Diawal-awal virus Corona mewabah di Indonesia, memang banyak orang yang melakukan kampanye menangkal Covid-19. Begitupun hingga kini, semangat untuk tinggal #dirumahaja terus didengungkan. Lantas sampai kapan kita melakukan demikian?
Kita semua ini manusia biasa. Sukar sekali berada pada masa Pandemi Covid-19. Dirumah saja, tapi bukan liburan. Tidak juga semuanya sedang bekerja. Belum lagi melawan rasa bosan. Susah untuk mengingkari itu semua.
Namun melihat perjuangan para tenaga medis. Kembali kita tersadar bahwa perjuangan #dirumahsaja masih belum ada apa-apanya dibanding mereka tenaga medis yang ada dibaris depan menyembuhkan pasien terinfeksi.
Sialnya masih banyak yang gak peduli. Sudah tahu wabah penyakit sedang menyebar dengan ganasnya. Tapi orang-orang itu masih saja berkeliaran diluar rumah tanpa kepentingan dan mengabaikan aturan jaga jarak. Adalah mereka yang mulai dirasuki pengaruh Covidiot. Mereka yang membuat masa-masa mengurung diri dirumah semakin panjang.
Andai saja virus Corona bisa memilih target infeksi pada mereka yang masih keluyuran tanpa alasan yang penting. Sayang virus ini tidak begitu. Maka itu, meski berulang kali tetap diingatkan untuk kita tetap dirumah dan menjaga jarak.
Lantas untuk apasih kita masih lantang bersuara agar sebanyak mungkin orang tetap tinggal dirumah? Jawaban pastinya agar memutus mata rantai penyebaran virus.
Tapi apalah arti bujukan, himbauan bahkan tindakan tegas. Jika mereka-mereka yang diluar sana masih saja "batu" dan selalu melanggar aturan jaga jarak Covid-19.
Please, jangan buat masa Pandemi Covid-19 ini semakin panjang. Orang-orang yang selama ini sudah patuh dirumah aja, juga merasa bosan. Bosan dirumah dan bosan mengajak orang lain untuk dirumah aja. Sementara orang yang diajak untuk kebaikan tetap gak peduli.
Pahamilah bahwa saat wabah penyakit virus Corona ini semua pihak terkena dampak. Kita semua juga kesusahan guys. Tolong jangan merasa egois dan paling susah sendiri. Dimohon pengertiannya.
Pura-pura tegar dirumah aja tanpa kejelasan kapan masa sulit ini berakhir rasanya sangat berat. Apalagi setiap hari harus memohon orang lain untuk dirumah dan mematuhi aturan pemerintah dalam usaha pencegahan penularan virus Corona.
Belum lagi menghadapi orang-orang yang kehilangan akal dan nuraninya, yang setiap hari produksi hoax dan menyebarkannya. Apalagi mereka yang memprovokasi untuk diskriminasi tenaga medis dan korban Covid-19.
Kenapa sih? Hidup kita mesti dipersulit oleh prilaku orang-orang yang gak mau ikut aturan? Apa sudah ketentuannya seperti itu.
Seperti saat sekolah misalnya. Suasana kelas selalu diperkeruh sama murid-murid bandal dan gak mau ikut aturan. Tapi sekolah tetap memberi perhatian pada mereka, meski itu merepotkan dan mengorban jam pelajaran untuk hal-hal demikian.
Begitu juga dipemukiman penduduk yang suasananya menjadi terganggu. Adanya brandalan, maling, maksiat dan sebagainya. Kiranya itu merupakan masalah sosial yang lumrah.
Tapi apa sikap gak peduli dan gak mau ikut aturan tetap dibawa-bawa sampai dikondisi bencana dunia seperti sekarang?
Apa lagi sih yang kita mau cari saat seperti ini? Cari cuan, pansos, panggung, sensasi, jabatan atau apalah itu? Untuk apa?
Orang-orang yang patuh dirumah aja itu bukan berarti orang kaya semua. Bahkan gak sedikit mereka yang mendadak menjadi "zero income". Dan yaa.... Gak tahu lagi.
Perlu disadari, posisi kita saat ini sudah dibawah. Gak bisa kemana-mana lagi selain naik keatas. Entahlah apa yang lebih buruk daripada ini.
Kalau kata Warkop DKI; Maju kena mundur kena. Kita sementara mesti bertahan dulu. Juga ibaratnya seperti orang mancing ikan di empang, tidak bisa maju karena pasti akan kecebur. Tidak bisa juga mundur, karena tidak lagi menggoreng ikan. Jadi bertahan aja dulu.
Gak perlu banyak teori jika kita gak mengerti apapun. Mau debat apalagi? Ini bukan ajang politik. Perkara kesulitan ekonomi, semua juga sama. Hanya saja tingkat pengaruhnya berbeda.
Masalahnya gini, semakin kita mengeluh dan mencoba membangkang pada aturan yang ada guna mencegah penyebaran virus Corona. Maka semakin lama juga masa sulit ini terus berlangsung.
Harapan yang ada kini terletak pada kekompakan kita semua. Kompak untuk patuh aturan pemerintah dengan para ahli dibidangnya. Jika kamu tidak takut pada virus Corona karena lebih takut pada pencipta-Nya. Maka tidak lantas meremehkan wabah karena merasa paling beriman. Melainkan percayalah, Yang Maha Kuasa tidak akan memberi cobaan melampaui kemampuan hambahnya. Sembari berusaha menghadapi cobaan dengan usaha nyata dan mengikuti arahan pemimpin dan para ahli. Kiranya ini membuat diri lebih tenang dan kuat menghadapi cobaan ini. Alih-alih terus beragumen tanpa dasar yang kuat.