Adakah Latte Factor yang Menghambat Tujuan Keuanganmu?

5 Apr 2018 09:25 7829 Hits 0 Comments
Saya yakin kita semua mempunyai latte factor. Kalau saya, Fried Chicken! Kalau kamu...???

Mewujudkan suatu tujuan keuangan memang tidak mudah. Kadang yang sudah direncanakan ada saja penghalang yang ujung-ujungnya rencana keuangan tidak tercapai. Salah satu faktor penghalang bisa jadi gaya hidup. Bahkan kadang-kadang kamu tidak menyadari pengeluaran kecil yang kamu lakukan setiap hari akan menjadi hambatan untuk terwujudnya tujuan keuangan di masa depan. 

Secangkir kopi! Iya. Kopi adalah salah satu pengeluaran harian yang bisa dibilang penting gak penting. Rasanya ada yang kurang kalo dalam sehari tidak menyempatkan diri duduk di coffee shop dan membayar 50.000 rupiah untuk secangkir kopi. Jika dilakukan setiap hari dalam setahun pengeluarannya menjadi 18,250,000. 

Jika dihitung, kamu akan terkejut karena 18,250,000 dalam 20 tahun ke depan nilainya menjadi 60,411,231 dengan asumsi suku bunga 6%. Gimana kalau kamu investasikan dalam reksadana yang potensi imbal hasilnya 10% per tahun? Ternyata akan menjadi 133,737,343. 

David Bach mempopulerkan istilah latte factor dalam perencanaan keuangan. Latte factor adalah tingginya pengeluaran untuk hal-hal yang kecil dari waktu ke waktu. Pengeluaran ini seringkali kamu remehkan, tetapi jika dihitung nilainya dalam setahun dan jika kamu lakukan terus-menerus sepanjang hidupmu, kamu akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan suatu nilai yang jauh lebih besar lagi seperti ilustrasi di atas. 

Menemukan latte factor-mu tentu saja bukan berarti kamu harus menghilangkan banyak kesenangan hidup. Tetapi dengan memahami ilustrasi di atas, kamu jadi lebih mengetahui mana yang lebih penting antara secangkir kopi atau pencapaian tujuan keuanganmu dalam 10 atau 20 tahun ke depan. Artinya, kamu menyadari seberapa besar ongkos secangkir kopi dalam sepanjang hidupmu. Jangan sampai terlambat untuk menyadari besarnya uang yang dapat kamu simpan hanya dengan memotong pengeluaran harian yang kamu anggap kecil. 

So, luangkan waktu untuk melihat lagi pengeluaranmu dan cobalah untuk mengurangi pengeluaran kecil tersebut. Saya yakin kita semua mempunyai latte factor. Kalau saya, Fried Chicken! Kalau kamu...???

Setelah merenungkan dan mengurangi pengeluaran tersebut, saatnya kini untuk menabungnya di reksadana milik PT CIMB-Principal Asset Management yang akan memberikan imbal hasil lebih tinggi dibanding bunga tabungan dan deposito.
 
PT CIMB-Principal Asset Management sendiri merupakan perusahaan Manajer Investasi (MI) regional yang berpengalaman untuk mengelola dana nasabah. MI ini mengelola beragam produk reksadana dan PDNI (Pengelolaan Dana Nasabah Individual) bagi investor institusi dan perorangan di Indonesia. 

PT CIMB-Principal Asset Management berdiri sejak tahun 2007, didukung oleh CIMB Group, salah satu perusahaan keuangan terbesar di kawasan ASEAN, dan Principal Financial Group,  perusahaan jasa keuangan skala global dalam daftar Fortune500. 

Adapun total dana kelolaan PT CIMB-Principal Asset Management di Februari 2018 mencapai Rp 8 Triliun. Sedangkan total dana kelolaan CIMB-Principal Asset Management Bhd dan Principal Financial Group di bulan Juni 2017 tercatat sebesar MYR 69.7 Miliar dan USD 629.4 Miliar. PT CIMB-Principal Asset Management terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Nah, untuk menikmati return nabung reksadana online keluaran PT CIMB-Principal Asset Management, kini ada yang paling mudah, yakni dengan nabung reksadana online di aplikasi IPOTPAY. IPOTPAY adalah platform keuangan yang memberikan kemudahan kepada nasabah untuk melakukan pembayaran (kartu kredit, BPJS Kesehatan, PLN, dan belanja di e-commerce), pembelian (tiket, pulsa, token PLN), top-up ewallet (GoPay, GrabPay, TCash, Mandiri ecash, OVO, PayPro), transfer dana ke semua bank tanpa limit dan bebas biaya dan penarikan uang via ATM. Di IPOTPAY ada CIMB-Principal Cash Fund milik PT CIMB-Principal Asset Management.

Tapi satu hal yang perlu diingat, investasi melalui reksadana mengandung risiko. Calon pemodal wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa datang.

Tags

About The Author

Johanes Sutanto 36
Ordinary

Johanes Sutanto

Pemula
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel