Melupakan sesuatu yang mestinya kalian ingat sangatlah menyebalkan. Namun, ingatan yang buruk juga bisa meningkatkan daya ingat jangka panjang sehingga memperkuat kemampuan kalian untuk mempelajari sesuatu.
Demikian kesimpulan studi baru yang telah dipresentasikan di American Physiological Society Institute on Teaching and Learning di Madison oleh tim peneliti dari University of California (UCLA) di Los Angeles, AS, yang membuktikan bahwa lupa ada baiknya juga bagi otak.
Tim peneliti UCLA mempelajari berbagai cara soal bagaimana informasi disimpan dan diambil dari otak.
Mereka mencari tahu apakah lupa selalu berkaitan dengan hal negatif seperti membuat kita kewalahan untuk mengingat ataupun kerap dihubungkan dengan penuaan, kehilangan ingatan hingga demensia.
Hasilnya mengejutkan. Peneliti menemukan bahwa perubahan konteks yang mengganggu kemampuan kita mengingat pada dasarnya bisa membantu membentuk kenangan baru yang lebih baik.
Jadi, ketika Anda berusaha mengingat dan menemukan potongan-potongan informasi akan suatu hal di otak kita sebetulnya sedang berlangsung suatu proses yang melibatkan kode dan sandi informasi untuk memperkuat jenis kenangan baru yang bahkan lebih tahan lama.
Bagaimana bisa begitu?
Robert A. Bjork, PhD, seorang psikolog kognitif sekaligus penulis utama studi mengatakan dalam pernyataan bahwa segala informasi yang kita simpan dan kita ambil dari kenangan di otak , pada dasarnya bergantung pada petunjuk kontekstual.
Petunjuk kontekstual ini bisa membantu kita membangkitkan kenangan dengan mudah di kemudian hari. Untuk membangun petunjuk, kita perlu memperinci konteks. Salah satu caranya dengan mengulang dan mempelajari informasi baru agar tetap bertahan dalam ingatan.
Para psikolog menyebut pendekatan mengingat yang seperti itu sebagai “efek jarakâ€.
Sebaliknya, ketika Anda melupakan sesuatu, berarti konteks seputar informasi tertentu telah berubah. Dalam studinya Bjork menyebut perubahan konteks umumnya terjadi seiring berlalunya waktu.
Menurutnya, kenangan yang “kurang dipelihara†bisa membuat kita lupa.
Tak hanya itu, Brain World Magazine juga menulis bahwa ingatan bisa menurun ketika orang dirundung stres, tegang, lelah, multitasking, serta terganggu. Padahal, hampir segala aspek dalam keseharian kita dipengaruhi ingatan.
Melansir Daily Mail, Bjork menjelaskan bahwa otak kita sebetulnya membentuk banyak kenangan berbeda. Tiap kenangan itu dipilah ke dalam memori jangka panjang, setelah sebelumnya melewati empat proses tahapan.
Tahap pertama, informasi disandikan sebagai gambar, suara atau makna. Lalu, otak menentukan di mana hasil penyandian itu disimpan, apakah pada ingatan jangka panjang atau jangka pendek.
Jika Anda segera membutuhkan informasi itu, maka otak akan menghubungkannya sebagai ingatan jangka pendek. Biasanya ingatan ini hanya bertahan 30 detik pada orang dewasa.
Oleh karena itu, kata Bjork, jika suatu pengalaman dan kenangan ingin tahan lama, Anda perlu “merawat†kenangan tersebut. Dengan begitu, lanjutnya, otak akan membentuk lebih banyak koneksi sinapsis yang berfungsi membentuk jaringan.
Singkatnya, makin kuat jaringannya, makin kuat ingatan kita. Begitu pula, makin kaya rincian kontekstualnya, makin besar kemampuan kita dalam membangkitkan kenangan.
Proses serupa ini menjelaskan kenapa kita begitu mudah mengingat sesuatu ketika masih kecil, tetapi lebih sulit mengingat hal baru ketika dewasa.
“Kita bisa mengingat banyak hal karena mereka menonjol, saling berhubungan dan mudah diintegrasikan ke dasar pengetahuan kita, atau itu adalah sesuatu yang ingin kita ingat, tulis ulang, pun kita gunakan berulang kali dari waktu ke waktu,†jelas Sean Kang, PhD, asisten professor dari Departemen Pendidikan di Dartmouth College yang tidak terlibat dalam studi baru kepada NBC News.
Ia memberi gambaran bahwa rata-rata orang awam dewasa yang mencoba mempelajari fisika nuklir untuk pertama kalinya, mungkin akan merasa kesulitan dalam mengingat informasi.
Penyebabnya, kata dia, boleh jadi karena orang-orang tersebut tidak memiliki pengetahuan dan kenangan sebelumnya untuk terhubung dengan informasi baru tersebut.
Sebaliknya, kenapa kita bisa melupakan atau tidak mengingat sesuatu?
Pasalnya, kita belum menyelesaikan proses fisik dalammembentuk kenangan. Jelas Blake Richards, DPhil, ahli biologi dari Canadian Institute for Advanced Research.
Ia menjelaskan bahwa perubahan fisik terjadi di otak ketika Anda menyimpan kenangan atau informasi baru. Prosesnya serupa dengan ketika Anda mencatat daftar belanjaan di selembar kertas. Dengan menuliskan kata, Anda telah membuat perbubahan fisik pada kertas.
Dalam studinya pada 2017, Richards dan rekannya telah menemukan sejumlah mekanisme yang digunakan otak untuk melupakan informasi.
Menurutnya, lupa sangat alami karena otak kita ingin mengingat inti dari suatu pengalaman. Ini lebih efisien bagi otak dan adaptif dalam pembuatan keputusan di dunia nyata ketimbang mengingat peristiwa secara utuh.
Richards mengumpamakan ketika Anda mengingat nomor telepon teman, tetapi teman itu ganti nomor, mengingat nomor lama jadi tidak berguna dan mungkin Anda akan kesulitan mengingat nomor baru.
Peneliti memang mengungkapkan bahwa lupa ada baiknya, tapi para ahli juga berpendapat bahwa ingatan juga perlu dilatih. Selain cara-cara yang telah diurai di atas, Anda juga bisa memperbaiki gaya hidup seperti olahraga yang rutin dan tidur yang cukup, gemar mencatat, juga tetap bersosialisasi.