Mendengar ceritanya selama perjalanan menuju Kuningan, saya begitu terkesan. Usia Pak Gun 57 tahun. Dua tahun lalu ia resign dari pekerjaannya. uang pesangonnya dibelikan mobil. Jadilah ia sekarang sopir taksi online. Sehari-hari, ia memang mengarungi hidupnya bersama roda-roda mobil Ertiga-nya di belantara ibukota Jakarta. Tapi tahu tidak misinya jadi sopir taksi online?Â
Ia ingin punya kenalan baru. Lewat penumpang-penumpang yang diantar. Dengan begitu relasinya akan bertambah. Siapa tahu bisa menjalin kerjasama bisnis baru, begitu katanya.Â
Dua anaknya yang sudah mandiri sebenarnya melarang. Kepengen sang ayah istirahat saja sambil momong cucu. Tapi dasar Gun ‘bandel’. Ia tak mau hidup tanpa aktivitas yang menghasilkan. Ditambah lagi sifatnya yang tak pernah mau berdiam diri.Â
Anak pertamanya laki-laki. Buka online shop. Dari bisnisnya, kata Gun, sudah bisa dikatakan sukses. Sebuah rumah dan satu ruko sudah dimiliki. Lalu yang kedua—juga laki-laki, kerja di bidang IT. Juga tak jauh beda dengan kakaknya. Juga sukses. Masih bujangan, tapi kini sedang membangun rumah. Dari jerih payah hasil kerjanya sendiri.Â
Tapi buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Meski boleh dikatakan sukses dalam karir masing-masing, dua anaknya ini tak mau berpuas diri. Kini, dua bersaudara itu sedang join. Mengembangkan usaha jual-beli online lebih besar lagi. Bisnis baru untuk sumber penghasilan yang baru. Untuk mencukupi kebutuhan, bukan kesenangan. Seperti yang diajarkan ayah mereka.Â