Kedatangan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Pacitan menambah semarak suasana Festival Pacitan. SBY menghadirkan diri dan badan beserta keluarga untuk pulang kampung ke Pacitan, Jawa Timur untuk menghadiri sejumlah kegiatan pada Jumat (7/12/2018) sampai Ahad (9/12/2018). Beserta pendamping setia Any Yudhoyono, anak, menantu dan cucu.
Sebagai bagian dari Pemimpin Negara, SBY tidak melupakan asal bermula. Pacitan Jawa Timur telah melahirkan Pemimpin yang memiliki secara utuh kecintaan terhadap asal dan dimana ia berada dan berperan. Dalam pergaulan antar bangsa di dunia, Indonesia adalah rumah dalam kampung dunia, ungkapan SBY menjelaskan tentang nasionalisme dalam globalisme.
Cinta, perhatian dan pengorbanan yang menggerakkan segenap pemikiran, segenap upaya dan daya untuk menumbuhkan dan memperkenalkan daerah asal. Siapapun yang telah masuk dalam keinginan memberi dan berkontribusi kebermanfaatan.
Menari kolosal adalah perwujudan dari apa yang ada pada setiap orang dalam sinergi antar peran setiap penari. Harmoni gerak dan suara. Setiap penari melakukan gerak bersama yang tidak saling merusak. Beda dengan penampakan ucap, tindak dan polah politisi dan pendukung yang menari seperti amuk massa, senang konflik yang merugikan banyak hal.
Kehadiran SBY menjadi penguat bagi masyarakat Pacitan untuk memberikan yang terbaik dalam Festival Pacitan, termasuk pemecahan rekor MURI Ronthek Pacitan. Sebuah upaya untuk memperkenalkan seni budaya Pacitan tempat kampung SBY.
Terus apa hubungan penari, penggiat seni budaya dengan seni politik. Membaca dan memperhatikan pergerakan politik jelang Pileg dan Pilpres 2019 seakan memunculkan percikan kecil api-api permusuhan, kebencian. Sedangkan seni melahirkan keindahan, kebersamaan dan kerjasama.
Tanggungjawab sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, SBY memberikan pembekalan bagi 100 orang Caleg Partai Demokrat. Sebelum pembekalan SBY telah menunjukkan bagaimana semestinya menjadi politisi sekaligus negarawan atau negarawan sekaligus berpolitik.
Mengajarkan tanpa menggurui, menginspirasi tanpa mendikte, membimbing tanpa memaksa, menunjukkan tanpa mengekang itulah makna yang muncul dalam rasa dan jiwa tentang bagaimana penari menampilkan tarian bersama dan jumlahnya mampu memecahkan Rekor MURI.
Bertempat di Stadion Gelora Arga Lima Kelurahan Sidoharjo. 5.000 penari Ronthek menampilkan keindahan kerjasama, harmoni bergerak dengan penampilan mozaik tiga dimensi hidup dan tidak animasi, natural yang diperagakan oleh 2400 siswa.
Festival Wonderful Kota 1001 Goa-Pacitan adalah upaya bersama Pemerintahan Kab. Pacitan sebagai pelayan masyarakat Pacitan. Penggiat seni budaya mendapatkan penghargaan yang pantas dan melibatkan generasi muda atau milenial.
“Kami diuntungkan dengan kegiatan tersebut, dengan semakin dikenalnya Khasanah seni budaya yang beraneka ragam ini, utamanya kesenian Ronthek yang rencananya bersama Kethek Ogleng menjadi ikon budaya Kabupaten Pacitan serta dikenal di kancah baik Nasional dan Internasional,†Pernyataan dari Kepala Sie Kebudayaan, Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Suyadi.
Rangkaian kegiatan Festival Pacitan juga menggerakkan UMKM dengan pelaksanaan Bazzaar produk unggulan yang berasal dari olahan kuliner, akik termasuk bagik Pace. Seluruh rangkaian kegiatan yang melibatkan banyak orang dengan berbagai peran dan tanggungjawab adalah bentuk memberikan yang terbaik dan pengabdian untuk Indonesia.
Dan dari Pacitan tanah kelahiran SBY menapaki pengabdian dengan menjadi teladan menginspirasi untuk siapa saja, selama kita memelihara rumah Indonesia tetap baik dalam ucap bertetangga dengan masyarakat kampung dunia.
Kebanggaan yang menggetarkan, harmoni yang menggerakkan kebaikan dan kebermanfaatan untuk keberlangsungan Indonesia yang unggul. Semoga juga menginpirasi kepada caleg Demokrat dan juga caleg lainnya.
Tak terasa menetes air dipelupuk mata, haru bahagia.