Sambil bercerita, Pak Gun terus memacu kendaraannya. Di sebuah tempat, tangan kanannya menunjuk salah satu bangunan. Sebuah tempat hiburan malam. “Lihat itu, Mas. Pengunjung di dalamnya, kebanyakan orang-orang seusia Mas, ya sekitar 35 sampai 40 tahunan lah. Pulang kerja, mereka bukannya pulang ke rumah, tapi mencari kesenangan di sana.â€Â
Padahal, lanjut Pak Gun, kesenangan dan ketenangan itu adanya di rumah. Berkumpul bersama keluarga, istri dan anak-anak. Di tempat itu tadi, yang ada hanyalah kesenangan dan ketenangan semu.Â
“Coba saja, begitu mereka keluar dari tempat itu untuk pulang, dalam benaknya, kesenangan dan ketenangan yang baru saja mereka dapat akan berubah menjadi kegelisahan. Takut ketahuan istrinya. Cicilan rumah dan mobil yang belum dibayar. Kebutuhan lain keluarga yang belum diselesaikan. Itulah. Mereka lebih mementingkan kesenangan. Padahal, di usia mereka yang masih sangat produktif, harusnya mereka prioritaskan mencukupi kebutuhan.â€Â
Mobil sudah sampai tujuan saya. Pak Gun pun menyudahi ceritanya. Ia pun kembali mengarungi hidupnya bersama roda-roda mobil Ertiga-nya. Bukan untuk kesenangan, tapi untuk mencukupi kebutuhan dan ketenangan.
Â
Â
Â