Makan 3 kali sehari sudah lazim dilakukan masa sekarang. Bahkan dianggap sebagai keharusan bagi sebagian orang, selalu makan pagi (sarapan), makan siang dan malam hari.
Karena sangking umumnya kebiasaan makan 3 kali sehari, mungkin kita tidak pernah kepikiran "memang harus ya makan sampai 3 kali sehari?". Kenapa begitu?
Padahal nih, kebiasaan selalu makan di pagi, siang dan malam hari dulunya tidak ada. Yang ada cuma kebiasan makan sekali saja dalam sehari.
Lantas bagaimana awal mula kebiasaan makan yang semula cuma sekali menjadi tiga kali sehari? Simak penjelasan berikut ini ya?
Â
Awal mula makan cuma satu kali sehari
Terjadi pada zaman Romawi, menurut sejarawan makanan Caronline Yeldham, kebiasaan makanan tiga kali sehari seperti sekarang tidak ada pada zaman dahulu.
Orang Romawi percaya bahwa makan cuma sekali dalam sehari lebih menyehatkan, terutama untuk kesehatan pencernaan.
Bahkan masyarakat Romawi kala itu menganggap makan lebih dari sekali sebagai bentuk kerakusan.
Sementara pada abad pertengahan, kebiasaan makan masyarakat banyak mencontoh gaya hidup pemuka agama.
Seorang sejarawan makanan Ivan Day menjelaskan bahwa pemuka agama pada saat itu tidak makan apa-apa sebelum misa pagi.
Daging juga hanya dikonsumsi selama setengah tahun saja, tidak setiap hari.
Di Inggris, dikenal istilah Full Breakfast. Kebiasaan makan masyarakat negeri Ratu Elizabeth ini juga dipengaruhi oleh ritual keagamaan.
Sebelum umat Kristiani melakukan puasa Paskah, diharuskan ada telur dan daging pada menu makanan. Inilah awal mula full breakfast.
Namun ada pendapat yang menyatakan bahwa breakfast sendiri bukanlah menu makanan yang dimakan pada pagi atau sarapan.
Melainkan ada kemungkinan bahwa kata breakfast dimaknai sebagai breaking the nightâs fast. Atau membatalkan puasa sejak malam hari.
Memasuki abad ke-17, menurut Chef Clarissa Dickson Wright, kebiasaan sarapan mulai dikenal di Inggris. Dan semakin populer pada abad ke-19.
Pada abad ke-19 juga ditandai dengan masuknya era industri. Masyarakat mulai sibuk bekerja. Kebiasaan dipengaruhi jam kerja. Sehingga masyarakat harus makan di pagi hari atau sarapan, agar punya tenaga bekerja.
Pada rentang waktu 1920-1930, sarapan mulai dianggap waktu makan paling baik.
Â
Awal mula adanya makan siang
Masih bermula pada zaman Romawi dan abad pertengahan yang awalnya hanya makan sekali sehari saja pada siang hari. Waktu makan ini disebut dinner atau makan malam.
Pada masa sebelum listrik belum ditemukan. Masyarakat kala itu bangun lebih pagi dan mulai beladang sejak subuh. Sehingga mereka menjadi lapar dan makan di siang hari.
Nah, setelah listrik ditemukan. Waktu makan menjadi lebih malam. Mungkin karena itu ya dikenal jadi istilah dinner atau makan malam.
Sementara di siang hari, masyarakat kala itu juga makan. Atau lebih tepatnya makan makanan lebih ringan. Lunch, ya istilah itu yang dikenal sebagai makan siang.
Istilah Lunch sebagai makan siang mulai dikenal pada abad ke-19. kata lunch berasal dari kata nuncheon dalam bahasa Anglo-Saxon. Yang artinya makanan ringan di antara makan, yang dipegang dengan dua tangan.
Memasuki era industri. Orang-orang jadi lebih sibuk bekerja di pabrik. Kebiasaan makan mulai berubah. Waktu makan jadi mengikuti jam kerja. Masyarakat akhirnya juga melakukan makan siang.
Â
Awal mula adanya makan malam
Pada zaman Romawi, sebenarnya sudah ada menu makan malam. Hanya saja waktu makannya bukan di malam hari.
Hal itu dikarenakan belum ditemukan listrik. Penerangan hanya tersedia pada pagi dan siang hari memanfaatkan sinar matahari.
Setelah listrik dan lampu mulai ditemukan. Makan malam semakin bergeser semakin malam.
Di abad ke-18, masyarakat perkotaan mulai melakukan kebiasaan makan tiga kali sehari.
Kemudian pada abad ke-19 makan malam semakin lazim dilakukan. Kebiasaan ini tak terlepas dari gaya hidup masyarakat yang semakin sibuk bekerja dan baru pulang pada malam hari. Jadinya mereka baru sempat makan pada malam hari.
Sementara pada waktu libur, makan malam masih dilakukan. Hanya saja waktu makan tidak terlalu malam.
Kesimpulannya, perubahan kebiasaan makan yang dari sekali sehari saja menjadi tiga kali. Kemudian adanya kebiasaan sarapan, makan siang dan malam hari.
Sesuai dijelaskan di atas, diketahui kebiasaan dan waktu makan dipengaruhi dari ditemukannya listrik beserta lampu penerangan. Lalu sejak memasuki masa industri, ternyata memberi pengaruh besar pada kebiasaan makan masyarakat. Waktu makan menjadi mengikuti jam kerja. Dan sepertinya, kesibukan bekerja tersebut membuat makan sekali sehari menjadi tidak cukup. Sehingga harus makan sampai tiga kali sehari. Agar punya tenaga buat kerja keras, hehehe..