Kalau Ditanya Kapan Nikah, Jangan Buru-buru!

7 Jul 2019 19:15 3650 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Tergesa-gesa dalam memilih sebuah keputusan bukan hal yang baik, jika salah melangkah akan berhenti di tengah jalan.

Kadang manusia berambisi besar, tapi implementasi untuk mencapai targetnya tidak ada. Mereka menginginkan banyak keingingan tetapi tetap berdiam diri. Tidak ada usaha untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Kadang penyebab utama hanya ketergesaan dan menganggap yang paling cepat yang paling berhasil, Nyatanya, tidak semua yang diwujudkan dengan cepat mendapatkan hasil yang terbaik. Hentikan ego yang mengalir dalam darahmu, jika memang tidak punya daya dan kemampuan untuk meraih, lebih baik menanti waktu yang terbaik. Karena segala sesuatu yang diwujudkan dengan buru-buru tidak akan menghasilkan hal yang baik, justru sebaliknya.

 

Tergesa-gesa dalam menentukan pilihan yang dilakukan dalam masa yang panjang tidak disarankan, karena penyesalan yang akan menjadi temannya. Seperti yang selalu lekat dalam ingatan hampir setiap kesempatan selalu menemukan pertanyaan seputar ‘kapan’ daripada bagaimana.

 

“Kapan nikah? Kapan Wisuda? Kapan Kerja? Kapan punya anak?” Doktrinasi hal yang sepele ternyata bisa menganggu produktivitasmu dalam menatap tujuan. Bahkan tidak jarang beberapa orang menjadi frustrasi hingga melakukan kekejaman yang tidak diinginkan. Seharusnya sikap mereka yang memang peduli kepada sesama, tidak hanya berujar ‘kapan’ diselingi dengan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya jika memang kita ingin membantu teman yang masih jomlo, tidak selalu bertanya ‘kapan bawa pasangan ke kondangan’ melainkan membantu mengenalkan dengan kenalan sendiri. Siapa tahu bisa mendapatkan jodoh.

 

Pun disesuaikan dengan target nikah, juga kemampuan; berupa sarana menikah dan kebutuhan setelah menikah. Tidak mungkin kita memaksa seseorang yang belum mampu menikah, untuk segera menikah. Karena perjalanan menikah tidak hanya sehari atau dua hari, bisa jadi sangat panjang yaitu seumur hidup. Mungkin acaranya bisa dikondisikan, hanya sehari tetapi hari-hari berikutnya. Sudah menjadi tanggung jawab yang melakukan.

 

Urusan hidup orang lain janganlah ikut campur, kecuali akan membantu menanggung. Mungkin pertanyaan ‘kapan’ terbiasa dilakukan karena bagi mereka yang lebih cepat selesai suatu fase dianggap sukses, sebaliknya yang tidak selesai dianggap gagal. Padahal hidup manusia tidak linier, hidup manusia dinamis. Pun yang menentukan takdir hidup ialah Tuhan yang Maha Esa. Mencampuri urusan pribadi seseorang maupun masa depannya tanpa ada dorongan untuk membantu seperti mencampuri ‘skenario’ atau takdir Tuhan.

 

Memang segala sesuatu harus diperjuangkan, tetapi tidak dengan mendesak dan tergesa-gesa. Karena tidak ada yang instan di dunia ini, membuat mie saja harus perlu tahapan-tahapan. Apalagi urusan menikah. Menikah perlu calon pasangan yang cocok, visi dan misi jelas, latar belakang keluarga, perilaku maupun pekerjaan untuk lelaki yang menjadi tulang punggung sudah ada. Rentetan dalam pernikahan juga masih panjang lagi. Mulai dari memperkenalkan keluarga dan mendekatkan diri kepada mereka.

 

Menikah bukan soal cinta saja, ada keluarga yang akan menjadi bagian dari mereka setelah menikah. Ada tuntutan, kewajiban dan hak yang harus ditunaikan. Jika lelaki akan memiliki banyak tanggung jawab kepada orang tua, istri dan anak. Apakah sudah siap mental dan fisik untuk menjalani hal tersebut?

Menikah bukan suatu hal yang bisa dilakukan dengan tergesa-gesa, dan bukan juga ajang berlomba-lomba lebih cepat sampai finish. Karena masih banyak yang melakukan pernikahan terlalu dini berakhir dengan kegagalan rumah tangga. Faktor utama biasanya ekonomi, kecukupan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terlebih kehidupan yang lebih menuntut lebih cepat dalam melakukan inovasi dan perkembangan. Jika tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan dan percepatan global, tentu akan tertinggal. Apalagi kebutuhan perempuan itu banyak. Mereka terkadang menuntut ‘ini’ dan ‘itu’. Pun ketika suatu hari ia dinyatakan hamil, maka akan bertambah lagi beban yang harus dipikul kedua pasangan ini jika tidak siap nikah dan hanya ikut-ikutan mengejar label ‘sold out’.

 

Oleh karena itu, jangan tergesa-gesa dalam menentukan pilihan hidup yang berjangka panjang. Mulai persiapkan diri dan mental yang lebih keras lagi. Hal yang dilakukan dengan tergesa-gesa selalu berakhir kurang memuaskan. Daripada menyesal karena salah melangkah lebih baik pelan-pelan melangkah nanti akan sampai juga, diimbangi dengan motivasi untuk lebih semangat lagi memperbaiki kualitas hidup.

 

 

Tags

About The Author

Baiq Cynthia 24
Novice

Baiq Cynthia

Just wanna to be inspirator to everyone. autor, content writer, blogger. contact me : baiq_cynthia@yahoo.com
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel