Bulan Ramadhan yang penuh dengan tagar berkah telah berlalu sambil membawa kabar gembira bahwa  bulan Syawal hadir untuk merayakan seremonial halal-bihalal khas nusantara. Menurut penulusuran penulis, istilah Halal Bi Halal sendiri dipopulerkan oleh seorang ulama kharismatik dari kalangan nahdhiyin K.H Wahab Hasbullah. Pun, kini nyatanya lebih popular ketimbang “silaturahmi-silaturahim-anjangsana†dan sebagainya.
Bulan Syawal yang notabene “bulan†memaafkan. Di dunia nyata dengan halal bi halal ke tempat sanak saudara. Di dunia maya dengan meramaikan tagar #HalalBiHalal (jangan salah tulis jadi #HalalinAkuYuk). Menjalin kembali tali silaturahmi yang telah terpisahkan oleh kepentingan dan jarak tempuh. Alam nyata dan maya menjadi jagad untuk melakukan intropeksi diri sendiri.
Idul Fitri- al-Id al-Fitri atau istilah lainnya monggo kalian ributkan sendiri, Karena saya sedang ingin geguyon tentang kehadiran junjungan para ikhawan-akhwat  jombol akhir zaman akhinal kirom al-Ustadz Felix Siauw di Semarang. Kalau masih belum tahu siapa beliau. Saya paparkan sedikit supaya sosok tersebut lebih hangat di telinga pembaca yang budiman ini.
Belio orang yang diberkati oleh Alloh SWT terlahir di Sumater Selatan dengan status Mualaf dan penulis buku best seller. Ketawadhuannya membuat karirnya tidak hanya itu-itu saja. Ia merambah sebagai pebisnis buzzer di media, ustadz ketiban duren kondang yang twettnya selalu ditunggu anak-anak muda untuk segera diviralkan sabdanya. Cukup segitu ya. Kalau kurang puas jangan cari profil belio di Wikipedia, tirto.id, apalagi wikileaks. Langsung delivery message (dm) twitternya serta nyatakan CV sebagai syarat ingin sowan ing ndalem.
Sepak terjang ustad satu ini memang dekat sekali dengan penolakan dan kontroversi. Kedekatannya layaknya Tuhan dengan urat nadi kita. Dari mulai twet-twet-nya yang viral hingga Halal Bi Halal nyata di Semarang menjadi objek untuk di tolak. Mereka menganggap belio sebagai corong khilafah, anti khilafah Pancasila, intoleran, tukang gebuk, mak comblang. Ah, kesemuanya kata menunjukkan junjungan satu ini memang tidak layak dienyahkan dari bumi Nusantara. Kita masih butuh fatwa dan sabdanya.
Celakanya, Ustad Felix Siauw akan show off di kampus dengan pendanaan yang selangit. Habib Hasan Toha Putra, pucuk pimpinan Yayasan Wakaf Sultan Agung yang membawahi kampus di daerah Kaligawe menjadi sasaran fitnah.
Sekita itu akal sehat kita digoyahkan oleh pesan di berbagai grup whatshap, telegram, line, blackberry message yang menyiarkan bahwa si Habib menjadi Tim Pendanaan di setiap HTI bergerak tanpa ada klafikasi. Selain itu Toko Buku Toha Putra yang sering jadi sasaran -event organizer sekaliber mahasiswa untuk membantu kelancaran acara- dijadikan sasaran empuk sebagai toko buku penyebar ideologi. Rasanya, nano-nano kalau selibat dalam fitnah-fitnah yang lebih kejam daripada membunuh jomblo fi sabilillah.
Sidang pembaca yang saya sayangi, kembali ke Felix Siauw yang akan manggung di acara Halal Bi Halal. Kehadiran belio tidak ada pengaruhnya sama sekali di Semarang sebagai Kota di Jalur Pantura yang menjunjung tinggi Monata, Serra, Via Vallen, Palapa, Sagita, lan bongso liyane daripada HTI.
Menghiraukan Felix Siauw adalah salah satu cara kita untuk mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap ide yang di usung olehnya. Namun, semangat untuk hadir di Halal Bi Halal yang menghadirkan bintang sekaliber Felix Siauw  Monata dan Via Valen adalah kemubadziran yang berujung mutung  Karena hanya bisa menyaksikannya di laman Youtube.
 Ketika saya bertanya pada pemuda
“Apakah kamu tahu siapa Felix Siauw ?â€
“Tidakâ€
“Apakah kamu mengetahui keberadaan Monata, Sagita, Palapa, dan Via Vallenâ€
“Monata konser di PRPP, Sagita tour ke Kendal, Palapa di Pati, Via Valen nanti malam di Simpang Limaâ€
Jadi, wahai pencipta alam tegurlah aku yang  hanya kenal Via Valen dan Om Sagita ketimbang al-Ustadz Felix Siauw
Â