6 Januari 2021,
Tidak terasa sudah hampir satu tahun lamanya dunia, terutama Indonesia, mengadapi ujian berat yang langsung menerjunkan kurva perekonomian Indonesia ke titik terendah setelah beberapa dekade tumbuh merangkak naik secara perlahan.
Apa yang dialami Indonesia sekarang ini tentunya tidak luput dari si COVID-19, yaitu sebuah virus yang cukup ganas dengan “seribu gejalaâ€. Dikatakan seperti itu, karena gejala-gejala pada orang yang terinfeksi COVID-19 itu berbeda-beda. Bahkan terkadang, gejalanya itu mirip dengan gejala-gejala pada penyakit lainnya yang sudah ada sebelum COVID-19 muncul.
Hingga saat ini, masyarakat dunia hidup di balik cengkraman COVID-19 yang siap menghapus status “sehat†yang dimiliki seseorang, bahkan hingga menghilangkan nyawa dari orang tersebut. Hingga akhirnya pada bulan Januari 2021 ini, kabar yang cukup melegakan datang dari pemerintah. Vaksin, yang dianggap sebagai media penangkal virus COVID-19 sudah mulai didistribusikan di Indonesia. Selain proses distribusi, proses vaksinasi juga sudah mulai berjalan secara bertahap. Ini tentunya menjadi secercah harapan bagi kita, dimana perlawanan balik umat manusia mulai terjadi.
Sinovac, adalah salah satu vaksin andalan umat manusia yang berasal dari negeri tirai bambu yang saat ini, sedang dalam proses distribusi dan penyuntikan ke sebagian masyarakat Indonesia. Vaksin ini menjadi vaksin andalan di China yang dibuktikan dengan penurunan drastis kurva infeksi serta peningkatan kurva kesembuhan mereka yang terinfeksi COVID-19 di China.
Namun, tidak semua hal dapat berjalan mulus. Salah satunya adalah kehadiran vaksin Sinovac di Indonesia ternyata tidak disertai spesifikasi vaksinnya saja, melainkan ditempeli oleh isu-isu dan kabar-kabar hoax yang bisa saja membuat warga tidak percaya akan vaksin tersebut dan ujung-ujungnya menolak untuk divaksinasi.
Â
“Lalu apa saja hoax yang menyebar di masyarakat soal vaksin Sinovac yang sedang beredar saat ini?â€
Â
1. Penolakan IDI Menjadi Penerima Vaksin Pertama
Bagi yang belum tahu, vaksin dibuat dari virus yang dilemahkan kemudian disuntikkan ke dalam tubuh orang yang divaksinasi untuk memancing antibodi atau sistem kekebalan tubuh untuk bereaksi terhadap jenis virus yang disuntikkan.
Di Indonesia, banyak yang takut divaksin karena di Indonesia sendiri vaksin yang terbukti bekerja di China sana belum terbukti ketangguhannya di Indonesia. Oleh karena itu, rakyat meminta agar mereka yang berada di jajaran pemerintahan dan jajaran tenaga kesehatan di Indonesia untuk mencobanya pertama kali. Hal tersebut untuk membuktikan bahwa vaksin yang disuntikkan ke tubuh itu aman dari efek-efek negatif.
Penolakan IDI sendiri ternyata adalah hoax. Karena berdasarkan klarifikasi yang dirilis di kanal YouTube milik PB IDI, mereka ternyata bersedia untuk divaksinasi pertama kali agar menjadi contoh kepada masyarakat bahwa vaksin tersebut aman.
Â
2. Muncul Berita Tentang Virus COVID-19 Menjadi Penyebab Bell’s Palsy
Sempat beredar informasi hoax tentang Bell’s Palsy yang menyebabkan kelumpuhan otot-otot wajah sementara setelah disuntik virus COVID-19. Bahkan sampai ada foto korban Bell’s Palsy tersebut. Namun kabar tersebut ternyata adalah kabar hoax. Hal tersebut diketahui setelah jejak digital dari postingan soal berita tersebut ditelusuri oleh pihak berwenang.
Â
3. Vaksin Sinovac Dikabarkan dapat Memperbesar Ukuran Alat Kelamin Pria
Entah berapa orang yang percaya soal berita ini. Namun faktanya, kabar soal vaksin Sinovac yang dapat memperbesar ukuran Mr. P itu adalah hoax. Karena berdasarkan jejak digital, berita atau kabar soal efek dari vaksin Sinovac ini muncul di sebuah postingan Facebook yang ternyata adalah sebuah lelucon parodi saja.
Â
4. Formaldehida dalam Vaksin Menyebabkan Leukimia pada Anak-Anak
Menurut FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat, Formaldehida ini adalah salah satu bahan umum yang ada di dalam vaksin. Dan pada kenyataannya, Formaldehida ini memang ada di dalam vaksin COVID-19 namun jumlahnya sangatlah kecil sehingga dipercaya tidak akan menyebabkan gangguan keamanan. Salah satu buktinya adalah vaksin polio, hingga sekarang hampir tidak ada berita yang menyatakan bahwa vaksin polio menyebabkan Leukimia pada anak-anak.
Â
Intinya, entah apa alasan dari para penyebar hoax menyebarkan berita bohong soal vaksin COVID-19. Yang jelas, vaksin COVID-19 itu pastinya sudah melewati beberapa proses pemeriksaan dari para ahli di bidangnya sebelum akhirnya disuntikkan ke masyarakat. Jadi, buat apa takut divaksin?
Â