Minggu-minggu ini, semua liga-liga di dunia akan rehat selama satu minggu. Bukan karena alasan melakukan libur serentak, namun karena beberapa pemain dari tim-tim di seluruh dunia dipanggil untuk menjalankan tugas negara mereka.
Ya, sebagai ganti karena semua liga-liga di dunia vakum sejenak, berbagai pertandingan persahabatan antar negara pun digelar. Khusus untuk benua Eropa, mulai tahun ini mereka menggelar kompetisi antar negara Eropa yang bernamakan UEFA Nations League. Apa sebenarnya kompetisi UEFA Nations League ini?Berikut pembahasannya.
UEFA Nations League sendiri merupakan kompetisi baru yang digagas oleh UEFA untuk menggantikan berbagai pertandingan persahabatan antar negara. Kompetisi ini akan bergulir setiap 2 tahun sekali. Awalnya, kompetisi ini digagas oleh Presiden Sepakbola Norwegia, Yngve Hallen pada tahun 2013. Gagasan untuk membuat kompetisi ini pun disetujui oleh 54 negara Eropa (sebelum Kosovo masuk ke anggota Eropa) pada Maret 2014 lalu.
Kompetisi ini sendiri terdiri dari 55 negara yang terbagi dalam 4 Divisi, yaitu divisi A, B, C, dan D. Setiap divisi tersebut masing-masing terdiri dari 4 grup yang telah ditentukan berdasarkan peringkat UEFA setelah kualifikasi Piala Dunia 2018 lalu. Divisi A dan B masing-masing terdiri dari 12 tim, yang terbagi kedalam 4 grup. Sementara, divisi C terdiri dari 15 tim, dimana 1 grup terdiri dari 3 tim dan 3 grup lainnya beranggotakan 4 tim, dan di divisi D terdiri dari 16 tim yang semua grupnya berisikan 4 tim.
Kompetisi ini sendiri bergulir mulai bulan September hingga November untuk fase grup yang berformatkan sistem home-away. Tidak cukup sampai disitu, kompetisi ini juga mengenal sistem degradasi dan promosi. Jadi, tim yang menjadi juru kunci di seluruh grup divisi A, B, maupun C, maka mereka akan terdegradasi ke divisi yang lebih rendah. Begitu pula tim yang menjadi juara grup di divisi B, C, maupun D yang akan promosi ke divisi yang lebih tinggi.
Lalu, bagaimana dengan juara setiap grup di divisi A?Nah, tim-tim yang berhasil menjadi juara grup di divisi A, mereka akan bertarung dalam kompetisi final four, yang akan berlangsung pada bulan Juni 2019. Pada kompetisi final four, mereka yang menjadi juara grup di divisi A akan saling memperebutkan gelar juara UEFA Nations League ini. Dan, kompetisi ini juga mengenal pertandingan perebutan juara ketiga. Artinya, tim yang takluk di final four, punya kesempatan untuk bersaing dengan tim yang kalah lainnya menjadi juara ketiga.
Biasanya, setelah perhelatan Piala Dunia maupun Euro, UEFA selalu mengadakan pertandingan kualifikasi untuk masuk ke Piala Dunia ataupun Euro. Namun, dengan adanya kompetisi UEFA Nations League ini, maka kualifikasi Euro sendiri akan digeser waktunya menjadi pada bulan Maret 2019 hingga Maret 2020 nanti. Kualifikasi Euro 2020 sendiri akan terdiri dari 10 grup yang setiap grupnya terdiri dari 5-6 tim, dan setiap juara grup dan runner-up kualifikasi akan lolos otomatis ke ajang Euro 2020 nanti.
Bagaimana dengan 4 tim lainnya, karena Euro 2020 sendiri membutukan 24 tim untuk berkompetisi?Nah, untuk 4 tim tersisa sendiri akan diambil dari kompetisi UEFA Nations League sendiri. Tiap tim yang menjadi juara grup di setiap divisi, baik divisi A, B, C, maupun D akan saling beradu dalam kompetisi final four di setiap divisi. Itu artinya, akan ada 16 tim yang akan bersaing untuk memperebutkan 4 tiket tersisa ke ajang Euro 2020 nanti. Dan, pemenang dari setiap final four di setiap divisi akan lolos ke Euro 2020.
Namun, yang akan menjadi permasalahan adalah bagaimana bila tim tersebut telah lolos melalui kualifikasi Euro 2020 sementara tim itu juga menjadi juara grup di divisi mereka di ajang UEFA Nations League?Bila tim tersebut sudah lolos otomatis lewat kualifikasi Euro 2020, maka tempat mereka akan diganti oleh tim terbaik dari keseluruhan tim UEFA Nations League yang belum lolos ke Euro 2020. Dan juga, bila final four setiap divisi tidak utuh beranggotakan 4 tim di suatu divisi, maka tempat yang kosong tersebut bisa diisi oleh tim peringkat 5 terbaik dari divisi dibawahnya, misalkan final four divisi A hanya beranggotakan 3 tim, maka tempat keempat akan diisi oleh peringkat 5 terbaik divisi B, begitu pula berlaku untuk divisi dibawahnya.
Itulah pembahasan saya mengenai UEFA Nations League. Ternyata cukup rumit juga sistem kompetisi UEFA Nations League ini. Walaupun rumit, namun langkah ini harus diapresiasi karena kompetisi ini bisa membuat tim-tim yang levelnya jarang bertanding bisa mendapatkan berbagai keuntungan bertanding untuk mendapatkan tambahan poin di peringkat UEFA maupun FIFA.