Denpasar (Bali) – Banyak masyarakat di Indonesia yang sangat awam dengan penyakit Thalasemia. Padahal penyakit Thalasemia kategori Mayor menduduki peringkat No 2 untuk tingginya biaya yang dijamin pemerintah (Pusat Pembiayaan dan Penjamin Kesehatan/P2JK Tahun 2012. Seperti yang diungkap dalam Seminar Pencanangan dan Sosialisasi Cegah Thalasemia yang diadakan oleh Rotary District 3420 Indonesia di Aula Cita Kelangen Lantai 3 Kampus Institut Seni Indonesia Jalan Nusa Indah Denpasar pada Sabtu (9/9) 2017. Kegiatan ini merupakan  Project Rotary Global Grant Area Bali yang mengundang ribuan peserta dari kalangan akademisi, praktisi kesehatan, mahasiswa, dan anak muda.
Acara ini dibuka langsung oleh Ibu Wakil Gubernur Bali, Ida Ayu Ketut Sri Sumiatini. Melalui kegiatan ini diharapkan anak muda Bali bisa mengetahui lebih dini, penyebaran Thalasemia dan dapat melahirkan generasi bebas Thalasemia kedepannya, seperti yang diungkapkan IDDG Nyoman Nilawati S selaku Ketua Panitia Pencanangan dan Sosialisasi Cegah Thalasemia dan Blood Screening Area Bali.
“Melalui kegiatan Seminar ini diharapkan pemuda dan mahasiswa di Bali dapat lebih mendeteksi gejala Thalasemia dan dapat hidup dengan normal, Thalasemia dapat dicegah dengan melakukan screening darah sebelum menikah†ungkapnya.
Seminar ini juga menghadirkan Praktisi Kesehatan dr Ni Nyoman Suci untuk membedah lebih jauh penyakit Thalasemia. Dokter Ni Nyoman Suci mengatakan bahwa penyakit Thalasemia adalah penyakit bawaan yang diturunkan oleh kedua orang tua ke anaknya. Penyakit ini disebabkan oleh berkurangnya atau tidak terbentuknya protein pembentuk Hemoglobin. Akibatnya Eritrosit mudah pecah dan penderita sering mengalami anemia. Penyakit Thalasemia bukanlah penyakit menular dan dapat dicegah melalui screening darah.
Penderita Thalasemia membutuhkan biaya 300-400 juta tiap tahunnya, bahkan sampai 2 Milyar Rupiah apabila ingin cangkok sumsum tulang. Hingga saat ini penyakit Thalasemia belum ditemukan obatnya. Bila pasangan calon Ayah maupun calon Ibu masing-masing membawa Gen pembawa sifat penyakit Thalasemia maka anak yang akan dilahirkan secara berturut-turut akan nada yang normal 100%, pembawa Gen Thalasemia Mayor 100%, pembawa Gen Thalasemia 50%, dan seterusnya.
“Untuk mengantisipasi terjadinya adanya keturunan yang menghasilkan pembawa Thalasemia Mayor ada baiknya pasangan yang ingin menikah cek darah di labolatorium. Tidak disarankan menikah baik pasangan yang sama-sama membawa gen Thalasemia†jelasnya
Rotary District 3420 Indonesia juga memberikan fasilitas screening darah gratis bagi peserta Seminar yang membawa surat keterangan tidak mampu. Satu kali cek darah dapat mengetahui seseorang membawa Thalasemia atau tidak.
Rika Antari, salah seorang peserta Seminar Pencanangan dan Sosialisasi Cegah Thalasemia yang diadakan Rotary District 3420 mengatakan bahwa dirinya baru tahu tentang penyakit Thalasemia. Melalui seminar tersebut ia akan melakukan screening darah apabila nanti akan menikah sehingga nanti anak yang akan dilahirkan tidak terkena kelainan darah Thalasemia.
“Seminar ini sangat bermanfaat sekali, ternyata Thalasemia itu bisa dicegah dengan melakukan screening darah sebelum menikah dengan calon pasangan. Dengan screening darah bisa mengantisipasi anak yang dilahirkan terkena Thalasemia Mayor†tuturnya.
Â