak kucing tersebut, ia tidak akan bisa menjadi kaya – raya jika tetap berjualan di desa ini.

Akhirnya ia tiba di desa Yushan, sebuah pulau dimana penduduknya samasekali tidak tahu dan tidak pernah melihat hewan lucu, unik dan sangat cantik bernama kucing. Bahkan mereka tidak tahu bagaimana cara membedakan waktu, pagi, siang, atau malam hari. Mereka akan tahu ketika sedang tidur.

Seorang putri dari kerajaan bambu bernama Hubei secara tak sengaja melihat anak kucing yang dibawa oleh Talo, ia berteriak, “ Hai, apakah anda yang memiliki kucing cantik dari ras Savannah tersebut ? “ “ Ya, lihatlah, mahluk ini sangat anggun ! Ia memiliki bulu – bulu berwarna cerah di sekujur tubuhnya, layaknya seorang superstar dari Hollywood, dan jika diajak bercanda, anda akan melihat sinar matahari tersenyum menyelimuti bumi beserta seluruh penghuninya. Tetapi jika suatu hari ia terlihat gelisah, anda harus memperhatikan lebih serius, karena itu pertanda akan terjadi perubahan cuaca. “ Putri Hubei sangat suka mendengar penjelasan dari Talo, ia pun membeli anak kucing itu dengan harga sangat mahal.

Seluruh penghuni kerajaan bambu di desa Yushan merasa terhibur dengan kehadiran si kucing cantik Savannah, sehingga mereka mengetahui kapan malam hari tiba, mereka akan tidur dengan lelap sambil mendengarkan si kucing yang asyik bernyanyi lagu – lagu pujian dari Ilahi.

Putera tertua pulang ke rumah dengan membawa setumpuk emas murni hasil penjualan kucing tercantik pemberian dari almarhum ayah tercinta di sorga. Ia telah sukses menjadi seorang anak yang berguna untuk keluarganya dan penduduk di pulau Yushan.

***

Di dalam rumah mereka, kastil William Randolph Hearst Mansion. Keluarga bahagia tersebut sedang berkumpul untuk menikmati sore hari yang indah dengan acara minum teh bersama, tea afternoon. Bunda dan saudara - saudaranya sangat kagum dengan perjuangan putera pertama hingga berhasil mendapatkan rejeki yang berlimpah.

Selanjutnya putera kedua dan ketiga berkata, ” Bunda, kami akan pergi keluar negeri dan melihat apakah kami bisa memperoleh keberuntungan yang besar seperti kakak . “ “ Doa bunda menyertai kalian J “

Mereka berkunjung ke negeri sakura, sebuah desa yang sangat indah bernama nagoro adalah desa boneka di pedalaman Jepang.

Penduduk di desa ini tidak tahu apa - apa tentang jenis – jenis bunga musim semi yang mekar di kota – kota tercantik, Belanda. Apalagi ketika musim panen tiba, mereka tidak pernah memakai peralatan tani seperti cangkul dan sabit untuk menghilangkan rumput – rumput liar dan memetik bunga – bunga tercantik di dunia, biasanya mereka memiliki sebuah kebiasaan unik yaitu membawa seribu anak panah Papua dari Indonesia, untuk memotong berjuta tangkai – tangkai tulip berwarna – warni di ladang – ladang petani kaya – raya dari mancanegara. Setiap musim panen tiba, beberapa bangsa hewan di tengah hutan seperti kelinci, rusa, ayam, burung dan babi hutan merasa khawatir karena terkadang ada tiga atau empat anak panah yang melenceng ke sarang mereka hingga tak jarang mengenai salah satu kepala anak – anaknya dan menyebabkan kematian.

Melihat kondisi buruk tersebut, Tapio dan Tuuli mendekati seorang petani bunga bernama Aika, “ Wahai nona, alangkah baiknya jika anda memetik bunga – bunga tersebut dengan memakai sabit – sabit yang tajam dan menggemburkan tanah – tanah ladang ini dengan memakai cangkul. “ Awalnya Aika menolak usul dari kedua pemuda itu, namun keduanya gigih membujuk si petani bunga kaya – raya agar mau memperhatikan cara bertani yang tepat. Jadi, Tapio dan Tuuli menunggu dengan sabar.

Rumah Aika sangat besar dan asri terletak di pusat desa Nagoro. Desa ini tersembunyi di sebuah daerah yang sangat jauh di kaki bukit Nagoro dan hanya dihuni oleh manusia boneka (manusia dari ras tercantik di dunia) sehingga menjadikannya sebuah tempat yang sangat misterius.

Desa ini berada di pulau Shikoku, merupakan jejeran pulau – pulau terkecil dari empat pulau utama di Jepang. Desa Nagoro berpenghuni sekitar 150 penduduk dimana rata – rata warganya adalah kaum konglomerat yang memiliki ladang, sawah, dan perkebunan sangat luas.

Pada suatu malam yang cerah dengan balutan sinar bulan purnama di atas langit. Tapio dan Tuuli berkunjung ke rumah Aika dengan membawa serta dua ekor kucing mereka yang lucu, masing – masing bernama American Bobtail dan Ragdolls. Mereka dijamu dengan sajian kue – kue Eropa terlezat dari mancanegara, ada beberapa butir Cheese Bread (dari Paraguay), beberapa iris roti Banana Bread (dari Amerika Serikat), beberapa lembar Naan (dari India), beberapa batang Baguette (dari Prancis), dan secangkir teh hitam asli Jepang. Kembali kedua anak muda tersebut mengusulkan agar nona Aika memakai cangkul dan sabit untuk membangun ladang – ladang mereka. Terlihat dia berpikir serius, lalu membetulkan saran jitu dari mereka.

Tiba – tiba nona Aika dikejutkan oleh sentuhan lembut pada punggungnya, ia menolehkan kepalanya, terlihat seekor binatang lucu yang sangat unik, dua kucing kesayangan Tapio dan Tuuli. “ Siapakah yang memiliki mahluk – mahluk cantik dan mempunyai bulu – bulu yang sangat indah ini ? Apakah boleh aku memilikinya, berapa pun harganya akan aku beli ! “

Akhirnya mereka menyepakati sebuah harga yang sangat mahal, Tapio dan Tuuli menerima setumpuk emas murni, sekantong mutiara laut dan sekotak batu – batu permata mulia paling indah dan mahal di dunia seperti Blue Safir Srilanka, Green Safir Star yang antik, Blue Jade, Chalcedony Sulaiman, Kecubung Air, dan Cendana Rambut Merah. 

Mereka kembali ke rumah dengan perasaan gembira.

 

About The Author

Utamii 69
Expert

Utamii

Suka membaca dan menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel