Sisi lain Kehidupan Masyarakat Suku Tengger

5 Jul 2019 12:55 6151 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Bahasa Jawa Kawi adalah bahasa khas Tengger kemudian sistem penanggalan Saka  dan gaya busana yang unik seperti : sarung Udheng ,selendang adalah identitas masyarakat Suku Tengger. sehingga mereka sering disebut Wong Bromo dan Wong Tengger .

Masyarakat Indonesia mungkin ada yang sudah tidak asing lagi dengan suku yang tinggal di kawasan pegunungan Bromo yaitu, Suku Tengger. Suku Tengger terkenal akan tradisi dan seni budayanya yang unik. Penasaran bagaimana gaya hidup dan cirikhas suku Tengger yang sebenarnya wisatawan bisa datang langsung ke kawasan Gunung Bromo. Suku Tengger adalah penduduk asli yang tinggal di kawasan pegunungan Gunung Bromo 3393 mdpl yang ada diujung Timur pulau Jawa, tepatnya berada di Provinsi Jawa Timur. 

Suku Tengger diduga kuat berasal dari keturunan para pengungsi Kerajaan Majapahit yang kemudian disebut wong Tengger atau sering disebut wong Bromo. Sebagian besar penduduk Suku Tengger menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, lumajang, Probolinggo dan Kabupaten Malang, Jawa Timur ini memiliki bahasa, kepercayaan, kebudayaan yang unik dan berbeda dari kebanyakan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. 

Kehidupan Masyarakat Suku Tengger yang tinggal di kawasan Gunung Bromo ini memiliki ciri khas yang unik yang membedakan dengan kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya. Sisi lain Kehidupan masyarakat suku Tengger yang unik menjadi ciri khas suku Tengger yaitu Bahasa. Bahasa yang dipakai suku Tengger berbeda dengan Bahasa Jawa yang berkembang diera modern. Mereka masih memakai bahasa jawa kuno yaitu bahasa Kawi dan beberapa kosakata jawa kuno yang tidak lagi digunakan oleh penutur bahasa jawa lainnya. Bahasa Kawi ini dipakai dalam komunikasi sehari-hari khas Tengger yang diyakini sebagai bahasa dan dialek asli Majapahit. Dialek khas Tengger yang menyebabkan orang suku jawa terkadang mengalami kesulitan memahami bahasa Tengger.
      
Sisi lain kehidupan masyarakat Suku Tengger yang menarik adalah sistem penanggalan. Suku Tengger memiliki sistem penanggalan tersendiri disamping penanggalan Masehi. Mereka memakai sistem penanggalan Tahun saka yang mengadopsi sistem penanggalan Hindu. Sistem penanggalan suku Tengger mirip dengan penanggalan tradisional  jawa maupun Bali. Dalam setahun terdapat 12 bulan seperti Kasa, karo, katiga, kapat, kasanga, kasadha, dhesta.
  
Agama juga menjadi sisi lain dari kehidupan khas Suku Tengger. Kehidupan masyarakat suku Tengger berbeda dengan peradaban Jawa lainnya yang menganut mayoritas ajaran Islam. Masyarakat suku Tengger tidak menganut ajaran Islam melainkan aliran kepercayaan Siwa Buddha. Mereka masih percaya serta menganut  aliran kepercayaan Siwa Buddha yang kemudian berkembang menjadi agama Hindu masyarakat suku Tengger sampai kini. Penduduk suku Tengger yang sebagian besar beragama Hindu mengaku sebagai keturunan para pengungsi Majapahit yang dipimpin  Rara Enteng dan Jaka Segeger yang diduga berasal Kerajaan Majapahit abad ke-16. Mereka  mengungsi akibat serangan kerajaan Islam menyebabkan keturunan Rara Anteng & Tengger tidak menerapkan kasta dalam kehidupan sehari hari.

Kain Sarung adalah ciri khas suku Tengger. Kain sarung selalu melekat dalam keseharian kaum pria suku Tengger. Sarung ini tidak saja menjadi identitas suku Tengger melainkan juga sebagai pengganti jaket untuk mengusir rasa dingin yang selalu menyelimuti kawasan Gunung Bromo. Topi atau kupluk juga menjadi ciri khas suku Tengger. Sama halnya dengan kain sarung. Topi selalu melekat dikepala mereka yang kerap dijadikan sebagai pelindung kepala dan telinga dari udara dingin.

Selain topi sebagai ciri khas ka pria Suku Tengger, Udheng atau ikat kepala yang biasa dipakai kaum pria Suku Tengger saat hari besar Kasada, Karo dan ritual khas suku Tengger lainnya. Menariknya, kaum perempuan Suku Tengger juga memiliki identitas dalam berpakaian yaitu kain sarung dan selendang. Kain sarung yang dipakai kaum perempuan Suku Tengger biasanya dikalungkan di leher sehingga terjuntai ke belakang untuk mengusir rasa dingin dan melindungi bayi yang digendong di punggung. Motif kain sarung dan kain selendang yang dipakai kaum perempuan Suku Tengger adalah motif batik Madura dan pekalongan.

Tags

About The Author

Suryatiningsih 46
Ordinary
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel