Memang di berbagai negara—setidaknya ada 17 negara, warganya merayakan hari kopi tanggal 29 September. Ini bisa dilihat di Amerika, Jepang, Australia dan sejumlah negara lainnya. Di sisi lain, International Coffee Organization telah memutuskan bahwa hari kopi internasional itu jatuh tanggal 1 Oktober.Â
Tapi dalam tulisan ini, saya tidak mau berpolemik soal hari kopi. Saya ingin ikut merayakannya, meski lewat tulisan. Ingin bercerita soal kesukaan saya ngopi berkali-kali setiap hari.Â
Sebagai penikmat kopi, sulit rasanya menjalani hari tanpa kopi. Saya sudah pernah coba, enam jam tanpa kopi. Tapi gagal. Pagi jam 6 saya minum kopi. Setelah itu tidak. Eh, jam 12 siang terpaksa “mbatalâ€. Ngopi lagi. Langsung byaaarrr…mata terang. Konsentrasi datang lagi.Â
Saya memang pecandu kopi. Nyaris dua jam sekali harus menyeruput kopi. Maka hidup saya harus diawali dari kopi. Begitu melek mata, langsung kopi. Pengganti sarapan pagi. Jam 10 pagi, kopi lagi dan usai makan siang, kopi. Selanjutnya, cangkir demi cangkir kopi terus tersaji. Jam tiga sore, jam 6 sore, bahkan malam masih nambah minimal dua kali. Bisa 7-10 cangkir tiap hari.Â
Jika bagi banyak orang ngopi menjadi gaya hidup. Buat saya, kopi itu kebutuhan. Sekali lagi, sulit rasanya menjalani hari tanpa kopi. Tapi saya tidak aneh-aneh. Sukanya satu; kopi hitam. Kalau kepepet, kopi instan jadilah. Lainnya tidak suka. Apa itu coffe shake, cappuccino,vanilla late, moccachino dan masih banyak lagi varian rasa lainnya. Saya mengenal nama, tapi tak pernah mau mencoba. Maaf, kesukaan saya ngopi ya kopi hitam. Klasik. Tanpa embel-embel susu, coklat atau lainnya.Â