Gambar via Ubergizmo
Sekitar bulan Agustus lalu, flagship Samsung yang selalu menggunakan pena digital sebagai aksesoris diperkenalkan ke publik. Adalah Galaxy Note 7, sebuah smartphone kelas atas yang bukan hanya membawa spesifikasi mumpuni, namun juga banyak mendapat pujian dari para penggemar gadget. Berbagai fitur unggulan memang dibenamkan didalamnya, mulai dari kemampuan tahan didalam air, bisa digunakan untuk menulis didalam air hingga kemampuan keamanan dengan pemindai selaput mata alias Iris Scanner.
Namun apalah dikata, Galaxy Note 7 yang digadang-gadang akan disambut pasar dengan baik, harus menuai jalan terjal ditengah perjalanannya. Awal Oktober 2016, Samsung resmi tidak melanjutkan produksi flagship tersebut, dan penjualan pun terhenti.
Dalam tradisi penamaan, nama Galaxy Note 7 memang tidak mengikuti urutan seri Galaxy Note yang berakhir di angka 5. Samsung melompat tidak menggunakan nama Galaxy Note 6 di flagship yang identik dengan pena digital tersebut.
Ketidakamanan penggunaan Galaxy Note 7 akhirnya harus dibayar mahal, tanggal 17 Oktober 2016, maskapai penerbangan Garuda Indonesia melarang penumpangnya untuk membawa smartphone tersebut didalam kabin pesawat, alasan pelarangan tersebut tentunya adalah untuk faktor keamanan penumpang lain. Kasus terbakarnya Galaxy Note 7 di sebuah pesawat memang sebelumnya pernah terjadi, yaitu di penerbangan Southwest Airlines, yang memaksa awak kabin untuk mengevakuasi penumpang lain karena insiden kebakaran smartphone tersebut. Bukan hanya Garuda, maskapai lain pun beramai-ramai melarang Galaxy Note 7 untuk ikut terbang dipesawatnya, seperti Lion Air, Citilink dan Air Asia.
(Galaxy Note 7 yang meledak di pesawat Southwest Airlines Indiana, AS. Brian Green via Dailymail.co.uk)