Tadi malam, Indonesia U-19 seakan bangkit dari kubur. Setelah takluk dari Qatar di partai sebelumnya, Indonesia mampu menang atas Uni Emirat Arab di partai penentuan lolos ke babak 8 besar AFC U-19. Witan Sulaiman kembali menjadi actor utama dibalik kemenangan tersebut. Gol tunggal yang ia cetak pada babak pertama dimenit ke-23 sudah cukup untuk menjaga asa Garuda Muda untuk melaju ke ajang Piala Dunia U-20 di Polandia.
Sebelum pertandingan, Indonesia memang sudah bisa dikatakan lolos andaikata mereka menang dengan selisih 1 gol atas Uni Emirat Arab tanpa bergantung pada pertandingan Qatar. Target itu pun diusung sejak menit awal pertandingan. Mereka seakan tampil disiplin dan kompak untuk menjaga satu tiket menuju perempat final.
Atas hasil ini, Uni Emirat Arab harus rela tersingkir berkat aturan selisih gol dari head to head melawan Qatar melawan Indonesia. Uni Emirat Arab memang menang 2-1 atas Qatar, namun mereka kalah dengan Indonesia dengan skor 1-0. Sementara, Indonesia kalah dari Qatar dengan skor 5-6 namun mereka menang melawan UEA. Alhasil, statistic aturan kelolosan pun ditentukan dengan head to head antara ketiga tim itu (abaikan pertandingan melawan Taipei). Statistik tersebut dijelaskan sebagai berikut:
- Qatar sekali menang(vs Indonesia 6-5), sekali kalah(vs UEA 1-2). Total skor 7-7
- Indonesia sekali menang(vs UEA 1-0), sekali kalah(vs Qatar 5-6). Total skor 6-6
- UEA sekali menang(vs Qatar 2-1), sekali kalah(vs Indonesia 0-1). Total skor 2-2
Lalu, apa yang menjadi kunci kemenangan krusial Indonesia tadi malam?
Saat menghadapi Qatar, pertahanan Indonesia seakan mudah sekali diobrak-abrik oleh barisan depan Qatar yang mengandalkan umpan terobosan. Bukan hanya itu, celah seringkali terbuka diantara bek tengah dan fullback Indonesia yang menerapkan skema 4-2-1-3. Tidak hanya itu, lini tengah menghadapi Qatar pun seakan tidak memberikan kontribusi terhadap pertahanan Indonesia. Lemahnya koordinasi antar lini belakang dan tengah menjadi faktor mengapa Indonesia sampai kebobolan 6 gol melawan Qatar.
Namun, di pertandingan UEA, Indonesia seakan mempelajari apa yang menjadi titik lemah mereka kemarin. Kuartet lini belakang yang diisi oleh Rahmat Irianto, Nurhidayat, Asnawi dan Firza Andika benar-benar tampil rapat untuk mencegah Uni Emirat Arab membuat sebuah peluang mengancam di daerah kotak penalty Indonesia.
Tidak hanya itu, peran Saddil Ramdani saat ini sedikit mendapat kepercayaan khusus. Saddil bermain sedikit kedalam untuk meng-backup sisi kanan Indonesia yang seringkali mendapat tekanan dari fullback kiri Uni Emirat Arab. Sehingga Indonesia terlihat seperti bermain dengan skema 4-3-3 dengan Saddil turun sebagai wingback.
Sejak menit awal, Indonesia kali ini lebih memilih Hanis Saghara dibanding Rafli Mursalim untuk diplot sebagai penyerang tunggal. Saghara sendiri seakan bermain lebih bebas dibanding Rafli yang biasa bermain sebagai target man. Saghara lebih bermain seperti seorang False Nine, dimana dirinya bermain lebih seperti penyerang yang sering kali merebut bola dari pemain lain.
Yang perlu diperhatikan adalah peran Witan yang bermain sangat tenang pada pertandingan ini. Beberapa kali Indonesia memiliki peluang yang berasal dari kontribusi Witan yang mampu melewati pengawalan ketat pemain Uni Emirat Arab yang kekar. Namun, kelebihan Indonesia dibanding pemain Uni Emirat Arab ada pada kecepatan. Uni Emirat Arab benar-benar kewalahan menghadapi cepatnya pemain Indonesia. Dan gol pertama pun tercipta karena kesalahan pemain belakang UEA dan cepatnya Witan Sulaiman dan pemain Indonesia lain dalam hal merebut bola.
Belum lagi, pertahanan UEA sedikit cumpang-camping karena kedua fullback mereka yang sering membantu serangan. Hal inilah yang kerap kali dimanfaatkan Saddil maupun Egy untuk membuka peluang bagi Indonesia dari sisi sayap mereka. Dan karena cepatnya pemain Indonesia, UEA beberapa kali melakukan pelanggaran yang menguntungkan Indonesia untuk membuat peluang langsung ke gawang mereka.
Di babak kedua, permainan sedikit berubah. Dimana Indonesia tampil lebih fokus bertahan untuk mempertahankan keunggulan mereka. Sebaliknya Uni Emirat Arab terus menggempur pertahanan Indonesia melalui kedua sayap mereka. Indonesia harus bermain dengan 10 pemain setelah Nurhidayat dikartu merah akibat tackling keras terhadap pemain Uni Emirat Arab.
Meski kalah jumlah, Indonesia tetap bermain kompak, dimana mereka tidak memberi Uni Emirat sedikit pun peluang untuk menendang bola kearah gawang yang dijaga Muhamad Riyandi. Formasi pun berubah menjadi 4-3-1-1, dengan Egy diplot sebagai penyerang tunggal dan Witan bermain dibelakangnya. Namun, skema ini sangat efektif karena Indonesia mampu memblok upaya UEA dalam melakukan through pass ke daerah jantung pertahanan Indonesia. Belum lagi, kinerja lini tengah yang lebih hidup dalam membantu pertahanan mereka menjadi credit tersendiri bagi Indonesia.
Hingga akhir pertandingan Indonesia menang dengan skor 1-0 dan mereka pun ditunggu oleh sang raja Asia, Jepang di babak perempat final.
Itulah pembahasan mengenai Garuda Muda belajar dari kesalahan. Apakah Indonesia mampu lolos ke Piala Dunia U-20 Polandia tahun depan?