Pernahkah kamu melihat orang yang kalau ngomong ngotot, merasa benar sendiri. Atau kamu sendiri yang begitu?
Jangan-jangan nih orang yang memiliki sikap ngotot atau keras terhadap argumennya, padahal belum tahu kebenarannya. Itu pertanda kalau orang tersebut bodoh.
Pendapat ini datang dari sebuah penelitian baru-baru ini. Sebuah studi yang dipublikasi pada jurnal nature yang menjelaskan orang yang memiliki sifat ngotot cenderung memiliki pengetahuan yang kurang.
Sifat Ngotot sendiri biasa kita kenal dengan sikap orang yang kuat membela pendapatnya, emosional, dan biasanya merasa paling benar sendiri. Padahal boleh jadi orang tersebut tidak menguasai permasalahannya.
Kalau ngotot berdasarkan tekad kuat yang berdasarkan kebenaran tentu gak apa ya. Asal gak ngaco.
Selanjutnya seperti apa hubungannya dengan sifat ngotot dan orang bodoh. Hal tersebut terungkap dari poling Pew Research. Dimana para peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan objek makanan yang sudah dimodifikasi secara genetik.
Makanan tersebut sebenarnya telah disepakati aman untuk dikonsumsi. Manfaatnya juga dirasakan oleh para petani dan produsen makanan. Bahkan 88 persen ilmuwan telah mendukung makanan tersebut aman.
Namun hasilnya menunjukkan sebaliknya. Hanya 37 persen dari populasi kebanyakan di Amerika yang menggap makanan tersebut aman.
Peneliti lalu menanyakan pada para partisipan terhadap objek dan menguji pengetahuan literasi mereka. Penelitian ini juga dilakukan di Jerman dan Prancis, tidak hanya di Amerika Serikat saja. Untuk selanjutnya dibuat daftar peringkatnya.
Dan hasilnya menunjukkan orang yang memiliki skor terendah. Cenderung bersifat defensif. Merasa yakin bahwa makanan yang menjadi objek tersebut tidak aman.
Mereka juga akan menganggap orang lain salah bila tidak sependapat dengannya. Sekalipun sudah ada bukti ilmiah dan opini dari para pakar.
Peneliti berpendapat bahwa kelompok partisipan yang mendapat nilai terendah mengalami "ilusi pengetahuan".
Pendapat ekstrim yang mereka katakan berasal dari pengetahuan yang dangkal. Namun merasa dirinya benar dan orang lain salah.
Dalam sejumlah hal kasus, orang-orang yang dianggap kurang pintar biasanya percaya kecerdasannya luar biasa. Sehingga pede saja mengeluarkan opini tanpa berbasis data.
Ironisnya, orang-orang tersebut cenderung agresif dan kasar setiap menghadapi masalah ataupun konflik.
Dan lingkungan yang kasar dan agresif menyulitkan terjadinya pembelajaran pada anak usia dini. Alhasil pengembangan intelektual yang berkelanjutan pun menjadi proses yang sulit dan mustahil.
Pada akhirnya bodoh atau tidaknya itu relatif. Menurut penilaian yang kebanyakan orang sebutkan.
Namun tentunya watak seseorang menunjukkan siapa dirinya, ataupun kebalikannya. Seperti dijelaskan diatas. Orang yang tampaknya saja pandai bicara dan wawasannya luas. Kenyataannya hanya "Tong kosong nyaring bunyinya".
Tapi jangan buru-buru tersinggung. Ini merupakan sebuah penelitian. Barangkali hasilnya bisa keliru. Seharusnya kita gak perlu bereaksi berlebihan.
Jadikan sejumlah hasil penelitian terkait tingkat kecerdasan manusia sebagai pengingat. Bisa saja selama ini tanpa sadar kita suka ngotot. Merasa benar sendiri. Mencoba lari dari fakta. Dan lebih percaya "kecerdasan" sendiri.
Kalau sudah begini. Lebih baik dirubah ya sifatnya. Bukan mengurui, hanya saling mengingatkan.