Suku Tengger atau sering disebut Wong Tengger atau Wong Brama ,salah satu suku yang mendiami dikawasan Gunung Bromo dan Gunung Semeru .Masyarakat suku Tengger banyak tersebar dibeberapa wilayah di Jawa Timur mulai wilayah Kabupaten Pasuruan, Lumajang,Probolinggo hingga Kabupaten Malang .Kawasan ini pula menjadi tempat tinggal masyarakat asli suku Tengger yang mencapai ratusan ribu jiwa.Suku Tengger  disebut-sebut dan selalu dikaitkan dengan kerajaan Majapahit ,pasalnya suku ini diduga kuat berasal dari keturunan dari kerajaan Majapahit yaitu Rara Antang dan Jaka Tingker membuat Tengger tidak mengenal sistem kasta dalam kehidupan sehari-hari.
Suku Tengger yang diduga kuat berasal dari kerajaan Majapahit inilah membuat suku ini memiliki seni budaya hingga adat istiadat atau tradisi unik yang salah satunya yang dinamakan dengan tradisi Unan-unan .Dalam tradisi yang disebut Unan-unan terlihat demikian sakral dan khas yang digelar setiap 5 tahun sekali.Menariknya ritual tradisi Unan-unan tersebut menjadi cara Suku Tengger untuk menentukan penanggalan Tengger .Dari rangkaian upacara dalam tradisi Unan-unan ini pula masyarakat Suku Tengger dapat menentukan penanggalan Tengger yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Setiap tahun ritual tradisi Unan-unan digelar berbeda-beda tempat ,namun pada tahun 2018 dilaksanakan di balai dDesa Ngadisari ,Kecamatan Sukapura,Kabupaten Probolinggo .Ritual tradisi Unan-unan terlihat demikian sakral dengan keberadaan sejumlah macam jenis sesajen mulai dari hasil pertanian seperti daun bawang,kentang ,kubis hingga makanan khas Suku Tengger .Menariknya sesajen utama dalam tradisi Unan-unan tersebut yang menjadi pusat perhatian yaitu keberadaan kepala kerbau .Tidak hanya kepala kerbau yang dijadikan sebagai sesajen ,tetapi kulit hingga kaki kerbau yang telah disembelih oleh tokoh adat juga dijadikan sebagai sesajen .
Kepala kerbau dalam ritual tradisi Unan-unan dipandang penting oleh masyarakat suku Tengger sehingga tak heran kepala kerbau tersebut kemudian diarak-arak bersama-sama dengan sesaji lain menuju Sanggar Agung berupa Pura Wiro Tunggal Jati Desa Ngadisari yang diikuti masyarakat dan anak-anak Suku Tengger .Menariknya dalam ritual Unan-unan tersebut seluruh warga memakai pakaian serba hitam dengan udeng di kepala yang di akhri dengan doa bersama.
Unan-unan menurut bahasa Tengger kuno berarti Ngunan Wulan Ngelungguhne Taun atau menetapkan bulan dan tahun untuk 5 tahun ke depan.Dari ritual Unan-unan tersebut perlu dilakukan oleh masyarakat Suku Tengger untuk memohon perlindungan pada Tuhan Yang Maha Esa dari segala bencana.Tradisi Unan - unan juga dijadikan sebagai cara untuk menentukan jadwal bercocok tanam juga menjadi cara sederhana untuk menentukan tanggal ,hari pernikahan,dan menentukan hari raya Suku Tengger setiap tahunnya .Tradisi Unan-unan selain untuk menentukan penanggalan Tengger .Tradisi ini sebagai cara desa ini bersih dari musibah dan kegiatan silaturahmi antar warga ,sesepuh desa dan tokoh adat .Selain itu ,tradisi Unan-unan begitu menarik mampu membuat pesona wisatawan .Wisatawan yang datang tidak hanya wisatawan lokal tetapi juga wisatawan mancanegaraÂ