Pernah kamu menonton pornografi Jepang? Oh tidak, sudah tidak usah dijawab dan lupakan saja. Pada artikel ini memang akan membahas soal pornografi Jepang, namun tidak ada bagi-bagi link. Jadi jangan berpikir macam-macam ya.
Pertama-tama, mari kita bahas pornografi dari sisi yang berbeda. Sekali lagi, jangan berharap dapat menemukan link disini ya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Jepang cukup terkenal dengan aktifitas produksi film esek-esek. Bahkan industri pornografi di negara Miyabi ini dilegalkan.
Kabarnya produk film dewasa made in Japan ini sangat populer disana bahkan sampai di Indonesia. Baru-baru ini juga mantan artis film tersebut Maria Ozawa, berkunjung ke Bali dan berurusan dengan petugas imigrasi.
Filmnya nyeleneh
Kita mungkin kerab mendengar berbagai kabar tidak biasa dari kebiasaan orang Jepang. Mulai dari kebersihannya, orangnya yang gila kerja, teknologi sampai industri film dewasa yang dianggap nyeleneh.
Pornografi Jepang sering digambarkan dalam bentuk gak biasa dan tak jarang membuat orang terheran-heran. Seperti menggunakan tempat publik, kereta sampai memasukkan teknologi yang aneh saat syuting. Maka siapapun bisa bertanya-tanya, apa kehidupan orang-orang Jepang tak jauh beda dengan yang digambarkan ke dalam film tersebut.
Kesaksian WNI yang tinggal di Jepang terhadap pornografi Jepang
Agar kita semua tidak menduga yang macam-macam tentang kehidupan masyarakat Jepang terkait pornografi disana. Mari kita simak kesaksin WNI yang pernah tinggal di Jepang.
Mengutip portal berita Detik.com (21/11/2018) Sejumlah Warga Indonesia yang pernah Jepang memberikan kesaksian terhadap pornografi di Jepang. Sebagian tidak ingin disebutkan namanya, karena opini terkait pornografi dianggap tabu.
Wajarkah konsumsi pornografi di Jepang?
Sebut saja namanya Tini (27) demikian Ia berkenan disebutnya. Wanita yang pernah tinggal dikawasan Kawasaki dan bekerja di Tokyo mengaku pernah melihat seorang kakek tua dengan santainya membaca sebuah koran yang terpampang gambar wanita dewasa  telanjang.
"Padahal orang di sebelah kiri, kanan, dan di depan dia bisa melihat isi koran yang dia baca," ujar wanita yang bekerja sebagai pengajar Bahasa Indonesia paruh waktu dan sudah tinggal di Jepang selama tiga tahun terakhir.Â
Majalah-majalah dewasa pun dijual di konbini (semacam minimarket) dengan bebas, meski pembelinya pun harus cukup umur. Tini menyaksikan, majalah, video, hingga komik dewasa ini ditaruh tempat khusus sendiri yang terpisah dan diberi tirai. Orang-orang tahu ke mana mereka harus mencari jika ingin mengakses konten pornografi.
Bila teman ada yang jadi bintang film porno
Secara industri pornografi di Jepang ini legal. Tentu tidak mustahil bahwa orang Jepang akan menemukan kenyataan bila ada salah satu teman yang menjadi bintang film porno. Wah, bagaimana ya perasaan sebagai seorang temannya ya?
Marwan (28), seorang programmer asal Indonesia yang kini bekerja di Osaka, memberikan sedikit kisahnya. Salah satu temannya di Jepang mempunyai kawan semasa SMP yang kini menjadi bintang film dewasa. Ia mengatakan bahwa reaksi pertama tentu orang akan kaget. Namun bila orang yang bersangkutan tidak bermasalah maka tidak ada yang perlu diributkan.
Orang Jepang dilihatnya tidak begitu memandang negatif terhadap pornografi. Namun bukan berarti pornografi disana mendapat dukungan penuh. Bisa jadi keluarga atau orang terdekat bintang film dewasa tersebut tidak merestui.
"Karena industri ini legal, jadi ini pekerjaan biasa saja (seperti profesi lain). Juga tidak ada stigma sosial. Bahkan ada yang merasa bangga (menjadi bintang film dewasa) karena bisa membantu kehidupan seksual orang lain," ujar WNI bernama Lukman Adi Prananto (30). Lukman pernah bekerja di sebuah perusahaan swasta ternama di Jepang selama 4 tahun.
Angka kelahiran yang rendah
Barangkali kita yang di Indonesia akan berpikir, bila pornografi saja dilegalkan Jepang. Bukannya itu menimbulkan hasrat biologis yang tinggi. Sehingga menimbulkan kasus perkosaan, hamil dan anak-anak yang dilahirkan diluar nikah.
Faktanya tidak demikian. Setidaknya begitulah menurut kesaksian Lukman, pria yang pernah bermukim di Jepang dan kini tinggal di Jakarta. Menurutnya biaya untuk berkeluarga dan membesarkan anak sangat mahal. Makanya masyarakat Jepang lebih berhati-hati dalam bertindak.
Hitung-hitungan menurutnya untuk berkeluarga dan membesarkan anak membutuhkan biaya mahal bila di Rupiahkan mencapai Rp. 5 Milyar. Angka yang ia sebut sesuai dengan yang ditulis oleh The Japan Times, yang menyebut biaya berkisar antara 28,59-63,01 juta Yen atau sekitar Rp 3,6-8,2 miliar (kurs saat ini).
Selain itu, budaya gila kerja masyarakat Jepang juga berpengaruh terhadap rendahnya angka kelahiran di Jepang. Masyarakat Jepang cenderung sibuk bekerja, hingga untuk berpacaran pun gak sempat.
Maka tidak heran bila banyak jomblo di Jepang. Uniknya, kesendirian tersebut cukup diobati dengan pornografi. Guna memenuhi kebutuhan biologis tanpa takut terjadinya kehamilan.
Perempuan yang hanya berkenan namanya disebut sebagai Kania (28) mengutarakan, maraknya pornografi yang ada justru menjadi alasan bertambahnya orang Jepang yang tidak menikah.Â
"Teman saya, seorang wanita, yang merupakan mualaf di Jepang mengatakan hal ini dikarenakan ekspektasi terhadap wanita dan perbuatan seksual jadi tinggi sehingga tidak puas dengan kenyataan yang ada," ujar wanita Indonesia yang kini bekerja di perusahaan teknologi informasi di Tokyo tersebut.
Wah, tentu budaya di Jepang ini sangat bertolak belakang dengan di Indonesia. Bisa dibilang begitu, karena di Indonesia pornografi tidak diperbolehkan alas ilegal.
Beberapa dampak pornografi di Jepang yang dikatakan berdampak baik. Tentu bukan jadi pembenaran bahwa pornografi itu diperbolehkan di Indonesia.
Indonesia dan Jepang berbeda dalam hal pornografi. Biarlah Indonesia tetap menganut budaya timur dengan segala kearifan lokalnya. Jangan campuri dengan hal yang aneh-aneh.