Labirin Tak Berujung (The Endless Maze) - Part 7

8 Mar 2017 01:41 13014 Hits 1 Comments
Apaaa? Sudah terlambat? Nasi sudah jadi bubur? Jadi benar aku sudah mati? Ario kaget bukan kepalang. Meski terdengar pelan dan parau, ia yakin tidak salah dengar perkataan kakaknya. Bulu kuduknya berdiri. Oh, tidaakk! Aku sudah mati!

Inikah Surga Yang Dirindukan?

 

Labirin Tak Berujung (The Endless Maze) - Part. 7Gambar diambil dari APUS Collection

 

Dimana aku? Sebuah lorong? Oh, tidak! Lorong ini gelap sekali. Aku tidak bisa melihat apa-apa di sini. Tuhan! Aku dimana?

Ario tengah berjalan dalam lorong yang gelap. Ia bagai orang buta yang sedang berjalan tertatih-tatih mencari pijakan dan kedua tangannya yang meraba-raba mencari pegangan.

Oh, itu ada sinar! Aku harus kesana!

Ario melihat setitik sinar, ia pun mempercepat langkahnya. Sinar itu semakin lama semakin dekat, seolah-olah ikut menjemput kedatangannya. Tak lama Ario akhirnya bisa melihat yang sebenarnya.

Waaww! Indah sekali pemandangannya! Benar-benar cantik! Inikah yang dinamakan surga?  

Ario takjub dengan apa yang dilihatnya. Ia berada di suatu tempat yang tinggi dan sejuk. Tempat ia berpijak penuh dengan bunga aneka warna yang harum semerbak dihiasi dengan rumput hijau yang segar. Dari jauh ia memandang sebuah gunung yang menjulang lebih tinggi berselimutkan awan putih dan dihiasi cakrawala senja yang cantik. Dalam sedetik hatinya merasa sangat damai, damai yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Ario berjalan mendekati gunung itu, arak-arakan awan putih mengiringi langkah Ario, ia bagai berjalan di atas awan. Ia pun mempercepat langkahnya.

Ohh, indahnyaaa! Aku ingin di sini selamanyaa!!

Ario berteriak senang, ia melebarkan kedua tangannya, membiarkan hawa sejuk beraroma aneka bunga yang harum masuk memenuhi paru-parunya, lalu menari sambil berputar-putar laksana penari salsa.

Arak-arakan awan itu setia mengiringi langkah Ario, kemanapun ia pergi. Ario terus menari menuju ke gunung yang semakin lama semakin dekat menghampirinya. Ingin rasanya memeluk gunung yang indah itu.

Arioo! Arioo!

Tiba-tiba terdengar suara yang lembut memanggil namanya.

Engkaukah itu Tuhan?

Ario mencari arah suara itu.

Ariooo...!!

Ario menengok ke belakang. Suara itu berasal dari dalam lorong tempat ia sebelumnya berada. Semakin lama suara itu semakin jelas terdengar.

Langit yang semula cerah dan berwarna jingga terang, mulai berubah pekat dan butiran-butiran kristal bening yang lembut mengenai wajah Ario.

Ariooo...!!

Suara itu memanggil lagi. Sekarang ia kenal dengan suara itu.

 

Tags

About The Author

Arya Janson Medianta 47
Ordinary

Arya Janson Medianta

0813 7652 0559 (WA) Arya_janson@yahoo.com
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel