Beberapa hari terakhir, industri teknologi sedang diramaikan oleh berita terkait pajak impor. Bukan, bukan di Indonesia, melainkan di negeri Paman Sam. Oleh presidennya, perangkat teknologi yang diimpor dari China akan dikenakan pajak sangat tinggi.
Sebagai informasi, beberapa waktu lalu Apple mengajukan surat protes pada pemerintah Amerika Serikat akibat pemberian tarif impor sebesar 200 miliar dolar AS terhadap barang-barang mereka yang diproduksi di China dan dibawa masuk ke Amerika Serikat. Nah, membalas surat protes perusahaan yang kantor pusatnya ada di California tersebut, Donald Trump angkat suara.
Harga (produk-produk) Apple kemungkinan akan naik akibat tarif luar biasa yang akan kita kenakan pada China. Tetapi ada solusi mudah, karena akan ada pembebasan pajak dan insentif pajak. Tak hanya itu, Trump menambahkan, ia juga mendesak produsen-produsen termasuk Apple untuk membuat produknya di Amerika Serikat, jangan di China, dan mulai membuat pabrik baru di kampung halamannya tersebut.
Lalu, apakah dampaknya akan positif? Atau justru negatif?
Harga produk Apple yang dipasarkan di Amerika Serikat tentunya akan menjadi sangat mahal sampai suatu saat Apple membuka pabrik dan membuat produknya sendiri di negeri sendiri. Tetapi, harga produk Apple yang dijual di negara lain akan terlihat jauh lebih murah dibanding di Amerika Serikat. Tentunya kalau Apple tidak menghentikan produksi iPhone atau perangkat lain mereka di China. Ini tentunya positif buat pengguna Apple di negara lain di luar Amerika Serikat.
Kalau iPhone sudah sedemikian mahalnya, termasuk di Amerika Serikat, tentunya ini merupakan peluang bagi produsen lain untuk merebut pasar. Syaratnya, tentunya kalau Apple belum mau pindah pabrik dari China ke Amerika Serikat. Kalau sudah pindah, tentunya iPhone di Amerika Serikat jadi murah lagi. Di sisi lain, produsen kompetitor pun, kalau mereka membuat produknya di China, harganya pun jatuhnya akan menjadi sangat mahal di Amerika Serikat. Kalau para produsen tidak segera membuka pabrik di Amerika Serikat, tentunya dampaknya negatif bagi para pengguna di negeri tersebut.
Lalu, bagaimana dengan pengguna di negara-negara lain termasuk seperti kita di Indonesia? Aman. Asalkan Apple tidak menutup pabriknya di China, kita masih bisa membeli iPhone dengan harga murah. Tetapi pemerintah Indonesia pun tidak ingin uang rakyat lari semuanya ke luar negeri. Baik ke China ataupun Amerika Serikat. Langkah yang diambil dengan menaikkan pajak impor untuk perangkat teknologi, tentu positif, setidaknya untuk meredakan arus impor. Tapi yaa, jangan seperti Donald Trump juga, naiknya luar biasa. Kita belum bisa bikin MacBook atau iPhone sendiri soalnya.