Kebanyakan transaksi sekarang ini dapat dilakukan dengan mudah dikarenakan adanya internet. Sehingga, transaksi yang biasanya dilakukan face-to-face berubah menjadi transaksi menggunakan rekening bank tanpa kita bisa melihat lawan transaksi tersebut.
Tentunya transaksi ini membutuhkan kepercayaan antara kedua belah pihak yang terlibat dalam transaksi. Dan ini juga yang dimanfaatkan mereka para manusia dengan niat jahat untuk mencari uang instan. Yaitu dengan melakukan penipuan secara online.
Salah satu yang sering dijadikan ladang mencari uang haram oleh para penipu tersebut adalah kategori gadget. Karena yang namanya gadget, khususnya smartphone, itu banyak peminatnya dan pasarnya sendiri tidak pernah sepi sama sekali.
Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas bagaimana caranya mengenali para penipu online, khususnya mereka yang mengaku para penjual gadget yang sampai tahun 2019 sekarang ini, modusnya semakin berkembang dan semakin membuat banyak orang terjerat.
Â
1. Tidak Mau Transaksi Via Rekber
Rekber adalah sebutan untuk pihak ketiga yang biasanya menjadi pihak terpercaya yang fungsinya adalah sebagai media untuk dua pihak melakukan transaksi.
Rekber sendiri wujudnya ada macam-macam, ada rekber yang memang berbadan hukum resmi, ada rekber berupa marketplace seperti Tokopedia, Shopee dan Bukalapak, ada juga rekber personal yang tidak begitu direkomendasikan karena selain tidak berbadan hukum, juga tidak memiliki tingkat kredibilitas 100 persen.
Dengan tidak mau melakukan transaksi via rekber, kemungkinan 50 persen penjual tersebut adalah penipu. 45 persen sisanya, kemungkinan gadget yang dijual tersebut memiliki minus atau kerusakan yang memang tidak mau diperlihatkan penjualnya. Dan 5 persen sisanya, kemungkinan kecil penjual tersebut memang tidak mau ribet.
Tapi jarang sekali loh penjual yang seharusnya butuh uang tidak mau ribet demi menjual barangnya.
Â
Â
2. Memiliki Template Banyak Typo
Seorang penipu yang menjual smartphone biasanya memiliki template atau tulisan siap copy paste agar mempercepat proses transaksi yang sebenarnya adalah proses penipuan. Di dalam template yang terdiri dari beberapa list seperti nama, alamat, nomor telepon, dan pesanan yang diinginkan, biasanya selalu ada saja typo atau tulisan yang tidak lazim ditemukan di dalam bahasa Indonesia. Seperti contohnya telepon jadi “telfon†ataupun alamat jadi “almatâ€.
Entah sengaja atau tidak sengaja penipu tersebut melakukan typo, yang pasti sebagai konsumen kita harus langsung waspada ketika melihat tulisan typo tersebut.
Â
Â
3. Memiliki Alamat Toko Fiktif
Penipu yang bertopeng penjual gadget biasanya sudah menyiapkan beberapa kartu andalan untuk meyakinkan korbannya bahwa ia adalah penjual yang jujur. Salah satunya adalah menyediakan toko offline atau toko fisik yang “katanya†bisa dikunjungi kapanpun.
Padahal ketika di search di Google Map, biasanya toko tersebut adalah rumah. Masa iya penjual smartphone yang menjual ratusan bahkan ribuan smartphone menjual produknya di rumah?
Ada juga kasus ketika dicari di Google Map, yang muncul adalah toko smartphone tapi toko tersebut bukan milik si penipu tersebut. Hal tersebut bisa dicek dengan bertanya lewat nomor telepon yang dimiliki tersebut di Google Business.
Â
Â
4. Tidak Berani Mengikuti Permintaan Pembeli
Ketika kita akan membeli barang secara online, pastinya setiap penjual sudah menyiapkan foto dari produk yang dijualnya tersebut. Tapi tahukah Anda, kalau penipu juga sudah menyiapkan foto yang gadget sama seperti penjual pada umumnya?
Namun bedanya penjual asli dengan penjual bohongan adalah ketika Anda meminta foto dengan sehelai kertas yang dituliskan nama Anda, biasanya penjual normal akan menyanggupinya. Walaupun sebagian mungkin ada yang tidak menyanggupi juga.
Tapi ketika penipu diminta foto produk dengan sehelai kertas yang diberi nama Anda, biasanya mereka tidak akan menyanggupinya. Bahkan ada yang langsung memblokir atau memaki-maki terlebih dahulu.
Â
Â
5. Biasanya Menjual Produk Berlabel “BM†atau Black Market
Banyak yang salah kaprah soal produk black market dimana produk tersebut adalah produk tanpa box atau produk reject.
Yang betul itu, produk black market adalah produk yang tidak dijual resmi di Indonesia. Atau dengan kata lain, produk tersebut dijual oleh banyak orang namun tidak mengikuti regulasi yang ada di Indonesia.
Contohnya saja smartphone yang tidak rilis di Indonesia namun dijual di Indonesia. Itu adalah salah satu contoh produk BM.
Dengan berlabel “BM†biasanya penipu akan menjual berbagai smartphone dengan harga yang diluar akal manusia normal. Contohnya saja smartphone seharga 10 juta, hanya dijual 1.5 jutaan saja dikarenakan produknya adalah produk BM.
Padahal, para penjual betulan saja menjual produk BM paling hanya selisih 5 sampai 15 persen dari harga resminya.
Â
Â
Jadi gimana? Bertambahkah wawasan Anda soal dunia teknologi yang semakin canggih namun semakin rawan penipuan? Tetap waspada dan tetap bergaya sesuai kemampuan kantong Anda! -BB-