Yogyakarta dikenal seni dan budayanya yang adi luhung. Masyarakat Yogyakarta sebagian besar beragama Islam.Namun sebagian besar dari kehidupan masyarakat Yogyakarta dikenal memiliki perpaduan unik yang khas yaitu Islam dan budaya Jawa.
Pola hidup masyarakat Yogyakarta yang khas yaitu Islam dan budaya Jawa ini menjadi identitas yang telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat Yogyakarta sebagian besar masih percaya pada hal yang berhubungan dengan kepercayaan pada unsur tradisi lokal seperti upacara ritual .Kepercayaan pada unsur tradisi lokal dalam hal ini termasuk dalam salah satu golongan yang disebut dengan golongan masyarakat Abangan. Menurut pandangan Greertz, masyarakat abangan adalah mereka yang masih menekankan pada unsur-unsur tradisional lokal salah satunya yaitu upacara ritual.
Hal ini terlihat jelas dalam perayaan yang di gelar setiap bulan Maulud oleh Keraton Yogyakarta melalui ritual grebeg maulud. Ritual Grebeg Maulud yang di gelar oleh keraton Yogyakarta setiap bulan Robiul Awal tiba.
Saat digelar ritual Grebeg Maulud oleh keraton Yogyakarta banyak terlihat beragam rangkaian prosesi upacara khas keraton Yogyakarta.
Prosesi ritual upacara Grebeg Maulud khas keraton Yogyakarta ini dimulai dari kirab budaya diawali barisan prajurit keraton dengan pakaian khas kerajaan selanjutnya barisan 7 gunungan dari Keraton Yogyakarta menuju ke halaman masjid agung.
Gunungan merupakan tumpukan hasil bumi seperti buah-buahan dan sayuran yang disusun sedemikian rupa hingga membentuk gunungan.
Rangkaian prosesi ritual grebeg maulud yang digelar Keraton Yogyakarta tidak sekedar upacara ritual semata. Upacara ritual Grebeg Maulud diyakini memiliki sarat makna dan filosofi nilai-nilai Islam yang ada didalamnya salah satunya sesajen.
Sesajen memiliki filosofi yang berkaitan dengan nilai Islam .Sesajen selama ini dikenal sebagai simbolis. Kini sesajen tidak sudah lagi digunakan dalam ritual oleh masyarakat sekitar keraton. Sebagian masyarakat sekitar Keraton khusus daerah Panembahan memiliki kebiasaan unik dengan menggelar tradisi apeman keliling.
Tradisi apeman keliling ini digelar dilakukan pada bulan Ruwah. Tradisi apeman keliling ini memiliki simbol tertentu sebagai doa.Doa pada Tuhan Yang Maha Esa dan mohon ampunan dari kesalahan dan saling memaafkan.
Simbol lain dari rangkaian prosesi grebeg Maulud di Keraton Yogyakarta yang memiliki nilai-nilai Islam adalah serangkat alat gamelan. Seperangkat alat gamelan yang terdiri dari 14 alat . Keempatbelas alat dalam seperangkat alat gamelan tersebut memiliki makna Islam yang berkaitan dengan ajaran Islam.
Nilai-nilai Islam dalam rangkaian grebeg Maulud di Keraton Yogyakarta yang lain adalah Gunungangrebeg.Gunungan grebeg diyakini memiliki filosofi nilai-nilai Islam. Prosesi arak-arakan gunungan grebeg merupakan unsur yang paling menonjol dalam rangkaian tradisi grebeg di keraton Yogyakarta.
Prosesi iring-iringan gunungan grebeg di keraton Yogyakarta diawali barisan prajurit Bugis.Setelahbarisan prajurit Bugis disusul para abdi dalem baru kemudian gunungan yang terdiri dari 6 gunungan yaitu 2 gunungan lanang,1 gunungan wadon, 1 gunungan gepak, 1 gunungan darat, serta gunungan pawuhan.
Keenam gunungan tersebut berupa hasil bumi seperti kacang panjang, jagung memiliki nilai-nilai Islam yang belum diketahui banyak orang. Gunungan pada perayaan grebeg Maulud di Keraton Yogyakarta memiliki makna dan filosofinya yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Â