Saat ini, perang dagang antara China dan Amerika menyebabkan ekonomi global menjadi tidak stabil. Salah satu yang terdampak dari perang dagang tersebut adalah turunnya nilai mata uang Argentina hingga 14,5 persen.
Dan sekarang ini, Jepang dan Korea Selatan juga ikut meramaikan perang dagang tersebut dimana Jepang membatasi produk ekspor ke Korea Selatan yaitu berupa bahan kimia yang digunakan untuk membuat produk semi-konduktor yang biasa digunakan pada gadget-gadget yang kita gunakan.
Hal tersebut lantas membuat Korea Selatan protes dan geram dengan apa yang pihak Jepang lakukan. Jika sekilas disini Jepang terlihat sebagai villain atau “penjahatnyaâ€, sebetulnya Jepang melakukan hal tersebut karena Korea Selatan telah menyita aset dari Nippon Steel yang pada zaman perang dunia ke-2 dulu itu bertanggung jawab atas adanya romusha (kerja paksa) dan Jugun Ianfu (wanita penghibur) dari warga Korea Selatan ketika masa penjajahan Jepang saat itu.
Menurut sumber yang penulis ketahui, Jepang sendiri sudah meminta maaf atas hal tersebut dengan salah satunya menandatangani sebuah perjanjian yang isinya adalah tentang perbaikan hubungan diplomatik kedua negara di Asia timur tersebut pada tahun 1965 silam.
Selain itu juga Jepang katanya sudah memberikan kompensasi kepada Korea Selatan, yakni pada para wanita yang menjadi budak seksual pemuas hawa nafsu para tentara Jepang. Namun, Korea Selatan sendiri sepertinya belum puas dengan apa yang dilakukan Jepang.
Dari situlah awal mula kenapa Korea Selatan akhirnya menyita aset milik Nippon Steel yang kemudian membuat Jepang tidak terima dan akhirnya pada awal bulan Juli 2019 lalu, Jepang melakukan tindakan pembatasan ekspor beberapa bahan kimia penting ke Korea Selatan yakni Fluorinated Polymide, Hydrogen Flouride dan Resist.
Alasan Jepang melakukan pembatasan itu sendiri adalah karena berkaitan dengan keamanan nasional dari Jepang sendiri. Pembatasan ini sendiri mulai berlaku pada tanggal 4 Juli 2019 kemarin. Jika sebelumnya ekspor bahan-bahan kimia itu bebas ekspor ke Korea Selatan dari Jepang. Saat ini, para eksportir harus meminta izin kepada pihak pemerintah dimana izinnya sendiri membutuhkan waktu 90 hari lamanya.
Bahan-bahan kimia tersebut sangatlah penting bagi Korea Selatan karena menjadi salah satu penopan tertinggi ekonomi Korea Selatan. Sedangkan Jepang sendiri adalah produsen utama dari bahan-bahan kimia tersebut.
Hingga saat ini sendiri, dampaknya sudah terasa di Korea Selatan, dan bisa jadi, dampak tersebut akan menjalar ke negara-negara lain yang menggunakan gadget-gadget yang dibuat oleh Korea Selatan ataupun gadget-gadget yang menggunakan perangkat semi-konduktor yang diproduksi oleh Korea Selatan.
Â
Â