Sebagai Wakil Presiden sudah seharusnya membela pasangannya. Tapi tak demikian Jusuf Kalla. Mantan wakil Presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono ini kali ketiga mengkritik proyek infrastruktur kebanggaan pemerintah Jokowi tersebut.
Seingat saya, JK beberapa kali menyampaikan kritikan atas proyek infrastruktur yang dibanggakan rakyat Indonesia khususnya Jakarta. Light Rail Transit (LRT). Dikatakan JK sebagai proyek ‘coba-coba’.
Di era SBY, JK sangat pendiam dan bahkan tak pernah menyalahkan atau menyampaikan kritikan kepada ketua Partai Demokrat itu.
Di beberapa kesempatan, setiap kali ditanya wartawan dirinya terus memberikan pernyataan akan dampak LRT bagi perekonomian bangsa.
Selain itu, JK ikut mempertanyakan pembangunan kereta api Trans Sulawesi dari Makassar ke Manado. Proyek tersebut dianggapnya tidak efisien. Karena menurutnya tidak ada yang menaiki transportasi tersebut.
Yang paling heboh sejagat media sosial soal kritikannya terhadap pembangunan LRT Jabodetabek. Dikatakanya biaya yang dikeluarkan mencapai Rp500 miliar per kilometernya (km). Pembangunan LRT dengan skema elevated (layang) dinilai kurang efektif.
Apa benar ini menandakan adanya kerenggangan hubungan JK dan Jokowi?
Tentu ini jadi nilai plus untuk kemenangan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Sandi di pemilu mendatang. Dan peluang bagi Partai Demokrat mengejar elektabilitas dari Partai pengusung Jokowi, PDI Perjuangan.
Kabar ketidakharmonisan ini sudah lama muncul. Sangat berbeda disaat JK mendampingi SBY. Satu periode dilalui bersama. Tanpa gimik dan konflik seperti yang terjadi sekarang ini. Â
Kita akui selama ini Jokowi dalam mengambil keputusan memang tidak selalu tepat. Alias gerasak gerusuk. Seperti pengakuan dari Menkopolhukam Wiranto soal pembebasan pelaku teroris Abu Bakar Ba’asyir beberapa waktu lalu.
Banyak pihak melihat ketidakharmonisan ini dipicu banyak alasan. Terlebih disaat reshuffle kabinet dan Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017 lalu. Patut kita apresiasi kritikan JK terhadap Presiden Jokowi.
Semasa mendampingi SBY, JK koperatif. Menurut saya bisa dikarenakan SBY memiliki konsep kepemimpinan yang baik jika dibanding Jokowi.
Begitu pun kader yang berada disampingnya. Seperti kita ketahui, Partai Demokrat sudah mengalami manis, asam, pahitnya mengelola negara. Terlebih di legislatifnya. Sangat tahu akan kebutuhan masyarakat sehingga sedikit celah untuk dikritik.
Beberapa hari ini SBY bersama masyarakat saling melepas rindu. Ya, rakyat Medan dan Aceh sangat senang didatangi mantan Presiden tersebut. Terlebih Rindu akan sosok kepemimpinannya, dan rindu akan program-program yang sempat dirasakan manfaatnya oleh rakyat.
Bisa dilihat dari keantusiasan masyarakat menyambut partai berlambang mercy ini. Saya melihat rakyat setempat menyiapkan segala sesuatu sebelum SBY datang. Betul saja, sebanyak 14 sampan dengan bendera Partai Demokrat berkibar-kibar di lautan.
Tak lain hanya untuk menyambut kedatangan Ketua Umum Partai Demokrat, SBY dan kader lainya.
Sampan-sampan ini adalah perlambang semangat kader-kader Demokrat Aceh yang siap melaksanakan 14 Prioritas Demokrat untuk rakyat apabila dipercaya masyarakat pada Pemilu 17 April mendatang.
 Seperti yang kerap disampaikan Presiden ke-6 RI bahwa masyarakat Aceh tengah memasuki tugas sejarah kedua. Setelah Aceh yang damai, kini bergerak menuju Aceh yang adil, Aceh yang masyarakatnya sejahtera. Dan ini menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Aceh tanpa kecuali.