Banyuwangi dikenal kaya akan seni tradisi dan budayanya yang indah mempesona. Penduduk asli masyarakat Banyuwangi sering disebut Suku Osing. Suku Osing adalah: sebuah suku pedalaman didaerah kabupaten Banyuwangi yang menjadi bagian dari sub suku dari suku Jawa. Suku Osing dikenal dengan ciri khas tradisi dan bahasanya yang unik kemudian menjadi ciri khas Suku Osing.Â
Â
Bahasa Osing adalah bahasa resmi yang digunakan oleh masyarakat suku Osing dalam kegiatan sehari- hari. Suku Osing yang banyak dijumpai di wilayah Kecamatan Rogojompi, Sangon, Kabat, Giri, Glagah dan Kecamatan Kalipuro. Selain bahasa yang unik ternyata masyarakat suku Osing juga memiliki kebiasaan, ada istiadat dan tradisi unik saat menyambut bulan Idul Fitri atau bulan Syawal
Â
Ketika lebaran atau Idul Fitri tiba masyarakat suku Osing menyambutnya dengan penuh suka cita dan penuh kegembiraan. Beragam rangkaian pentas seni serta budaya yang unik dan menarik digelar oleh masyarakat suku Osing secara meriah menyambut hari lebaran  salah satunya adalah:acara selametan Lebaran. Acara Selametan lebaran digelar oleh masyarakat suku Osing yang dipusatkan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur Tradisi ritual selametan lebaran tersebut digelar oleh seluruh masyarakat suku Osing secara meriah. Ritual Selamatan lebaran digelar agar seluruh masyarakat suku Osing diberi keselamatan dan mendoakan para leluhur yang sudah meninggal.Â
Â
Menariknya tradisi selametan lebaran yang digelar masyarakat suku Osing dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok berjumlah 10-20 orang dimana setiap kelompok mengunjungi bersama-sama dari rumah ke rumah secara bergantian. Acara Selamatan Lebaran yang menarik saat tiba acara Anjang Sana . Saat acara Anjang Sana tiba disetiap rumah diharuskan menyediakan makanan beserta lauknya makan yang disediakan. Uniknya jika anggota 20 orang, maka mereka akan bersantap sebanyak 20 kali kemudian sebelum menyantap hidangan yang disediakan tuan rumah ada rangkaian doa agar tuan rumat selamat,sehat dan banyak rejeki baru makan baik kerupuk, buah-buahan, ketupat lebaran, opor ayam atau kare ayam, sate hingga dendeng daging goreng.
 Â
Tradisi unik yang lain digelar  masyarakat suku Osing ada di Desa Kemiren , Kecamatan Glagah , Kabupaten Banyuwangi , Jawa Timur adalah tradisi Barong Ider Bumi. Tradisi Barong Ider Bumi yakni tradisi mengarak barong keliling desa diiringi nyanyian macapat yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan diadakan pada hari ke 2 setelah lebaran . Acara ini menjadi agenda tahunan rutin digelar secara swadaya masyarakat. Menariknya sebelum Barong Ider Bumi  diarak keliling desa para sesepuh desa memainkan angklung dibalai desa sebagai tanda ritual barong ider bumi mulai digelar. Pawai barong Ider Bumi dimulai dengan menabur beras kuning dicampur uang receh yang disebar disepanjang jalan sejauh 3 KM dimeriah beragam aneka kesenian tradisional khas suku Osing. Pawai barong Ider Bumi diakhiri acara makan-makan bersama masyarakat setempat yang digelar disepanjang jalan desa.
Â
Tradisi unik lain yang digelar masyarakat suku Osing  saat lebaran tiba yang tidak kalah menarik adalah :Tradisi Puter Kayun. Tradisi Puter Kayun dalam bahasa Osing berarti keliling gembira atau bertamasya berkeliling naik dokar dari Boyolangu sampai pantai watu dodol adalah bentuk ungkapan rasa syukur atas rejeki selama ramadhan hingga idul fitri.
  Â
Sementara itu, masyarakat suku Osing yang tinggal di Dusun Kopen kidul, Desa Kampung Baru, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi merayakan Idul Fitri menggelar acara tradisi Gelar Pitu yang berarti menata ucapan dari buyut saridin yang telah memberikan tujuh wejangan kepada keturunannya yakni melaksanakan sedekah bumi dihalaman atau ditengah jalan dengan menggunakan pelepah pisah atau ancak.
Â
Menariknya dalam tradisi gelar pitu semua perangkat barong dan mahkota atau omprok seblang serta gunungan ketupat diarak dan didoakan dimakam mbah Saridin yang diyakini sebagai pelopor pembabat hutan dijadikan perkampungan. Kegiatan ini bertujuan untuk menolak bala dan wujud syukur atas keamanan beserta rejeki. Tradisi gelar pitu diiringi musik berupa menabuh lesung dengan berirama yang dilakukan delapan perempuan suku Osing.
Â
Acara tradisi Gelar Pitu dimeriahkan berbagai pentas kesenian tradisional khas suku Osing seperti barong, kuntulan, gandrung dan angklung paglak. Tradisi gelar pitu berakhir acara ritual arak-arakan gunungan ketupat berisi uang 1000 sampai 5000 keliling kampung saat bersamaan warga menyediakan masakan dalam ancak disepanjang jalan desa yang dilewati arak-arakan berakhir di mushola Dukuh Kopen kidul dan diperebutkan oleh warga setempat. Warga yang berhasil mengambil ketupat berisi uang dipercaya rejeki lancar selama 1 tahun sebaliknya mendapat ketupat kosong rejeki akan menurun.
Â
Saat Hari raya idul fitri tiba masyarakat suku Osing juga menggelar beberapa pentas kesenian tradisional khas suku Osing yakni :ritual seblang berupa pagelaran seni tari Seblang digelar hari 7 setelah lebaran sebagai ungkapan rasa syukur dan tolak bala agar desa tetap aman dan damai.