Industri film saat ini sedang gencar-gencarnya mengadaptasi anime atau komik terkenal. Sayangnya, banyak fans yang menyayangkan penayangan live-action movier tersebut. Pasalnya, sebagian live-action movie malah merusak citra anime atau manga populer yang diadaptasi.
Berikut live-action anime dan manga yang tidak sesuai ekspektasi para penggemar anime manga :
Attack On Titan
Film live-action yang diangkat dari manga best seller dan anime karya Hajime Isayama ini banyak mendapatkan hujatan dari penggemarnya. Banyaknya penyimpangan pada alur cerita serta mengubah beberapa karakter membuat penggemar kecewa. Special effectnya juga bisa dikatakatan buruk. Satu hal lagi yaitu tak adanya karakter Levi dalam film ini pun menjadi poin yang tak bisa diterima oleh penikmat serial manga dan anime-nya.
Dragon Ball Evolution
Meski live-action ini dibuat oleh 20th Century Fox, live-action ini jadi dikenal dengan kegagalannya. Live-action dari manga dan anime terkenal karya Akira Toriyama ini juga tidak jauh dengan live-action Attack On Titan. Karakternya sangat berbeda dengan versi anime dan manganya. Special effectnya juga bisa dikatakan buruk dan berlebihan.
Speed Racer
Atau juga dikenal dengan Mach GoGoGo adalah anime karya Tatsuo Yoshida yang mengangkat tema balap mobil. Sayangnya ketika dibuat film live-action, Speed Racer tidak terlihat bagus dan malah tampak sama seperti kartun animasi hari Minggu. Film ini terlalu banyak efek komputer yang berlebihan, percakapan yang tidak penting serta klise.
Fist of The North Star
Animenya sendiri punya unsur gore atau berdarah-darah. Sang karakter utama, Kenshiro, merupakan seorang pendekar yang memiliki jurus andalan bernama Hokuto Shinken. Pas dia lagi marah, dia punya kemampuan menyerang titik-titik tubuh lawan yang bisa bikin badan meledak. Padahal, Gary Daniel, seorang juara kickboxer, sudah dihadirkan untuk memerankan karakter utama dalam film ini. Namun, karena plot cerita dan koreografi yang kurang bagus, sang juara kickboxer hanya seperti berlatih tanding dengan seorang anak kecil.
Ghost in The Shell
Ternyata, menggandeng Scarlett Johansson tidak membuat live-action ini selamat dari kritikan negatif. Mulai dari tokoh antagonis yang melenceng, sampai cerita dan aksi yang kurang memuaskan. Special effect yang diberikan memang bagus. Tetapi aksi dalam film ini kurang terasa karena jalan cerita yang kurang menarik dan terkesan kosong. David Sims dari The Atlantic juga berpendapat bahwa film ini tidak lebih dari salinan-salinan tipis yang terdiri dari beberapa potongan anime yang gambarnya hampir diambil bagian per bagian, sedangkan sisanya malah membuat karya aslinya(anime atau manga) jadi contoh terbaik yang harus ditonton.