Istilah "emak-emak" beberapa tahun belakang ini cukup populer ditengah masyarakat. Bahkan istilah demikian dipakai juga dalam kontestasi politik.Â
Emak-emak dianggap sebagai kelompok yang "militan" dan sangat powerfull. Maka muncul istilah "the power of emak-emak". Namun sayangnya, secara umum emak-emak sering disangkakan sebagai kaum yang erat dengan ketidakpandaian.
Tentunya tidak semua emak-emak begitu. Hanya saja persepsi orang-orang yang menilai emak-emak itu kurang ahli dalam beberapa hal. Paling umum emak-emak dianggap tidak pandai mengendarai motor dan sering berbuat sesuai apa yang diyakini benar saja.
Seperti sen kiri belok kanan. Upload foto selfie segambreng sekaligus. Cenderung gagap pada teknologi. Dan sering salah dalam pengucapan istilah. Namun sekali lagi disini tidak bermaksud menyebut semua emak-emak seperti demikian.
Pertanyaan kini mengapa emak-emak sering disangkakan sebagai kaum yang erat dengan ketidakpandaian. Tentunya ada sebabnya.
Â
Sibuk urus rumah tangga
Sebenarnya emak-emak merupakan sosok yang serba bisa. Bisa melakukan segala hal yang menyangkut urusan rumah tangga. Mulai masak, cuci, gosok, beberes rumah, hingga urus anak.
Sampai terkadang mesti melakukan tugas yang seharusnya menjadi tugas pria. Sehingga nyaris tidak ada waktu untuk mempelajari hal-hal baru.
Kamu mungkin dapat membayangkan bagaimana beratnya mengurus urusan dapur. Bila ditambah urusan lainnya seperti antar jemput dijalan, gimana tuh.
Dari sini kita dapat lebih mengerti gimana beratnya tugas emak-emak atau ibu-ibu. Bilamana mereka sering melakukan kesalahan dalam beberapa tugasnya, maka dapat dimaklumi.
Â
Fokus utamanya untuk keluarga
Emak-emak biasanya lebih mengutamakan kepentingan keluarga dibanding hal lain yang tidak begitu penting. Bukan berarti emak-emak itu gak pengen mempelajari tentang gadget, naik motor dan berbagai istilah lainnya. Hanya saja keluarga tetaplah menjadi yang nomor satu.
Maksudnya, emak-emak biasanya cenderung tidak berpikir macam-macam. Pokoknya kebutuhan keluarga terpenuhi, bahkan seolah terpisah dengan dunia luar. Seumpama ingin melakukan hal lain diluar kebiasaan, maka jangan kaget bila terlihat "janggal".
Â
Anak-anaknya gak ngajarin
Emak-emak atau ibu merupakan madrasyah pertama bagi anak-anaknya. Tapi seiring berjalan waktu. Ketika anaknya sudah besar, justru ilmu anaknya lebih banyak kecuali soal pengalaman.
Bagi emak-emak atau orang tua secara umum sudah merasa sangat bahagia melihat anaknya tumbuh besar dan pinter-pinter. Begitupun anak-anaknya yang sudah dewasa dan pinter-pinter itu. Anak-anaknya juga ingin melihat orang tuanya menikmati hidup di hari tuanya dengan bahagia.
Misalkan tidak mengajari ibunya naik motor dengan alasan takut celaka. "Uda ibu tenang saja dirumah, gak usah cape-cape".
Akan tetapi keadaannya tidak selalu sama. Dengan berbagai alasan tentu semua orang berhak melakukan sesuatu dalam hidupnya, termasuk emak-emak. Meskipun kesannya kurang ahli.
Seperti logika sen kiri belok kanan versi emak-emak. Tentu kita bertanya mengapa demikian. Apa anaknya gak pernah ngajarin?
Â
Beda zaman
Emak-emak naik motor, main gadget dan mengenal istilah kekinian? Bukannya bermaksud meremehkan kemampuan emak-emak. Akan tetapi dengan kesibukan emak-emak mengurus rumah tangga, tidak semua emak-emak dapat menguasai hal-hal baru yang dimasa kecilnya tidak ada.
Mungkin ada istilah emak-emak jaman now yang sudah melek teknologi. Tapi tentu gak semua emak-emak kita dirumah dapat paham semuanya.
Perbedaan zaman tentunya membuat pemahaman yang berbeda juga. Disini perlu peran kaum muda buat memberi pemahaman kepada emak-emaknya atau orang tua.
Kalau dulu kita yang muda-muda ini diajari oleh emak-emak atau ibu kita. Maka sekarang balas gantian kita yang memberi tahu apa yang kita tahu pada orang tua. Bukan malah bikin lucu-lucuan "the power of emak-emak" di medsos.