Pernahkah kamu bertanya "kapan kawin?" kepada salah satu temanmu atau orang terdekat lainnya. Lalu dijawab "nikah dulu kali, baru kawin".
Sekilas tidak ada yang salah dengan jawaban temanmu tadi. Namun sejenak kemudian, kita menjadi berpikir nikah dan kawin. Apa beda nikah dengan kawin?
Mengapa sampai ada pemikiran bahwa menikah lebih dulu baru kawin. Bukannya nikah dan kawin merupakan sinonim. Kedua kata tersebut bukankah memiliki arti yang sama.
Pada dasarnya sama dan tidak ada yang perlu di diperdebatkan dari kata nikah dan kawin.
Namun tentu saat ini kita tahu. Reputasi kata kawin kini cukup jelek. Entah sejak kapan hal ini terjadi. Kenyataannya makna kawin saat ini disamakan dengan berhubungan seksual.
Hal ini barangkali mengacu kepada makna kawin pada hewan. Ketika hewan kawin, berarti yang ada hanya hubungan seksual dan berkembangbiak. Sementara timbul anggapan bahwa tidak ada istilah hewan nikah.
Dimana nikah di dunia manusia berarti prosesi peresmian hubungan suami istri, termasuk didalamnya ada ijab kabul, buku nikah dan resepsi.
Maka dari itu, makna kawin berubah menjadi sesuatu yang berkaitan dengan hubungan seksual. Jika ada pasangan yang hamil diluar nikah, timbulah istilah bahwa mereka belum nikah, tapi sudah kawin duluan.
Benarkah demikian? Mari kita telusuri asal usul kata kawin dulu agar tidak ada kesalah pahaman.
Perlu kamu ketahui bahwa proses terbentuknya sebuah kata menjadi kata yang sekarang itu lumayan panjang. Seperti kata kawin, Kata ini bermula dari bahasa Sansekerta "VINI". Artinya bisa macem-macem, banyak banget. Di antaranya ada membawa pergi, mengantar pergi, mengusir pergi, mengiring kuda, melatih kuda, mengajar, menghukum, sampai menyiksa.Â
Kata "VINI" kemudian diturunkan ke bahasa Jawa Kuno jadi"HAWIN/AWIN" yang berarti membawa, memikul, memanggul, memboyong, dan mengemban.
Kemuadian kata "HAWIN/AWIN" ini lalu dapat imbuhan "ka-" di depannya jadi "KAHAWIN/KA-AWIN". Imbuhan ini sama fungsinya kayak imbuhan "di-". Jadi artinya ya dibawa, dipikul, diboyong, dst. Selain "kahawin/kawin", kata "VINI" juga diturunkan jadi "BINI"yang artinya istri atau gadis yang dikawinkan. Dan istilah tersebut masih ada sampai sekarang.
Kawin berarti hanya berhubungan seks?
Paham seperti entah sejak kapan munculnya. Namun dengan penjelasan asal-usul kata kawin yang berasal dari kata Sansekerta, maka uda ketahuan tuh bahwa kawin tidak ada kaitannya sama sekali dengan hubungan seksual.
Jadi stop ya mencemarkan nama baik "kawin". Entar kalau dia marah kan susah bujuknya.
Kasus "pencermaran" nama baik yang menimpa KAWIN juga terjadi pada kata SENGGAMA. Kamu pasti tahu deh artinya apa? Menurutmu apa coba?
Senggama sebenarnya diambil dari bahasa Sansekerta "SANGGAM" yang berarti berkumpul, berhimpun, bersekutu, bertemu secara bersahabat, dan sejenisnya. Jadi nggak ada hubungannya dengan persetubuhan. Tapi kok bisa akhirnya diartikan gitu sih? Mungkin mengambil salah satu artinya yakni berkumpul. Dimana kita juga kerab mendengar istilah kumpul kebo.
Namu overall, saya juga gagal paham mengapa pergeseran makna sebuah kata ini bisa terjadi.
Lalu apa makna dari kata nikah?
Sekarang kita bahas asal-usul "lawannya" kawin, yakni nikah. Kata ini diambil dari bahasa Arab "NAKAHA" (kata kerja) dan "NIKAH" (kata benda). Nakaha punya arti berkumpul, berhimpun, berhubungan seksual, bersetubuh, mengawini, dan menjalani perkawinan sah menurut agama.
Nah loh, justru makna hubungan seksual terdapat pada kata nikah. Kalo di Arab, sebenarnya mereka punya dua kata yang merujuk pada nikah/kawin ini. Yang kedua itu "ZAUWJ" yang artinya berpasangan, berdua menjadi sepasang, menyatu dalam ikatan perkawinan. Jadi kalo di Arab, istilahnya: "zauwj dulu, baru nikah".
Jadi gimana sekarang ya? Merasa salah atau salah banget selama ini...
Bukannya ingin saling menyalahkan. Namun kenyataannya selama ini telah terjadi kesalah kaprahan dalam memahami kata kawin dan nikah.
Dua kata ini memang terbuka dan menarik untuk didiskusikan. Misalnya saja ketika sebagian orang sepakat bahwa nikah berarti prosesi perkawinan yang sah menurut agama dan negara. Namun mengapa memakai istilah mas kawin, kok bukannya mas nikah.
Kata-kata memang dinamis. Hari ini atau besok bisa saja berubah maknanya. Hal ini tergantung para penuturnya. Pokoknya kita dan lawan bicara sama-sama mengerti maksudnya. Maka sering munculnya bahasa pasar atau slank.
Namun alangkah baiknya mengikuti tata bahasa yang baik. Ya terus terang saja, perjalanan kata yang berawal dari resapan bahasa asing kerap melenceng jauh maknanya.
Oke, tidak perlu menjadi polemik. Karena sesungguhnya kawin atau nikah ialah sebuah sinonim. Jadi persoalannya bukan lagi nikah dulu atau kawin dulu. Orang yang dianggap sudah kumpul kebo, bukan berarti dia sudah kawin. Karena kawin tidak sama dengan hubungan seks.