Kami bertujuh kuliah di Universitas Bosgold. Salah satu universitas favorit dan ternama yang tidak memberikan kami beasiswa. Kami masuk ke sini dengan seleksi dan tentu saja tidak di jalur beasiswa.
Kami semua mengambil jurusan yang sama (Teknik Informatika) dan jadwal regular (pagi). Namun sayangnya kelas kami terpisah. Lyna, Radi dan Mike mendapatkan kelas F. Pika, Rigo, dan Abi mendapatkan kelas D. Lah aku sendirian di kelas A. Apes bener….
---
Hari pertama ngampus.
Masuk jam 08:00 am. PLARMAR datang dengan mobil Van putih milik kami, yang dibeli dengan uang kami masing-masing.  Kegiatan hari ini hanyalah Ospek Khusus Fakultas TI. Butuh waktu hampir satu jam untuk merundingkan apakah kami akan ikut serta melakukannya atau tidak. Dengan hasil perdebatan kami yang lama, akhirnya keputusannya adalah ‘ikut’.
Satu persatu kami keluar dari mobil. Sekarang sudah tidak ada lagi yang melihati kami terkagum, ataupun memasang muka segan. Karena dulu kami bertujuh adalah orang kesayangan dari pak Kepsek. Bahkan semua jabatan OSIS hanya diserahkan kepada kami, baik pilihan guru secara langsung maupun hasil voting dari siswa.
Setelah memarkirkan mobilnya, kami semua langsung masuk ke auditorium, diberi arahan tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya, pengelompokkan sesuai kelas, dan pengaturan stage. Jelas, aku sudah terpisah dari mereka. Saatnya bersosialisasi dengan yang baru.
Untuk bagian kelasku, kami diarahkan ke lapangan deluan. Ada 7 stage yang tersedia karena fakultas TI sampai kelas G. Tempatnya Makeover. Uji mental. Ospek di kampus ini tidak membani mahasiswanya untuk membawa sesuatu seperti membuat kalung pete, tali pinggang karet, bet nama dari kardus, dan lain-lain. Semua bahan diurus oleh panitianya. Di stage ini, wajah kami di makeup-in dan menjadi sesuatu yang disuruh oleh panitiaanya. Aku diberi identitas pelangi. Harus bersikap seperti pelangi yang cerah setiap saat.
Stage kedua, kami kembali dibawa ke auditorium setelah wajah kami dibersihkan. Di stage ini menyuruh kami untuk menjawab 5 pertanyaan konyol.
Stage ketiga, kami dibawa ke gedung  A. Disitu tersedia 10 PC di atas meja beserta panitianya yang masing-masing berdiri disamping meja tersebut. Kami disuruh duduk dan melakukan segala hal terserah apapun itu terhadap pc nya. Waktu yang diberikan hanyalah 5 menit. Maka dari itu kami bergantian memakainya. Yang kulakukan terhadap pc nya hanyalah men- shutdown –nya saja, lalu sudah…
Stage keempat, kami dibawa ke taman. Hanya ada satu panitia yang sedang duduk berteduh dibawah pohon sambil memainkan hp nya. Setelah mengetahui kami semua tiba disana, dia bangkit dan menuju ke kami lalu berkata “25 menit.†Setelah itu balik ketempatnya semula. Ada salah satu kawan kami yang bertanya kepadanya “apa yang harus kami lakukan bang?†namun sekata pun tidak dilontarkannya, dan memilih memakai headset. Karena tidak ada kejelasannya di stage ini, salah satu teman mengawali untuk ikut bersantai. Setelah melihatnya, aku pun juga nyusul, dan yang lain juga satu persatu ikutan. Setelah pas 25 menit, abang panitia itu bangkit dari tempatnya dan kamipun juga sontak ikut berdiri menghadapnya. “Sudah bisa lanjut. Ke Lab H208.†Kata abang paitianya lalu melanjutkan ke posisinya semula.
Stage kelima, di laboraturium gedung H lantai dua nomor 8. Disini setiap meja ada PC, namun semuanya mati. Lalu panitianya memulai pembicaraan deluan, “silahkan duduk dik.â€. lalu kamipun duduk di tempat yang kosong dengan bertatap ke PC yang mati. Lalu kakak panitianya menjelaskan apa yang akan dilakukan di stage ini “nah, disini tempatnya perkenalan. Tapi tantangannya adalah harus memakai bahasa selain bahasa Indonesia. Dan waktunya minimal 1 menit†Jelasnya. Lalu kakak itu memanggil nama kami satu per satu secara random untuk maju kedapan. Kalau aku disini memakai bahasa English.
Stage keenam, kami di bawa ke kantin. Disini adalah sesi konseling dan terdapat 11 orang yang gak tau apakah dia panitia atau tidak, karena hanya satu orang yang memakai Almamater sebagai penanda panitia. Setiap orang wajib mengeluhkan 1 hal kepada konselor (?). kami bergantian untuk melakukan konselingnya, dan setiap kloter memakan waktu 10 menit. Aku hanya mengeluhkan hal sepele, “pingin ke lima benua tapi bakalan ribet dehâ€. Lalu aku mendapatkan jawaban singkat dari konselor “People are like travelers who see the shadows within themselves and leave for a brighter place. We hope that we will be able to become someone else’s sunshine at the end of the journey. From ‘The mind of a counselor’ by Stanley kin and Sangwon cheon†kemudian dia berdeham sekali dan melanjutkan kalimatnya “ saya tau kamu mengerti apa artinya, tapi tidak dengan maksudnya. It’s match for you.†“Hmm iya pak. So now, what I have to do?â€tanyaku. “selesai, kamu bisa gantian ke yang lainâ€jawabnya. “Jast it?†tanyaku lagi memastikan karena ini bahkan belum sampai 5 menit. “Yaâ€jawabnya singkat. Lalu aku berenjak dari tempat dudukku dan bergantian dengan yang lain
Stage ketujuh, stage terakhir. Kami kembali lagi ke auditorium. Begitu juga kelas-kelas yang lain. Panitianya tidak banyak bicara. “Mungkin kalian berfikir Ospek yang kalian jalani tadi Absurd , Weird. Sebenarnya kami telah memonitor kalian semuanya tanpa kalian sadari. Dan setiap stage itu memiliki maksud tertentu. Kami tidak akan bilang sekarang maksud dari setiap stage itu kepada kalian, tapi nanti. Disaat inagurasi.†Jelas panitianya “Dan sekianlah Ospek kita. Setelah semuanya, kita tetapkan SELESAI. Kalian sudah bisa pulang†lanjut panitia yang lain.
Kami bertujuh pun berkumpul kembali di tempat parkir. Â Berbagi cerita apa saja yang kami lakukan saat Ospek tadi.