Nanti malam, matchday ke-4 Liga Champions Eropa akan kembali mempertemukan dua tim yang sama-sama sedang onfire di masing-masing Liga domestic mereka. Kedua tim ini dijamin akan menyuguhkan pertandingan yang sangat ketat mengingat kedua tim saat ini berstatus sebagai pemuncak dan runner up grup sementara di Liga Champions. Kemenangan akan membuat langkah menuju 16 besar semakin kenyataan karena para pesaing sesame grup kedua tim sedang inkonsisten di grup ini.
Ya, Giuseppe Meazza akan menjadi saksi betapa ketatnya dan kerasnya pertandingan antara sang pemilik rumah Inter Milan yang akan menjamu jagoan Spanyol, Barcelona. Pertemuan pertama di Camp Nou yang berakhir untuk El Barca menjadi pelecut tersendiri bagi Nerazzurri yang ingin menjaga asa pertama kalinya lolos ke 16 besar setelah 7 tahun mereka tidak berada di kompetisi elit Eropa ini.
Memori 2010 lalu yang mengeluarkan Inter Milan sebagai pemenang di tempat yang sama akan coba diulang oleh Icardi cs yang ingin membalaskan kekalahan 2-0 di Camp Nou 2 pekan lalu. Namun, berkaca pada pertemuan sebelumnya, Inter Milan seperti kekurangan hal yang perlu dibenahi agar mereka mampu memenangkan pertandingan dari El Barca yang juga sedang onfire dengan menaklukkan Real Madrid 5-1 dan comeback dari Rayo Vallecano dengan skor 3-2. Apa saja yang perlu dibenahi oleh Spaletti agar Inter mampu menjungkalkan Barcelona?
Berkaca pada pertandingan pertama di Camp Nou, Inter Milan tetap menurunkan skuat utamanya dan menerapkan strategi yang biasa mereka terapkan di Serie A. Strategi high pressing Inter Milan beberapa kali mampu membuat Barcelona melakukan kesalahan elementer di daerah pertahanan mereka sendiri. Inter Milan mendorong hampir seluruh pemain mereka untuk ikut menekan pemain Barcelona, bahkan hingga membuat Ter Stegen ikut membangun serangan bagi Barcelona, namun beberapa kali mampu dipatahkan.
Tidak hanya itu, ketika mereka tidak menguasai bola, para pemain Inter Milan fokus untuk melakukan man-to-man marking terhadap siapapun pemain yang menekan ke pertahanan mereka. Meski Messi tidak tampil akibat cedera, namun Barcelona tetap cerdas dengan memaksimalkan Coutinho dan Suarez yang menjadi ancaman nyata di lini depan mereka. Keberadaan dua pemain ini pastinya sangat mengganggu lini pertahanan Inter yang memainkan Skriniar dan Miranda. Oleh karena itu, man-to-man marking diterapkan.
Untuk menghindari hal itu, Suarez dan Coutinho bermain lebih turun kebelakang untuk menjemput bola, sementara Rafinha bermain sebagai penyerang di lini depan untuk mengganggu gerak gerik dua bek Inter. Yang dilakukan Inter tidak hanya mewaspadai Suarez dan Coutinho, namun dua fullback mereka yaitu Roberto dan Jordi Alba benar-benar mereka kawal. Hal itu membuat Candreva dan Perisic ikut bertahan ketika Barcelona menguasai bola, dan 4 bek Inter bermain lebih rapat ke tengah.
Sadar kalau ketika Barcelona menguasai bola, para pemain Inter akan bertahan lebih rapat, Valverde mengubah strategi dengan melakukan quick counter dengan mendorong para pemain belakang mereka untuk ikut menekan ketika Inter menguasai bola. Ketika Inter berusaha untuk melakukan high pressing, hal yang perlu dilakukan yaitu ada dua, pertama melibatkan kiper untuk mendorong bola ke arah pemain yang bebas pengawalan, atau yang kedua memainkan umpan cepat dari kaki ke kaki seperti halnya tiki-taka dan Sarri Ball.
Dan beberapa kali cara pertama sukses, namun penyelesaian akhir pemain Barcelona terlalu minim. Namun, cara kedua adalah cara terbaik, kecerdasan Suarez, Coutinho, Rakitic menjadi kunci dari permainan umpan satu dua tersebut. Trik tersebut beberapa kali menghasilkan peluang, dan membuat celah di antara lini pertahanan dan lini tengah Inter Milan.
Gol pertama terjadi berkat strategi tersebut dan lengahnya kedua lini Inter yang terfokus pada pergerakan pemain yang ada di dekat mereka. Dan gol kedua juga terjadi demikian. Bisa dilihat kalau D’Ambrosio terlalu fokus untuk menekan Coutinho, lalu Miranda memperhatikan Suarez dan Asamoah mengawal Rafinha. Sementara itu, Skriniar fokus terhadap bola yang dikuasai Rakitic dan tidak memperhatikan celah antara dirinya dan D’Ambrosio terlalu lebar sehingga Alba bisa masuk melalui celah tersebut.
Bukan hanya itu, disini pula tidak ada satupun pemain yang fokus untuk menekan Rakitic ketika menguasai bola, dan terlihat pula jarak antar lini Inter Milan yang terlalu lebar menjadikan gol kedua bagi Barcelona. Bisa disimpulkan kalau masalah Inter adalah mereka terlalu fokus pada permainan man-to-man marking terhadap pemain Barcelona, ketika hal tersebut diterapkan, maka pemain lain yang tak terkawal akan mudah masuk ke pertahanan mereka. Selain itu, karena strategi high pressing yang diterapkan, jarak antar lini pun terlalu lebar, sehingga pemain Barcelona mudah sekali mengeksploitasi pertahanan Inter Milan. Hal inilah yang perlu dibenahi Inter bila ingin mengalahkan Barcelona nanti malam.
Itulah pembahasan mengenai yang perlu dibenahi Inter Milan agar bisa mengalahkan Barcelona. Mampukah Inter Milan mengalahkan Barcelona?