Dengan dipindahkannya kantor Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi dari Jakarta ke Jawa Tengah, apakah elektabilitas pasangan nomor urut nomor 02 ini bertambah di Pemilu 2019 mendatang?
Tentu tidak jawabannya. Penulis berkeyakinan, walaupun dipindahkan ke wilayah yang katanya dikuasai partai penguasa pemerintah (PDIP), tidak menentukan bertambah atau tidaknya jumlah simpati dari masyarakat untuk memenangkan pasangan nomor urut 02 ini di Pilpres nanti.
Belajar dari Jawa Barat, hasil survey di Jawa Barat memperlihatkan bahwa Gerindra sudah ungggul dari PDIP. Untuk di Jateng pun Gerindra berkeinginan jadi pemenang, walaupun memang tidak mudah. Menggempur Jateng untuk memenangkan Prabowo-Sandi adalah keniscayaan.
Pada Pilpres 2014 lalu, sekitar 12,9 juta masyarakat memilih Jokowi-JK di bilik suara. Sementara Prabowo-Hatta hanya mendapat dukungan sebesar 6,4 juta suara (33 persen). Selisihnya lebih enam juta suara.
Di kalangan pemilih Jateng, figur calon dinilai tidak berpengaruh. Pada Pilkada 2008, misalnya, Bibit Waluyo terpilih sebagai Gubernur Jateng. Ketika PDIP mengalihkan dukungan kepada Ganjar Pranowo pada Pilkada 2013, calon petahana itu kalah. Begitupun kemenangan Ganjar-Yasin pada Pilkada 2018 dinilai tak bisa lepas berkat dukungan PDIP.
Kondisi ini bisa saja dilakukan di Jateng. Hanya saja penuh kesabaran dan kerja keras dari tim pemenangan nantinya menuju RI 1.
Namun penulis punya keyakinan, masyarakat akan tetap melihat siapa calon Presiden dan Wakil Presiden untuk memimpin Indonesia dalam lima tahun kedepan. Selain itu, kerja keras dari tim pengusung juga menentukan suara masyarakat di Pilpres. Â
Dengan kata lain, jika serius Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi menggarap Jawa Tengah, tidak mustahil berpengaruh terhadap elektabilitas Prabowo-Sandi.
Besar kecil naiknya elektabilitas Prabowo-Sandi atas pemindahan markas tersebut bergantung dari strategi dan kerja keras tim sukses, kader, dan relawan dalam mengkampanyekan Prabowo-Sandi.
Sekalipun markas dipindah ke Jateng, namun tidak bergerak menyapa rakyat ya sama saja bohong. Jadi pengaruh elektabilitas Prabowo-Sandi di Jateng bergantung dari usaha, kesungguhan, dan kerja keras mereka dalam menjebol dan menaklukan basis PDIP tersebut.
Menurut hemat penulis, BPN Prabowo-Sandi tidak perlu repot-repot memindahkan kantor ke Jateng, dengan harapan merebut suara dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Karena, masyarakat Jateng sudah tahu siapa pemimpin yang baik dan cocok untuk dipilih nantinya.
Jika pun nanti hasilnya belum sesuai harapan, paling tidak perolehan suaranya tidak jomplang. Siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan berhasil. Tidak ada usaha yang sia-sia. Dan usaha tidak akan mengkhianati hasil. Loyal atau tidak loyal masyarakat Jateng terhadap PDIP, hanya waktu yang akan menjawab.
Â