Cerpen - HATIKU DI “TOLAK MARIANA”

27 Oct 2016 09:19 3205 Hits 0 Comments
Writter Anonymouse

HATIKU DI “TOLAK MARIANA”

Dan akhirnya aku memutuskan untuk tidak lagi menulis, aku lelah. sampai pada suatu hari aku merasa tubuh ini seperti ditembus ribuan peluru, seakan aku terbang lalu terhempas jatuh ketanah. Sakit, mematahkan tulang dan meremukkan otakku. Apa ini?, rindu???, Mungkin saja iya, tapi sosok yang kurindukan itu kini mustahil ada di hadapan ku,mustahil untuk ku sentuh bahkan ku dekap.

Ana menjadi sosok wanita mimpi ku, aku yang selama ini terbiasa sendiri diajaknya menikmati kebersamaan. "Bersama itu bahagia", ucapnya padaku sembari melempar senyum manis, aku terhipnotis, tanpa sadar bibir ini juga tersenyum bersamanya. Semua tentang ana mampu membuat jantungku berdebar kencang, atau bahkan berhenti berdetak. Entahlah, mungkin ini yang mereka katakan "CINTA"???.

Ana sudah punya kekasih, aku menyangkal, menolak dan memberontak pada kenyataan, kenyataan yang tampak di depan mata dan tinggal disudut otakku, aku mengoreknya, menariknya dan memaksa agar ia mau keluar, tapi tetap saja aku sia-sia, hal sama yg sedari dulu ku lakukan, sejak beberapa tahun yg lalu, tahun tahun yang ku lalui bersama wanita kekasih pria lain. Jika sempat aku menghitung berapa kali aku menyangkal, berapa kali aku menghindar, berapa kali aku menipu diriku sendiri, dan berapa kali aku mencoba menjauh, pun pada akhirnya pertarungan tak tertulis ini tidak pernah aku menangkan, tumbang oleh perasaan bodoh, bersimpuh di bawah langit yang selalu saja menertawai kegagalanku.

Aku mengenal Ana, menganggapnya sebagai teman dekat ku. Tapi tunggu dulu, apa tadi?  "sebagai teman dekat"?, Bahkan aku pun tak tau apa Ana akan mengakui ku sebagai teman dekatnya juga. Aku dan Ana memang terlihat dekat, tapi hanya kalimat-kalimat canda tawa yg mengenalkan kita. Bercanda dan bergurau, apapun itu, leluconnya, semua tentang Ana masih terselip diotakku, namun itu dulu, sebelum akhirnya aku dan Ana memutuskan meninggalkan lingkaran-lingkaran itu. Aku selalu merindukan semua, canda tawanya, marah dan bawelnya, tapi sudah lah, biar semua ku simpan di otakku.

Beberapa bulan berlalu dan aku masih sendiri, sendiri dengan rindu yg kian menggebu, menggebu lalu membeku dalam hati, kemudian hancur dan berkeping lalu menyerangku seperti ribuan pedang menyayat kulit. Sakit,,, sakit sekali aku rasakan rindu yg tak bisa aku luapkan ini. Aku benci keadaan ini, dimana tidak ada lagi orang yg menyebutku "pemarah".

Malam ini gerimis menjelma menjadi hujan, airnya sebesar biji jagung jatuh atap kamarku, berderu-deru. Aku duduk dibalik jendela, tatapan mata ini jauh keluar sana. Kosong, sepi,,, hanya suara hujan dan katak membentuk ritme nada nada sumbang yang ku dengar.

Sayup sayup ku dengar hp ku berbunyi, langsung saja ku ambil hp diatas tempat tidurku. oh,,, twitter. Aku terkejut, aliran darah ini seakan terhenti, senang namun bingung, membuatku tak mampu berfikir harus bagai mana. Ingatanku di paksa kembali kemasa lalu, satu malam dimana aku menunggu Ana disebuah acara, duduk sendiri tanpa peduli ramai khalayak ramai di sekelilingku, berharap bertemu dan bicara beberapa kata, tapi semua diluar dugaan. Ana datang bersama pria di sampingnya, ku hampiri saja dia, tapi,,, ya sudahlah, kejadian malam itu tidak ingin ku ingat kembali, kejadian yang sebenarnya sangat tidak aku inginkan, kejadian yang membuat raga ini seperti dicambuk ribuan kali, kejadian yg membuatku tidak ingin perduli dengan apa yang aku trima di twitterku, sebuah mention dari Ana.

Kini, hari hari kembali sendiri ku lalui, belajar menghapus dan mungkin saja mengganti kenangan lama dengan kenangan baru, bercerita dan menyimpan semua kenangan lamaku di twitter, tidak lagi di otak, namun pada kenyataanya justru itu yang membuka pintu kenangan kenangan lama. Aku semakin benci keadaan ini, keadaan yang memaksaku mengulang masa masa indah bersama Ana dulu, ya,,, melepaskan rinduku kepadanya, bercanda, tertawa, juga sedih dan air mata menjadi saksi kebersamaanku bersamanya, kebersamaan yang seharusnya membuatku bahagia, kebersamaan yang ku harap selamanya, kebersamaan yang membuatku takut, kebersamaan yang sebenarnya aku pun tau, semua ini sedang menunggu waktu untuk berakhir lagi.

Apa kah aku bodoh, pura pura bodoh, atau mungkin aku sedang di bodohi oleh keadaan. Entahlah,,,  tapi terkadang cinta mampu membuatku tidak mampu berfikir rasional, menolak realita kehidupan, membutakan mata, bahkan mematahkan sendi sendi yang biasanya tegak berdiri, sampai pada akhirnya aku memilih pergi, meninggalkan apa yang tidak seharusnya aku perjuangkan, melupakan apa yang tidak seharusnya aku kenang, berhenti berharap apa yang tidak mungkin aku miliki.

Terimakasih "Ana", mengajariku sabar dalam menunggu, ikhlas dalam memberi...

Tags

About The Author

theund12 22
Novice

theund12

firdiansyah hanyalah seorang anak dari keluarga sederhana yang memiliki mimpi setinggi langit, usaha, kerja keras, do'a serta dukungan dari keluarga adalah modal utama untuk bisa mencapai mimpi itu...
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel