Seperti yang sudah diketahui, Pep Guardiola adalah salah satu dari beberapa pelatih terbaik di dunia saat ini. Sejak awal kemunculannya melatih Barcelona pada 2008 lalu, Pep sudah berhasil meraih hampir seluruh trofi bergengsi bersama tim yang ia latih. Di Barcelona saja, dirinya berhasil mencatatkan treble winners kala dirinya baru semusim melatih Barcelona. Inilah yang membuat Barcelona menjadi tim yang sulit dihentikan di berbagai kompetisi Eropa.
Setelah Barcelona, giliran Bayern Munchen yang merasakan magis dari sang pelatih asal Spanyol ini. Guardiola membuat persaingan juara Liga Jerman saat itu menjadi Liga-nya Munchen sendiri dengan meninggalkan para pesaing mereka untuk menjadi juara sendirian. Namun dirinya hanya gagal mendapatkan gelar UCL kala melatih Munchen akibat selalu takluk dari tim asal Spanyol di semifinal.
Magis dirinya kini ada pada diri Manchester City. Berbekal pemain bintang yang melimpah membuat Guardiola leluasa dalam meracik strategi yang hebat untuk The Cityzens. Meski di musim pertamanya dirinya gagal meraih apapun, namun di musim kedua hingga sekarang Guardiola mampu menunjukkan kalau dirinya adalah pelatih top Eropa. Buktinya City dibawa ia menjadi juara Liga Inggris dengan mampu memecahkan beberapa rekor yang sebelumnya sulit dipecahkan.
Rekor tersebut meliputi jumlah gol terbanyak dalam satu musim (107 gol), jumlah kemenangan terbanyak dalam satu musim (32), jumlah passing terbanyak dalam satu pertandingan (1000+). Sejumlah catatan tersebut membuktikan kalau Guardiola memberikan magis yang tiada tara bagi City yang kali ini menjelma sebagai kekuatan berbahaya di seluruh kompetisi. Musim ini saja, City kembali memuncaki klasmen dengan unggul selisih gol dari Liverfool dan mencetak gol terbanyak di musim ini. Lalu, apakah kunci Pep dalam meramu racikan hebat bagi Manchester City?
- Formasi dan Strategi
Seperti halnya di Barcelona dan Munchen, Pep adalah pelatih yang sering memasang formasi 4-3-3 atau 4-1-2-3 dengan 2 gelandang mereka ikut serta dalam situasi menyerang. Di Barcelona, peran dua gelandang tersebut dimainkan oleh Xavi-Iniesta, lalu di Munchen dimainkan oleh Thiago dan Gotze. Kali ini, Kevin De Bruyne dan David Siva adalah orang yang dimainkan dengan peran tersebut di City. Dimana satu pemain adalah orang yang mampu memberikan ancaman dari teknik dan passing yang berbahaya (De Bruyne) dan satunya menjadi pemain yang mendobrak pertahanan memanfaatkan posisi penyerang didepannya.
Bukan hanya itu, strategi possession adalah andalan dari Pep sejak dirinya melatih Barcelona. Filosofi ini akhirnya diturunkan terhadap Manchester City yang menjadi tim dengan jumlah passing tertinggi di seluruh Eropa. Namun ada sedikit yang spesial dari City dibawah Pep. Dibandingkan di Munchen ataupun Barcelona, Pep lebih sering menempatkan pemain kidal di sayap kanan dan winger berkaki kanan di sayap kiri untuk melakukan akselerasi ke dalam kotak penalty, hal itu berlawanan dengan apa yang dilakukannya terhadap The Cityzens.
Pemain kidal seperti Leroy Sane lebih ditempatkan sebagai pemain winger kiri sementara Mahrez tetap berada di kanan meski dirinya berkaki kiri juga. Peran winger di City adalah untuk bermain lebih melebar untuk memancing fullback lawan menekan dan memberikan peluang bagi De Bruyne maupun David Siva untuk menusuk dari celah antara Fullback dan bek tengah. Strategi ini adalah andalan City untuk membuat peluang, mengapa?Karena De Bruyne dan David Silva adalah pemain yang punya kapabilitas dalam membuat umpan ke pertahanan lawan. Tidak hanya itu, ketika City bermain menguasai bola, para pemain belakang mereka pun ikut dalam strategi tersebut, sehingga terkadang membuat para pemain lawan dipaksa bermain didaerah mereka sendiri.
Lalu, bagaimana dengan bek sayap mereka?Bukannya peran bermain melebar terkadang dimainkan oleh mereka?Pep sendiri membuat bek sayap mereka untuk bermain lebih masuk ke lini tengah sehingga menjadikan mereka sebagai fullback gantung dengan menaruh mereka di lini tengah agar tercipta keseimbangan dalam menyerang dan bertahan.
- Ederson Moraes
Meski dirinya berposisi sebagai kiper, namun bakat dan talentanya begitu luar biasa. Di musim pertamanya kemarin, Ederson mampu membuat City menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit di Liga Inggris. Performa tersebut dari andil dirinya melakukan beberapa penyelamatan gemilang untuk menjaga gawangnya dari kebobolan.
Bukan hanya itu, Ederson dikenal sebagai kiper yang jago dalam hal adu penalty. Beberapa kali dirinya mampu mementahkan peluang emas lawan yang datang dari titik putih. Hal inilah yang membuat City sulit untuk dibobol lawan. Bahkan musim ini saja, Ederson mencatatkan 600 menit cleansheet dari serangan lawan. Itu artinya, dirinya sudah tidak kebobolan selama hampir 7 pertandingan beruntun di seluruh kompetisi.
Bukan hanya itu, kiper yang satu ini adalah salah satu kiper yang punya rataan passing tertinggi di dunia. Statistik mencatat Ederson adalah kiper yang mampu mencatatkan passing dengan rataan 83% musim lalu. Itu artinya, dirinya juga terlibat dari skema permainan City yang mengandalkan umpan-umpan ciri khas Guardiola. Karena itulah City menjadi tim yang punya rataan passing sukses tertinggi saat ini. Ketenangan dirinya dalam membangun serangan dan membuat umpan meski dirinya ditekan oleh pemain lawan menjadi nilai plus dari kiper asal Brazil ini.
Itulah pembahasan mengenai kunci Pep Guardiola dalam meracik strategi Manchester City. Mampukah Pep memberikan gelar yang lebih hebat bersama Manchester City?