7 Aplikasi Ojek Online ini Korban Keganasan Gojek dan Grab

16 Sep 2019 17:50 8309 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Sayangnya harus gulung tikar karena persaingan yang sangat ketat.

Ride Hailing atau yang lebih kita kenal dengan layanan transportasi online memiliki potensi yang sangat besar di Asia Tenggara, terutama di Indonesia dimana mengutip informasi yang diberikan situs Statista, potensi pasar ride hailing di Indonesia itu mencapai 21.7 Juta. Jauh lebih besar jika dibandingkan dengan potensi di negara tetangga yang berada di kisaran 2 jutaan saja seperti di Singapura atau 4 jutaan saja seperti di Malaysia dan Thailand.

Berbicara soal layanan transportasi online, pada benak Anda sekalian pasti muncul kata “Gojek” dan “Grab”. Namun usut punya usut, selain kedua layanan transportasi online tersebut, ada layanan transportasi online lainnya yang sempat menjadi penantang namun akhirnya harus gugur dan gulung tikar.

Di bawah ini adalah 5 layanan transportasi online mirip Gojek dan Grab yang pernah ada di Indonesia namun harus gulung tikar dikarenakan persaingan yang ketat.

 

1. Ladyjek

Warna pink dari jaket yang juga sekaligus menjadi seragam harian layanan transportasi online ini adalah salah satu ciri khas dari Ladyjek. Layanan transportasi online berupa ojek online hadir untuk memberikan kemudahan bagi para wanita yang biasanya membutuhkan alat transportasi ojek, namun enggan menggunakannya dikarenakan driver atau supirnya adalah kaum Adam.

Dengan driver atau para supirnya adalah wanita, Ladyjek memiliki target pasarnya adalah para wanita. Namun cukup disayangkan, terlepas dari konsepnya yang lumayan unik dan memiliki target pasar yang sama sekali tidak ada saingannya, aplikasi dari Ladyjek ini banyak mengalami bugs atau error sehingga cukup membuat kecewa para penggunanya.

Selain itu juga, tidak seperti Gojek atau Grab yang armadanya jutaan, Ladyjek hanya memiliki armada yang jumlahnya sedikit sehingga ketika ada demand yang tinggi, disitu biasanya para konsumen harus merasakan kekecewaan dikarenakan tidak adanya driver yang mau pick up atau datang menjemput. Andaikan ada juga biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama.

 

 

2. Call Jack

Memiliki sistem mirip dengan taksi konvensional, Call Jack adalah layanan ojek online pertama yang menggunakan sistem argo. Berdiri pada tahun 2010, Call Jack memiliki ciri khas jaket dan helm kuning seperti warna taksi di luar negeri.

Call Jack sempat bersaing ketat dengan Gojek di Yogyakarta. Bahkan Call Jack ini juga sempat mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai taksi motor pertama dengan sistem Argometer. Selain itu juga, Call Jack mendapatkan penghargaan sebagai layanan ojek online dengan pelayanan publik terbaik.

Namun terlepas dari berbagai achievement yang diraihnya, Call Jack akhirnya harus hengkang juga dari kompetisi yang memang sangat ketat ini.

 

 

3. Ojekkoe

Layanan ojek online “Ojekkoe” (dibaca:ojekku) adalah sebuah aplikasi yang didalamnya terdapat multi-services seperti halnya Grab dan Gojek sekarang ini, seperti adanya layanan antar barang, layanan antar makanan, dan tentunya, layanan transportasi online.

Yang membedakannya dengan Grab dan Gojek adalah sistem kemitraan antara pihak mitra dan pihak pemilik aplikasi layanan. Jika pada Grab dan Gojek menggunakan sistem bagi hasil dimana Grab dan Gojek mengambil 20 persen dari total tarif yang dikenakan ke penumpang. Sedangkan Ojekkoe ini menggunakan sistem bayar harian dimana mitra diharuskan membayar pihak pemilik aplikasi perhari selama menjadi bagian atau menjadi mitra Ojekkoe.

Keuntungannya, sang driver atau pengemudi mitra tidak akan kena pemotongan bagi hasil seperti halnya pada Gojek dan Grab. Sayangnya, sistem ini kurang diterima oleh para mitra, karena tidak semua mitra pengemudi itu adalah orang yang rajin mengambil orderan setiap hari atau istilahnya “ngebolang”.

Sistem tersebut sayangnya tidak berhasil diimplementasikan, dan Ojekkoe juga akhirnya harus mundur dari kompetisi.

 

 

4. Blujek

Setiap layanan ojek online di Indonesia umumnya memiliki ciri khas masing-masing dimana salah satunya bisa dilihat dari warna jaketnya. Untuk Blujek, warna yang menjadi ciri khasnya adalah warna biru dengan logo kompas GPS.

Ketika masih beroperasi, Blujek memiliki kantor pusat di Jakarta. Dengan armada yang cukup besar, Blujek terjun di dunia layanan ride hailing. Tapi sayangnya, Grab dan Gojek yang terus mendapatkan suntikan dana investor dari banyak raksasa industri membuat Blujek harus terpaksa mengibarkan bendera putih sejak tahun 2015 lalu.

Kekalahan dari Blujek sendiri tentunya dari perang tarif dan promosi yang tentunya kurang menarik bagi rakyat Indonesia.

 

 

bersambung ke halaman 2
Tags

About The Author

Buricak Burinyai 68
Expert

Buricak Burinyai

Seorang warga Bandung yang cinta Bandung, teknologi dan mantannya
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel