Setiap orang ada kelebihan dan ada kekurangannya. Begitu juga halnya dengan sosok Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama 10 tahun menjabat. Akan tetapi, suatu prestasi sudah selayaknya diapresiasi agar sesuatu yang baik bisa dijadikan pembelajaran dan menjadi tolak ukur atas pencapaian hari ini. Inilah 6 fakta kondisi ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan SBY.
1. Kekuatan Ekonomi Nomor 10 Dunia 2014, versi Bank Dunia
Salah satu fokus pemerintahan Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia yang terpuruk pasca reformasi. Dengan kesabaran dan kerja kerasnya, Indonesia masuk dalam Kekuatan Ekonomi Nomor 10 Dunia tahun 2014. Posisi tersebut membuat Indonesia berbangga karena bisa sejajar dengan negara-negara yang selama ini tergolong maju.
Lebih membanggakan lagi, dalam 10 besar tersebut hanya 3 negara Asia yang mampu masuk yaitu China, India, dan Indonesia. Adapun 5 alasan Indonesia bisa masuk ke dalam 10 besar ekonomi dunia tersebut antara lain pertumbuhan ekonomi yang stabil dan sustainable, berjalan baiknya sejumlah kebijakan pengendalian inflasi, percepatan pembangunan dan meningkatkan lapangan kerja, masifnya program pemberdayaan KUR bagi UKM, dan stabilitas politik, keamanan,serta ketertiban.
2. Masuk dalam G-20 Negara Ekonomi Terkuat Dunia pada 2009
G-20 merupakan kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum yang menghimpun kekuatan ekonomi-ekonmi maju dan berkembang untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia.Masuknya Indonesia ke dalam G-20 membuktikan pemerintahan SBY bekerja untuk memperbaiki ekonomi bangsa serta mengangkat harkat dan martabat Indonesia dalam pergaulan internasional.
3. Melunasi Utang IMF
Tidak ada pemimpin dimana pun yang ingin menanggung beban utang pemerintah sebelumnya. Akan tetapi sebagai sebuah kesinambungan, mau tidak mau, suka tidak suka, tanggungjawab itu harus diambil untuk menyelamatkan generasi berikutnya dari beban utang tersebut. Di bawah kepemimpinan SBY, pemerintah Indonesia mampu melunasi utang pada IMF sebesar 9,1 milair dollar pada tahun 2006.
4. Membubarkan CGI
Masuknya utang asing ke dalam negeri tidak lepas dari peran forum Consultative Groups on Indonesia (CGI). Sepak terjang CGI terlihat menonjol saat krisis ekonomi 1998. Sebagaimana ditulis Lindblad, CGI berperan penting dalam memfasilitasi restrukturisasi utang internasional selama krisis Asia dengan pinjaman sebesar 8 miliar dolar AS.
Kiprah CGI berhenti pada 2007 ketika presiden Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, meminta CGI dibubarkan. Alasannya, mengutip Thee Kian Wie dalam Pembangunan, Kebebasan, dan ‘Mukjizat’ Orde Baru: Esai-Esai, ialah waktunya bagi Indonesia untuk mampu merancang dan menjalankan sendiri program ekonomi secara mandiri.
5. Menurunkan Rasio Utang Luar Negeri
Untuk pertama kali pasca reformasi, SBY menjadi presiden pertama yang berhasil menurunkan rasio utang di bawah 30%. Pada awal kepemimpinannya 2004, mendapat tanggungan rasio utang dari pemerintah sebelumnya sebesar 56,5 persen. SBY berhasil menurunkan rasio utang menjadi 24,7 persen ditahun 2014. Bahkan, Amerika dan Jepang yang juga terhimpun dalam G-20 belajar banyak kepada Indonesia tentang bagaimana menjaga rasio utang berada di bawah 30 persen.
6. Menaikkan Pendapatan Perkapita
Fakta terakhir adalah naiknya pendapatan perkapita orang Indonesia. Pada tahun 2004, pendapatan perkapita orang Indonesia hanya sebesar $1.000. angka tersebut terus naik hingga tahun 2014, di akhir pemerintahannya tercatat pendapatan perkapita orang Indonesia mencapai $3.700. Kenaikan tersebut juga diiringi dengan meningkatnya jumlah kelas kalangan menengah dari 37 persen menjadi 56 persen.