Jaga Tuk Tempurung Masyarakat Desa Purbosari di Temanggung Gelar Grebeg Agung Liyangan

12 Nov 2019 13:35 1475 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Tuk Tempurung adalah sumber mata air yang letaknya 10-15 meter dari situs Liyangan Mata air Tuk Tempurung selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat Liyangan dan sekitarnya .Debit mata air Tuk Tempurung cukup deras dan untuk menjaga sumber air tersebut perlu dijaga kelestariannya secara fisik dan spiritual dengan cara gelar upacara adat Grebeg agung Liyangan

Saat bulan Suro ada pemandangan yang berbeda di wilayah desa Purbosari tempat digelarnya Grebeg agung Liyangan .Desa Purbosari salah satu desa yang ada di kecamatan Ngadirejo,Temanggung ,Jawa Tengah . Desa yang terletak di kawasan situs Liyangan ini kini menjadi terkenal semenjak digelarnya grebeg agung Liyangan .Ritual Grebeg agung Liyangan digelar setiap tahun sekali tiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa.

Situs Liyangan menjadi terkenal sejak ditemukan tahun 2008. Liyangan adalah situs purbakala berupa candi dan kawasan permukiman di lereng timur Gunung Sundoro, tepatnya di permukiman warga Dusun Liyangan, Desa Purbasari, Kecamatan Ngadirejo, berjarak sekitar 20 kilometer arah barat laut dari kota Temanggung, Sejumlah peninggalan sejarah seperti: talud, yoni, arca, bangunan candi yang tinggal pondasi yang di atasnya terdapat sebuah yoni yang memiliki 3 lubang. Bangunan yang ditemukan di kampung Liyangan ini diduga kuat situs kompleks pemukiman,peribadatan sekaligus situs pertania pada masa kerajaan Mataram kuno abad taram Kuno sekitar abad ke-9, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya bentuk bangunan rumah panggung dari kayu yang kayunya telah menjadi arang. Berdasarkan penelitian tim Balai Arkeologi Yogyakarta, Situs Liyangan terdiri atas tiga bagian, yakni area hunian, peribadatan, dan kawasan pertanian. Situs Liyangan ini diperkirakan lebih besar dari Candi Borobudur.Situs Liyangan diduga sebagai perkampungan zaman Mataram kuno sekitar abad ke IX.Situs ini pertama kali ditemukan oleh para penambang galian C sekitar tahun 2008. Temuan hingga kini yang didapat antara lain yoni, lingga, pecahan gerabah dari Tiongkok dan tanaman padi purba.Kawasan situs Liyangan diduga masih banyak benda-benda purbakala yang terpendam dalam tanah hingga kini penggalian terus berlangsung.

Semenjak situs Liyangan ditemukan tahun 2008 masyarakat setempat gelar ritual grebeg agung Liyangan secara meriah dengan menggelar kirab budaya yang diikuti berbagai kelompok kesenian di desa Purbosari dengan mengusung gunungan berisi hasil bumi dan pertanian, tumpeng dari Balai desa Purbosari menuju tuk tempurung yang ada di kompleks situs Liyangan.

Ritual Grebeg agung Liyangan dimaksudkan untuk menjaga sumber air yang ada di kampung Liyangan agar tetap lestari .Tuk Tempurung adalah sumber mata air yang letaknya 10-15 meter dari situs Liyangan Mata air Tuk Tempurung selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat Liyangan dan sekitarnya .Debit mata air Tuk Tempurung cukup deras dan untuk menjaga sumber air tersebut perlu dijaga kelestariannya secara fisik dan spiritual dengan cara gelar upacara adat Grebeg agung Liyangan.

Rangkaian prosesi ritual grebeg agung Liyangan diawali dengan kirab tumpeng dari balai desa sampai komplek situs Liyangan yang dipimpin oleh sesepuh desa berpakaian baju serba hitam dengan membawa selembar janur mayang dan diapit muda-mudi berpakaian hitam dan coklat sembari membawa payung .Belakang barisan sesepuh para pemuda memanggul dua gunungan nasi putih lengkap dengan lauk pauk,ingkung ayam ,aneka jajan pasar ,sayuran dan buah-buahan .Belakang barisan Gunungan besar ada 6 tumpeng kecil yang ikut dalam kirab tumpeng ini.

Rombongan berjalan kaki menempuh jalanan berbatu sejauh 1 kilometer menuju situs Liyangan disebelah barat kampung Liyangan. Setiba di kompleks situs Liyangan rombongan disambut meriah oleh masyarakat setempat yang sejak pagi menanti.Dari anak kecil hingga masyarakat umum berkumpul diarea komplek situs Liyangan mengikuti prosesi ritual ini.Dua buah gunungan besar diletakkan di atas bebatuan candi.Kepala desa sebagai sesepuh desa mengambil air di sungai kecil sekitar 20 meter dari situs Liyangan dikelilingi 4 gadis penari memakai baju empat warna menari ritual mustiko tirto.Dengan wadah kecil Ia mengambil dari sumber mata air partirtan Tempurung di sekitar situs dan air tersebut selanjutnya dituangkan dalam 2 buah kendi berukuran besar.

Bunyi benda yang di tabuh seorang Nigaya memecah kesunyian di sekitar area situs
Liyangan yang dingin .Ritual Grebeg agung Liyangan ditandai dengan meletakkan gentong besar berisi air di atas landasan kain putih panjang bertabur bunga di atas bebatuan candi.Acara selanjutnya sajian tarian Mustika Tirta oleh 4 penari wanita dan setelah sajian tarian usai .Air dalam gentong diambil menggunakan gayung terbuat dari tempurung kelapa . Sesepuh desa membacakan doa sebelum kemudian air dicipratkan ke arah mata angin. Setelah itu puncak acara grebeg agung Liyangan gunungan berisi hasil bumi diperebutkan oleh warga .Gunungan hasil bumi seperti sayur,buah, padi yang diperebutkan warga itu bertuah. Gunungan tumpengan nasi sayur tersebutkan dibagikan kepada masyarakat untuk dimakan bersama dilokasi atau dibawa pulang.


Jelang siang setelah acara ritual nyadran Kali masyarakat dihibur oleh kelompok kesenian kuda lumping dari desa setempat .Hiburan berlanjut hingga malam hari yaitu pertunjukan wayang kulit yang digelar tiga malam berturut-turut. Grebeg agung Liyangan digelar sebagai rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahnya hasil pertanian tembakau sekaligus memperkenalkan potensi Liyangan kepada masyarakat luas.

Tags

About The Author

Suryatiningsih 46
Ordinary
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel