Siapa yang Paling Tahu Soal Papua?

10 Feb 2018 10:27 3972 Hits 0 Comments
Belakangan isu gizi buruk di Asmat, Papua, lagi ramai diperbincangkan baik oleh netizen maupun media. Semakin panas lagi ditambah insiden "dikartu kuningkannya" Presiden Jokowi oleh ketua BEM UI Zaadit Taqwa. Bahkan orang-orang seakan lebih sibuk membahas kartu kuning ketimbang isu pokok terkait Papua itu sendiri. Waduh kok jadi melebar gini ya?

Belakangan isu gizi buruk di Asmat, Papua, lagi ramai diperbincangkan baik oleh netizen maupun media. Semakin panas lagi ditambah insiden "dikartu kuningkannya" Presiden Jokowi oleh ketua BEM UI Zaadit Taqwa. Bahkan orang-orang seakan lebih sibuk membahas kartu kuning ketimbang isu pokok terkait Papua itu sendiri. Waduh kok jadi melebar gini ya?

Seperti diketahui sebelumnya, dibalik aksi kartu kuning Jokowi ini. Zaadit mengaku ingin menyampaikan aspirasi terkait 3 isu. Selain kasus gizi buruk Papua, ada dua lainnya yakni rencana penunjukan petinggi Polri menjadi penjabat Gubernur selama Pilkada dan rancangan UU organisasi kemahasiswaan. Namun yang paling dibahas ialah tentang Papua.

Saya pribadi no coment soal aksi kartu kuning ini, karena disini saya juga gak mau bahas panjang lebar soal Zaadit, toh saya gak kenal dia, takutnya nanti salah ya. Hehe..

Kembali lagi ke judul, siapa yang paling tahu soal Papua? Tanah emas yang sangat sangat kaya. Yailah ya, namanya juga emas pasti yang terbayangkan adalah kekayaan tiada tara. Namun sudah menjadi rahasia umum, kesejahteraan masyarakat Papua seakan tidak berbanding lurus dengan kekayaan alamnya yang meluber-luber itu. Ya lebih rincinya saya tidak paham sih.

Sebenarnya selain isu kesejahteraan Papua yang belum baik, ekpos media terkait kehidupan saudara kita di ujung timur Indonesia ini masih kurang. Berbeda jauh dengan wilayah barat negeri ini. Ya itulah yang bikin miris..

Hal ini pula yang menjadi hal yang diragukan dari Zaadit si wasit pemberi kartu kunig Presiden ini (begitulah saya menyebutnya). Zaadit dituding tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di Papua, sehingga tidak pantas bicara atas nama Papua.

Sontak saja Zaadit ini menjadi bullyan di ranah maya. Sejauh pantauan saya diseantero dunia maya, kebanyakan menyarankan Zaadit untuk pergi ke Asmat agar lebih mengetahui lebih jelas pokok permasalahannya. Pemerintah juga mengatakan demikian.

Ya kalau sudah begini, siapa dong pihak yang paling mengetahui soal Papua? Pihak yang paling berhak berbicara soal Papua? Jangan hanya kuat berbicara atas nama Papua tapi masih minim data.

Sudah pasti pihak yang paling mengetahui keadaan Papua sesungguhnya ialah penduduk asli Papua termasuk disitu juga ada pihak Pemerintah. Namun disini saya melihatnya, kalau boleh beropini ya. Salah satu Masalah disini ialah komunikasi. Publikasi terkait Papua masih sangat kurang sekali.

Media-media yang mengaku media nasional hanya atau terlalu sibuk menyoroti sekitaran ibukota. Soal banjirlah, pkl, sampai becak. Ketika terjadi kasus gizi buruk di Asmat, baru geger. Masyarakat yang semakin reaktif juga tidak ketinggalan ingin memberi opininya. Mendadak semua orang berbicara tentang Papua. Seakan menjadi orang yang paling tahu betul Papua. Walau kemudian terjadi penyampaian informasi yang tidak tuntas akibat kurangnya data.

Dilain sisi, masyarakat Papua disana yang tentu saja paling mengerti betul kondisi riil di Papua. Namun Tidak semuanya yang memiliki kesempatan yang besar untuk menyampaikan aspirasinya ke dunia luar. Berbeda dengan kota besar di pulau Jawa yang dengan gampangnya men-Share apa yang dirasakannya ke berbagai media daring, tentunnya secara realtime dan dalam tempo sesingkat-singkatnya menjadi viral.

Jadi perbedaannya disini, masyarakat yang ditunjang sangat baik sarana komunikasi. Dapat leluasi menyampaikan aspirasinya melalui berbagai medium. Sedang saudara kita di Papua, sinyal seluler buat kebutuhan dasar komunikasi seperti telpon dan sms saja mungkin masih sulit apalagi untuk internet. Jangkauan Internet di Papua sebenarnya sudah ada, namun tidak seluas di pulau Jawa tentunya. Sehingga menjadi mustahil individu-individu di Papua memposting banyak konten sampai menjadi viral dan membuka mata dunia. "The power of sosmed" nya masih kurang. Jadi belum ada titik temunya. Takutnya kan ada yang potong berita ditengah jalan menjadi berita hoax.

Sebenarnya pembangunan dan publikasi Papua semakin digencarkan belakangan ini. Namun saya melihatnya kok orang-orang baru geger setelah ada masalah. Dulu-dulunya pada kemana ya.

Ini juga karena semakin eratnya masyarakat kita dengan medsos yang perannya bergeser sebagai sumber informasi. Dan perlu diketahui di medsos juga ada namanya fenomena Filter Bubble, yang bikin orang cuek semakin cuek dan tidak tahu semakin tidak tahu. Lebih jelasnya baca disini soal Filter Bubble.

Siapa yang paling tahu soal Papua?

Jadi bila ditanya siapa yang paling tahu soal Papua? Jawabnya Ialah seluruh rakyat Indonesia, seharusnya begitu. Karena sebagai orang Indonesia, berarti harus mengenal negaranya secara utuh. Jangan pernah cape mencari informasi lebih mendalam tentang negaramu. Maksudnya ketika mendalami sebuah informasi itu harus lengkap. Jangan sampai belum lengkap informasi yang diterima, namun sudah berbicara kemana-mana. Kalau bisa agak di rem.

Disamping sambil berharap agar sarana komunikasi semakin merata. Dan diikuti oleh sikap masyarakat yang anti apatis terhadap perkembangan terkini. Jadi semoga tidak ada lagi miss komunikasi dimana-mana. Karena masih banyak diantara kita, termasuk saya yang belum paham betul bagaimana kondisi di Papua.

Saya berharapnya semoga orang-orang yang kuat berbicara membela kesejahteraan Papua, benar-benar tulus. Tidak hanya sok tau, hanya untuk mencari popularitas dan kekuasaan. Takutnya sih seperti yang sudah-sudah, orang yang tidak paham betul mengenai suatu objek, eh malah menjadi DUTA, Duta Pancasila, duta narkoba, Duta Sheila On 7. *eh

Gambar sampul: Okezone News

Tags

About The Author

Rianda Prayoga 48
Ordinary

Rianda Prayoga

Gak banyak bicara, sedikit cuek tapi lumayan ramah
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel