Jutaan orang beberapa waktu yang lalu berjuang berebut menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Fenomena tersebut seakan memperlihatkan semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan di negeri ini di tengah serbuan tenaga kerja asing (TKA) yang kian hari semakin masif. Melihat indeks tingkat pengangguran nasional, sepertinya masih jauh dari harapan. Pemerintah yang sudah di akhir masa jabatannya baru mampu menurunkan tingkat pengangguran sebesar 0,6 persen.
Kecilnya persentase tersebut menegaskan kurangnya lapangan kerja baru yang di buka. Disisi lain, angkatan kerja baru terus bertambah setiap tahunnya. Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi ekonomi dalam negeri yang membuat kalangan investor ragu-ragu untuk berinvestasi.
Tinggi rendahnya tingkat pengangguran sangat berdampak sekali dengan kriminalitas, kemiskinan, dan kesenjangan sosial. Oleh sebab itu, isu sosial seperti begal dan kriminalitas lainnya sangat akrab dengan keseharian kita saat ini. Hal tersebut tentu menjadi suatu kondisi yang menuntut perhatian seluruh pihak, terutamanya pemerintah yang berkuasa.
Kondisi ini tentu jauh berbeda dengan 10 tahun masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Secara indeks, pada tahun 2004 tingkat pengangguran yang mencapai 9,86 persen berhasil diturunkan pemerintahan SBYÂ pada akhir pemerintahannya menjadi 5,94 persen. Artinya dalam 10 tahun pemerintahan SBY terbukti dapat menurunkan tingkat pengangguran hingga 4 persen.
Capaian pemerintah SBY tersebut merupakan capaian terbaik pemerintahan yang ada pasca reformasi. Pada pemerintahan pasca Presiden RI ke 2 Soeharto lengser, tingkat pengangguran yang pada tahun 1998 berada pada tingkatan 5,46 persen terus merambat naik. Pada tahun 1999 tercatat pengangguran naik menjadi 6,36 persen atau naik sebesar 0,9 persen.
Selanjutnya pada tahun 2001 tingkat pengangguran nasional kembali naik menjadi 8,1 persen atau naik sebesar 1,74 persen. Angka tersebut terus meroket saat kepemimpinan nasional di emban oleh Megawati Soekarnoputri pada masa bakti 2001-2004. Pada akhir masa jabatannya, pemerintahan Megawati mewariskan 9,86 persen tingkat pengangguran nasional kepada pemimpin selanjutnya.
Meski diawal kepemimpinannya SBY mendapatkan ujian dan tantangan yang berat, mulai dari bencana alam, jumlah hutang negara yang menggunung, dan utamanya jumlah tingkat pengangguran yang tinggi, tapi dengan perlahan hal-hal berat dan tantangan tersebut diselesaikannya dengan baik.
SBY berhasil membuat ekonomi bertumbuh dengan baik. Bahkan, di bawah kemimpinannya Indonesia masuk dalam 10 negara ekonomi dunia. Selain itu, 14 juta lebih UKM yang bertamabah di masa kepemimpinannya mampu mendorong ekonomi nasional dan menekan tingkat pengangguran dengan terbukannya lapangan kerja.
Kerja keras SBY tersebut tentu tidak bisa dilepaskan dari semua elemen, salah satunya dukungan penuh partai Demokrat di parlemen. Besar harapan, siapa pun kedepannya yang terpilih menjadi presiden RI di 2019, Partai Demokrat bisa kembali kuat di parlemen dan memperjuangkan serta menyumbangkan pemikirannya membuat Indonesia bisa kembali berdaulat.