Formasi Yang Tidak Lazim Digunakan Sepanjang Sejarah Sepak Bola

4 Aug 2018 21:34 3507 Hits 0 Comments
Ternyata ada formasi yang tidak lazim diterapkan oleh beberapa pelatih sepanjang perjalanan sepakbola dunia ini. Namun, dalam beberapa pertandingan, formasi yang tidak lazim tersebut berhasil memberikan hasil yang efektif bagi tim mereka. Formasi apa saja itu?

Untuk mendapatkan sebuah kemenangan di pertandingan sepakbola, jelas kalau sebuah strategi diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Strategi tersebut bisa diaplikasikan dalam bentuk sebuah skema formasi permainan. Formasi sendiri digunakan agar pemain yang bertanding sangat fokus terhadap posisi yang dimainkan. Jadi, pemain yang bertanding tidak selalu untuk berlarian terus menerus ke seluruh lapangan pertandingan.

Berbicara mengenai formasi, di sepakbola zaman sekarang, banyak sekali formasi yang sangat digemari oleh pelatih. Contohnya, formasi 4-2-3-1. Formasi ini pertama kali digunakan oleh beberapa tim seperti Real Madrid pada zaman Manuel Pellegrini pada tahun 2010 lalu. Kemudian, skema ini mulai diadopsi oleh beberapa tim lain, seperti timnas Jerman dan timnas Spanyol yang kemudian menjadi juara di Piala Dunia tahun tersebut.

Selain 4-2-3-1, ada formasi 4-4-2 yang sering digunakan oleh Manchester United pada era Sir Alex Ferguson. Dimana, 4 pemain tengah yang dipasang ditugaskan untuk mendukung pergerakan 2 penyerang United yang saat itu masih ada Wayne Rooney beserta Tevez ataupun Van Persie.

Kemudian, ada formasi 4-3-3. Formasi ini belakangan banyak diadopsi oleh beberapa pelatih top seperti Pep Guardiola, Zinedine Zidane (saat melatih Real Madrid), dan Arsene Wenger (saat melatih Arsenal). Formasi ini diterapkan oleh ketiga pelatih tersebut untuk memberikan ketajaman di lini depan sekaligus keseimbangan permainan yang diterapkan oleh masing-masing 3 pemain di kedua lini depan maupun tengah.

Namun, selain formasi yang disebutkan diatas, ternyata ada formasi yang tidak lazim diterapkan oleh beberapa pelatih sepanjang perjalanan sepakbola dunia ini. Namun, dalam beberapa pertandingan, formasi yang tidak lazim tersebut berhasil memberikan hasil yang efektif bagi tim mereka. Formasi apa saja itu?Berikut ini ulasannya.

  • Formasi 4-2-2-2 (Perancis 1984)

Formasi yang tidak lazim pertama adalah 4-2-2-2. Formasi ini diterapkan oleh Perancis kala mengikuti ajang Euro 1984 di Spanyol. Sebenarnya, ada alasan kenapa Perancis menggunakan skema ini. Kehadiran legenda Perancis yaitu Michel Platini di lini tengah membuat stok gelandang central menjadi penuh. Belum lagi, skuat Perancis saat itu tidak dihuni oleh pemain yang bisa bermain di sektor penyerang sayap.

Oleh karena itulah Perancis menggunakan skema ini untuk menetralisir lini tengah mereka. Dan hasilnya sangat mujarab. Lini tengah Perancis yang dihuni Platini, Luis Fernandez, Jean Tigana, Alain Giresse ini berhasil mendominasi lini tengah di setiap pertandingan yang mereka lakoni. Dan di akhir turnamen, Perancis berhasil menjadi juara Eropa.

  • Formasi 3-3-1-3

Berikutnya adalah formasi 3-3-1-3. Formasi ini pertama kali digunakan oleh Ajax Amsterdam di era kepelatihan Louis Van Gaal. Ajax yang saat itu sedang berada dalam masa keemasan mereka karena dihuni oleh pemain muda bertalenta seperti Patrick Kluivert, Cllarence Seedorf, Litmanen, dan Edwin Van Der Sar, berhasil menerapkan strategi Total Football dengan formasi ini. Puncaknya, Ajax berhasil menjuarai Liga Champions 1995 setelah mengalahkan AC Milan di final, sekaligus meraih treble winners di musim tersebut.

15 tahun kemudian, timnas Chile dibawah asuhan Marcelo Bielsa pun menerapkan formasi yang sama. Chile sendiri menerapkan formasi ini ketika mengikuti gelaran Piala Dunia 2010. Saat itu, mereka satu grup dengan sang juara dunia saat itu, Spanyol. Keunikan dari Chile ini adalah ketika mereka kehilangan bola, 4 pemain menyerang mereka (3 penyerang + 1 gelandang serang), mereka langsung menekan jantung pertahanan lawan untuk melakukan pressing ketat, atau pada sepakbola sekarang dikenal dengan istilah gegenpressing. Hasilnya, tidak buruk-buruk amat. Meski tersingkir di babak 16 besar oleh Brazil, namun mereka berhasil membuat sepakbola yang hebat dengan skema ini.

  • Formasi 3-6-1 (Australia)

Pada Piala Dunia 2006, Australia yang kala itu dilatih oleh Guus Hiddink menerapkan skema ini untuk menghadapi pesaing mereka, terutama juara dunia kala itu, Italia. Meski mereka harus takluk di babak 16 besar, namun formasi yang mereka terapkan berhasil membuat mereka menguasai lapangan tengah. Australia yang diperkuat oleh Harry Kewell, Tim Cahill, dan Culina, berhasil memenangkan penguasaan bola dari 3 lawan mereka, yaitu Italia(58%), Kroasia(56%), dan Jepang(55%).

  • Formasi 4-2-4 dan 3-4-3 Milik Pep Guardiola

Seperti yang kita tahu, kalau Pep Guardiola adalah pelatih yang sering menerapkan formasi 4-3-3 dengan 2 dari 3 pemain tengah yang ia mainkan difokuskan untuk membantu penyerangan. Namun, ternyata Guardiola juga pernah menerapkan formasi yang tidak lazim diterapkan di pertandingan sepakbola. Ketika dirinya masih melatih Barcelona, Guardiola merubah 4-3-3 menjadi 4-2-4.

Bila dilihat, formasi ini terlalu beresiko sekali untuk diturunkan, karena itu akan membuat lini tengah mudah keteteran dengan tekanan dari lini tengah lawan. Namun, ada alasan mengapa Guardiola menerapkan formasi ini. Barcelona saat itu dihuni oleh pemain yang kebanyakan berkarakter menyerang seperti Messi, Henry, David Villa, dan Pedro. Belum lagi dibangku cadangan masih ada nama Bojan Krkic yang baru dipromosikan dari akademi La Masia. Untuk menetralisir posisi penyerang, maka Guardiola memasang skema ini.

Berlanjut ke musim 2013-2014, saat itu Guardiola baru menjadi pelatih anyar Munchen menggantikan Jupp Heynches yang pensiun. Guardiola langsung merubah formasi 4-3-3 Munchen menjadi 3-4-3 yang menyerang. Skema ini jelas sangat berbahaya untuk diadopsi. Apalagi, pemain belakang Munchen saat itu sangat rentan ditekan penyerang lawan.

Namun, dengan kejeniusannya, Guardiola menggeser Philipp Lahm agar bermain menjadi gelandang bertahan untuk membantu 2 bek tengah utama, yaitu Dante dan Boateng. Hasilnya, cukup apik. Munchen berhasil menjadi juara Bundesliga ketika liga menyisakan 5 pekan lagi.

  • Formasi 4-5-1 False Nine (Spanyol)

Ketika Euro 2012 dimulai. Spanyol tidak memiliki penyerang tunggal selain Fernando Torres yang mereka bawa pada perhelatan 4 tahunan Eropa tersebut. Oleh karena itu, Vicente Del Bosque yang melatih tim Spanyol saat itu menerapkan formasi 4-5-1 False Nine, dimana striker yang mereka mainkan bermain lebih menjadi gelandang serang dibandingkan menjadi penyerang murni.

Di luar dugaan, skema ini benar-benar mujarab. Memasang Fabregas sebagai False Nine membuat sisi penyerangan Spanyol tidak mudah dibaca para lawannya. Yang akhirnya membawa Spanyol menjadi kampiun Euro untuk kedua kalinya secara beruntun.

Itulah pembahasan saya mengenai formasi yang tidak lazim diterapkan di dunia sepakbola. Semoga informasi saya dapat bermanfaat bagi kalian semua.

Tags

About The Author

Aldi Saepurahman-4 39
Ordinary

Aldi Saepurahman-4

My Coding My Adventure
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel