Indonesia Darurat Toleransi?

19 Oct 2018 19:28 1438 Hits 0 Comments

Apakah benar Intoleransi di Indonesia dalam keadaan darurat?

Apakah benar Indonesia sekarang di jaman Intoleransi yang paling parah?

           Betul atau tidak intoleransi di Indonesia sekarang ini lagi parah-parahnya?

Bagi saya,Tidak.Bahkan orang yang bilang seperti itu entah dia lupa atau dia sengaja lupa untuk menyerang lawan politiknya.Menurut saya yang paling parah adalah kejadian Mei 1998.Walaupun saya lahir 2 tahun setelah kejadian itu namun cerita  dari orang tua,kakak,saudara dan film-film dokumenter yang saya nonton membuat saya yakin bahwa itu adalah titik terendah Intoleran di Indonesia.Keluarga Ibu saya datang dari etnis Tionghoa,etnis minoritas pada waktu itu.Jadi kerusuhan pada waktu itu memberikan “impact” yang besar pada keluarga saya.Walaupun keluarga saya tidak merasakan kerugian namun teman-teman Ibu saya,om dan tante saya yang memiliki usaha mendapatkan akibat atau impact yang langsung.Pembunuhan,pembantaian,pemerkosaan,penjarahan dilakukan di depan umum.Itu pernah terjadi,namun itu tidak terjadi hari ini,jadi saya gak bisa bilang kalau intoleransi lebih parah.

               Tapi sekarang intoleran “kerasa” banget ya.Kalo menurut saya apa yang membedakan dulu dan sekarang adalah social media,internet terutama.Kalau jaman dulu,untuk tahu kejadian kejadian diatas tadi,kejadian itu harus “besar” dulu agar diliput media,Koran,TV dan sebagainya.Kalau sekarang hal hal yang tidak diliput media pun kita bisa tahu,gara gara social media ini.Dulu,kita harus beli koran,nongkrong depan TV untuk tahu bahwa intoleran sedang terjadi.Sekarang,di kantong kita,di genggaman kita di HP yang kita pegang.Jadi,semuanya terjadi dengan begitu cepat,begitu mudah untuk kita ketahui,itulah kenapa menurut saya intoleran terasa sedang parah parahnya.

 

               Kita ambil contoh kasus Ibu Meilana memprotes suara Toa Masjid yang dianggap terlalu keras terus dianggap penghinaan agama.Apakah itu merupakan bukti bahwa Indonesia Intoleran?

               Dulu waktu saya masih tinggal di Kupang,NTT pada saat subuh gereja di tempat tinggal saya biasanya memutar lagu rohani dengan speaker keluar.Pada saat itu,umat muslim di kompleks saya menegur karena tidak bisa mendengarkan adzan.Dan teguran itu diterima dengan baik,pada saat adzan volume toa gereja dikecilkan bahkan di “pause”.Gak ada anggapan penghinaan dan semacamnya.

Artinya jika kita hanya melihat satu kasus,dalam hal ini kasus Ibu Meilana sebagai bukti bahwa Indonesia Intoleran ya kurang bijak menurut saya.

Saya curiga ini bukan 100% masalah agama melainkan masalah sosial.Masalah gak tau caranya ngomong ke orang dan orang gak tau caranya memproses omongan tersebut jadi bukan 100% karena agama.Bagaimana pun saya gak setuju Ibu Meilani dipenjara,mungkin beliau salah,mungkin dalam cara penyampaiannya tapi beliau tidak selayaknya dipenjara.Jadi,hal utama yang harus kita lakukan agar hal ini tidak terjadi lagi adalah dengan saling kenal,bersosialisasi,saling berteman walaupun berbeda.

 

Yang terakhir,kita menjadi umat beragama agama apapun itu harusnya membuat dan mengajarkan kita untuk menjadi lebih baik bukan membuat kita merasa paling benar.Karena saat kita merasa yang paling benar,kita akan mengoreksi apa yang menurut kita salah dan ketika kita mengkoreksi apa yang menurut kita salah disitulah timbul perpecahan.Ketika manusia merasa benar,dia merasa boleh melakukan segalanya kepada yang menurut dia salah.Kalau dia merasa lebih mulia,dia boleh melakukan apapun kepada yang tidak mulia.Dari dulu manusia sudah seperti itu,perbudakan contohnya.Perbudakan itu sangat mengerikan,coba deh nonton film “12 Years a Slave” itu parah banget dan itu beneran,itu terjadi pada manusia kulit hitam jaman dulu.

Tags

About The Author

Muhammad Farhan 12
Novice

Muhammad Farhan

All based on my personal opinion.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Muhammad Farhan