Tak jarang, seorang ketua RT pun harus menjadi bulan-bulanan warga jika terjadi kesalahan sedikit saja dalam menjalankan tugas. Bahkan di tempat saya, dalam tiga tahun sudah berganti dua ketua RT. Yang pertama, Ketua RT digulingkan karena diprotes warga. Ketua RT yang kedua juga digulingkan, meski sejumlah tokoh lingkungan memakai cara yang lebih harus untuk memintanya mundur. Praktisnya, menjadi ketua RT itu memang harus siap mental, selain kecakapan dalam mengelola lingkungan.Â
Mereka juga harus mampu mengakomodir keinginan warganya yang warna-warni. Yang jika sedikit saja salah mengambil kebijakan, bisa memunculkan polemik di tengah warga yang dipimpinnya.Â
Tapi bagaimana jadinya jika tugas mulia yang diemban harus berakhir di jeruji besi seperti yang terjadi di sejumlah daerah yang disebut di atas tadi? Memang sudah sepantasnya jika seorang ketua RT digaji besar. Minimal sesuai dengan UMR (upah minimum regional) setempat. Mereka layak mendapat insentif sesuai dengan standar para pekerja yang lain.Â
Ini bisa menjadi satu solusi. Untuk membentengi mereka dari tindakan pungli terhadap warganya dalam hal apapun. Sebab, selama ini, seringkali terdengar keluhan dari masyarakat terkait pungli dalam pengurusan apapun dimulai dari tingkat RT.Â