Nanti malam, timnas Indonesia akan memulai langkah mereka untuk menjadi raja Asia Tenggara. Target juara yang diusung sejak awal bukan tanpa perkara. Pada tahun 2016, tim Garuda berhasil menembus partai final, namun sayangnya mereka kembali kandas untuk kesekian kalinya setelah ditaklukkan Thailand dengan agregat 3-2, meskipun kala itu mereka masih dalam proses transisi pasca sanksi dari FIFA.
Dan sekarang adalah saatnya bagi mereka untuk membuktikan diri sebagai macam Asia Tenggara baru. Komposisi skuat yang sudah terbangun dalam 2 tahun terakhir dirasa sudah cukup baik meski kali ini Bima Sakti yang akan menjadi pelatih utama Indonesia menggantikan Luis Milla yang batal memperpanjang kontrak dengan Indonesia.
Peran Bima Sakti akan menjadi sangat sentral karena dirinya diharapkan mampu meneruskan apa yang telah Luis Milla lakukan bersama Indonesia. Komposisi skuat yang dibawa tidak jauh berbeda dengan pada saat Asian Games memungkinkan Indonesia untuk tidak banyak melakukan adaptasi kembali karena semua pemain sudah cukup paham dengan karakteristik dari rekan-rekan setimnya.
Lalu, karakteristik seperti apa yang dimaksud?
Bersama Luis Milla, Indonesia bermain dengan formasi 4-2-3-1 dengan Febri dan Irfan Jaya sebagai winger. Sementara Stefano Lilipaly bermain sebagai penyerang lubang dibalik Beto Goncalves yang bermain sebagai penyerang utama. Bukan hanya itu, keberadaan Lilipaly juga disokong oleh Evan Dimas yang bermain sebagai pengatur serangan utama dibalik Lilipaly yang bermain lebih kedepan. Meski sudah memiliki winger lincah, namun keberadaan fullback Indonesia sangat berpengaruh untuk memberikan crossing ketika pemain Indonesia menyerang kedalam kotak penalty.
Perhatikan pada gambar diatas. Dalam situasi ini, Indonesia sedang melancarkan serangan balik cepat untuk membongkar rapatnya pertahanan Hongkong. Dilihat kalau posisi dari Putu Gede dan Rezaldi bermain konservatif dengan menunggu di daerah pertahanan mereka, sementara serangan dilakukan oleh Lilipaly, Febri, Irfan Jaya dan Beto.
Melihat cukup sulitnya pertahanan Hongkong untuk dibongkar, Beto bermain lebih turun agar lawan mengikutinya. Bola dikuasai oleh Lilipaly. Terlihat memang Lilipaly mendapat tekanan dari pemain Hongkong, namun itu juga memberi peluang untuk Irfan Jaya yang memiliki kesempatan untuk mencetak gol dari belakang pertahanan Hongkong. Lilipaly sangat cerdas dengan memberi umpan terhadap Irfan Jaya yang akhirnya menciptakan gol di pertandingan ini.
Peran Lilipaly bisa dibilang sangat central bagi timnas Indonesia. Sejak Piala AFF 2016, Lilipaly benar-benar mampu membuat Indonesia bangkit dari kubur setelah sempat takluk di pertandingan pembuka menghadapi Thailand. Kemenangan atas Singapura di partai terakhir memastikan langkah mereka ke babak semifinal AFF 2016. Di semifinal pula Lilipaly menunjukkan magisnya sebagai gelandang hebat, satu golnya mampu mengkandaskan Vietnam di semifinal.
Magisnya seakan kembali dibutuhkan untuk membuktikan kebangkitan Indonesia di Asia Tenggara. Meski kandas di 16 besar Asian Games, namun perjuangan Indonesia patut diacungi jempol karena mereka mampu menunjukkan kekuatan yang tak kalah menarik dari negara lainnya. Berbekal kemampuan dirinya yang pernah tampil di level kompetisi sekelas Eredivisie atau Liga utama Belanda bersama FC Utrecht, menjadikan Lilipaly sebagai tumpuan utama untuk kembali menghancurkan kekuatan Asia Tenggara yang saat ini didominasi oleh Vietnam dan Thailand.
Dan jangan lupakan peran para pemain Indonesia lainnya seperti Rizki Pora, Hansamu Yama dan Andik. Meski nama ini tidak banyak diperbincangkan oleh seluruh rakyat, namun 3 pemain ini punya pengalaman bagus untuk memberikan yang terbaik bagi timnas Indonesia. Bagi Rizki Pora, dirinya ingin menebus kegagalan Indonesia yang sempat ia tanamkan pada AFF 2 tahun lalu dengan mengkandaskan Thailand di leg pertama. 1 gol dan 1 assistnya saat itu sempat memberikan harapan bagi Indonesia untuk menjuarai kompetisi antar negara Asia Tenggara ini.
Tidak hanya itu, Andik Vermansyah yang sudah malang melintang di kompetisi luar Indonesia di Liga Malaysia tentu tahu betul apa yang harus diperbuat karena dirinya hapal betul karakter pemain yang berasal dari negara Asia Tenggara yang akan menjadi lawan Indonesia. Bukan hanya itu, cedera yang ia alami di final 2 tahun lalu ingin dia balaskan di kompetisi serupa.
Meski usia dirinya masih muda, namun Hansamu Yama sudah diproyeksikan oleh Bima Sakti sebagai kapten tim. Pengalaman dirinya pada 2 tahun lalu dengan mencetak gol di final leg 1 melawan Thailand menjadi bahan tolak ukur, ditambah kedisiplinan dirinya bersama Barito Putera dengan tampil solid di lini pertahanan menjadi kekuatan tersendiri untuk menghentikan serangan lawan Indonesia.
Lalu, sampai mana Indonesia akan melaju di Piala AFF 2018?