Suara (suara) dalam kepala

16 Sep 2016 09:06 2805 Hits 0 Comments
Cerpen

[AN EXPERIMENTAL STORY] 
.
Mengandung unsur seks eksplisit. Kedewasaan pembaca sangat diperlukan.

----

Pernahkan kamu mendengar suara-suara dalam kepalamu. Pernahkan kamu bertanya siapa dia? atau barangkali. Siapa mereka? Pernahkah kamu mencari tahu kenapa suara-suara itu ada. Kenapa dia atau barangkali mereka sering mengganggu pikiranmu. Menutupi suara hatimu sendiri.

 

Suatu hari aku berhasil mengajak suara-suara itu bicara, meski dalam urat syaraf yang tegang karena emosi yang tidak terkendali. Aku tidak ingin membeberkannya padamu, itu obrolan kasar sekaligus memalukan untuk dibagi.

 

Tapi tunggu! Aku akan menceritakannya sedikit-sedikit, untuk mengurangi rasa penasaranmu. Dekatkan matamu, baca baik-baik. Ohiya! Sebelumnya aku mau bilang, bahwa tidak ada yang salah dari perbuatan baik. Kalau ada orang yang menjauhimu karena kebaikanmu berlebihan dan terlalu, berarti ada bahaya yang sedang datang menghadang.

 

Oke, mari kita mulai! Aku menemukan fakta bahwa suara-suara dalam kepalaku adalah seorang pria dan dua wanita. Mereka mempengaruhi pikiranku saat matahari tepat diatas kepala. Mengangguku hingga kening terus berkeringat dan saling bersetubuh saat malam tiba. Bagian yang terakhir yang paling kusuka. Mereka membangkitkan feromonku dengan sangat lembut dan pelan.

 

Untuk kamu yang tidak mengetahui apa itu feromon. Stop membaca tulisan ini. Cari tahu dulu apa makna kata itu. Biasakan untuk memahami suatu hal sebelum menyelaminya lebih jauh. Bagi kamu yang tetap terus membaca. Aku ucapkan terimakasih. Kamu ada dalam lingkaran. Lingkaran Orang yang sudah paham atau orang yang malas alias bodoh, orang-orang yang melambatkan majunya negara ini.

 

Oke kita stop sampai disitu. Mari kita lanjutkan. Pria itu bernama Black, setidaknya dia menamai dirinya seperti itu. Tinggi besar dengan hitam yang menutupi seluruh tubuh. Hanya gigi putihnya dan matanya yang terlihat di kegelapan. Dia mengakui bahwa penisnya besar, membuat dua wanita itu bersedia dia setubuhi setiap malam. Aku tertawa mendengar itu, karena aku tidak bertanya. Persis seperti manusia jaman ini. Membanggakan diri sampai lupa bahwa tidak ada yang peduli dengan pencapaiannya.

 

Aku akan ceritakan satu-satu tentang dua orang wanita yang mendekam di pikiranku. Memanggil dengan suara rintihan minta dibelai, dipeluk, dicium dari bibir hingga vaginanya. Mereka wanita kotor, bagian dari gelapnya malam dan hitamnya pria itu. Black, Nama yang aneh.

 

Wanita pertama punya rambut bob, lehernya putih mulus, tempat bibir Black biasa bermain. Namanya Key. Setidaknya itu pengakuan dia. Kunci, katanya, dia bisa membuka kunci nafsu semua pria, mengendalikannya dan memuaskannya. Sekali lagi aku tertawa. Masih ada wanita seperti itu di dunia ini. Yang mengobral kelaminnya dengan harga murah. Meneriakkan paham feminisme tapi tidak paham betul apa artinya.

 

Wanita ini punya bibir yang tebal dengan bagian bawah yang agak keluar karena sering berciuman. Bibir-bibir wanita kebanyakan, yang bisa kamu temui di klub-klub malam setiap harinya. Mereka yang membuka aurat, menunjukkan payudara, pusar dan lekuk tubuh tapi menolak dinikmati tanpa bayaran. Lalu mereka teriak bahwa pikiran semua pria penuh nafsu. Aneh.

 

Mari kita balik, bagaimana jika pria-pria yang menunjukkan auratnya, memakai celana dengan retsleting terbuka dan tanpa menggunakan celana dalam.  Apa yang ada di pikiranmu saat ini? Jijik atau barangkali senang & suara-suara nakal mulai merajai pikiranmu. Bagaimana jika pria-pria menunjukkan kelaminya dimana-mana, di jalan, di kantor, di sekolah, di klub-klub malam. Kira-kira berapa banyak wanita yang langsung melakukan oral tepat saat itu juga?

 

Terlalu panjang, cukup! Aku akan menceritakan wanita kedua yang selalu memanggil namaku. Merintih minta tolong. Namanya Soul. Setidaknya itu katanya. Jiwa. Aku bingung, dia mengaku sebagai jiwaku tapi kenapa dia menghuni kepalaku. Aku mencoba mencari tahu. Dia wanita pendiam, tidak banyak bicara, warnanya paling terang diantara dua yang lain. Dia menangis setiap kali bersetubuh, dia tidak kuat menampung penis si Black yang terlalu besar untuk masuk mulut dan vaginanya. Sungguh kasihan. Dia dipaksa, terpaksa. Menunggu ada yang menolongnya.

 

Suara-suara dalam kepala bercampur membentuk irama, serupa tiang-tiang berjajaran yang diketuk seirama. Ada lubang dalam pikiranku. Aku harus mengisinya. Seperti puzzle, butuh pasangan yang pas untuk mengisi lubang-lubang kosong. Aku harus berusaha menemukan pasangan yang cocok. Itu sulit. Soul terus merintih minta tolong setiap malam, dia terdiam kala pagi hingga sore. Soul, wanita baik yang kasihan. Terbelenggu.

 

Suatu hari, aku tidak lagi mendengar suara soul. Aku bertanya pada Black dan Key yang sedang asik melakukan gaya women on top. Stop!! Jangan bertanya padaku apa itu. Kamu pasti paham. Jangan munafik, jangan membohongi apalagi membodohi diri sendiri. Kata Black, Soul telah mati, vaginanya robek, payudaranya kempes, jarum memenuhi tubuhnya. Key bilang, Soul wanita yang lemah tidak punya kekuatan sama sekali. Aku berkeringat mendengar itu, ada yang aneh, perlu aku cari tahu. Memahami suara-suara dalam kepala yang hilang entah kemana.

 

Black dan Key semakin parah. Suaranya tidak terkendali. Pusing aku dibuatnya, mereka pintar memanipulasi, pintar mempengaruhiku dalam mengambil keputusan. Mereka pintar, mereka cerdas. Tapi tidak punya attitude. Hina. Aku berusaha membunuh mereka berulang kali, namun tetap saja gagal. Ada apa ini. Siapa sebenarnya mereka?

 

Aku memejamkan mata. Menghiraukan suara-suara dalam kepala. Menutup semua pintu dan lubang dalam tubuhku. Hening dan tenang ada diantaraku. Mereka melindungi dengan keyakinan penuh. Sampai dalam satu titik aku menemukan Soul tergeletak tak berdaya pada lubang mataku. Matanya memerah, dalam kondisi telanjang, air matanya masih megalir begitu deras, seperti kelopak bunga yang terbawa arus sungai. Indah namun tidak terkendali.

 

Soul mulai merintih, suaranya pelan terdengar, meminta tolong. Aku menatapnya, air mataku mulai menetes. Ada wanita baik yang terbelenggu berada dalam pelukanku. Aku bertanya kenapa dia tidak menjawab, dia semakin erat memelukku. Aku tidak memikirkan hal-hal yang menghadirkan nafsu saat itu. Karena tidak ada gunanya ketika tubuhmu dikuasai nafsumu sendiri, apalagi dalam waktu yang tidak tepat.

 

Aku berdoa saat itu juga, memanggil nama tuhan untuk memberikan Soul pakaian untuk menutupi auratnya. Membersihkan tubuhnya juga menyembuhkan luka-lukanya. Suara Black dan Key muncul seketika itu, bersama permintaan yang datang begitu cepat. Tuhan memang baik. Aku menolak suara-suara dalam kepalaku. Aku melihat Black dan Key terbakar dengan api yang mengelilingi mereka. Mereka tidak merasa panas. Mereka tersenyum sampai api membakar habis tubuhnya. Black & Key hilang. Tapi, suaranya masih memanggil-manggil dalam kepala.

 

Keningku beradu, mengusir suara-suara itu. Soul melepaskan pelukannya. Menatapku yang merasa pusing, memegang kepala dan memukulnya keras. Suara-suara itu terus muncul, bertambah liar tiap detiknya. Soul mencoba menenangkanku, suaranya yang lembut memberiku intruksi untuk melawan suara itu. Katanya hanya dia dan suara hati yang mampu mengusir Black dan Soul.

 

Soul mencium keningku, suara Black pelan-pelan mulai menghilang tapi tidak sepenuhnya pergi. Hanya mengecil berganti dengan suara Key yang keras terdengar. Aku memeluk Soul, mencium keningnya. Suara Black benar-benar hilang setelahnya. Menyisakan suara Key yang terdengar seperti suara rintihan kesakitan. Soul menatapku dalam-dalam, seperti memintaku untuk mempercayainya. Aku mengangguk dan saat itu juga, dia mencium bibirku. Lembut tidak tergesa.

 

Jari-jari Soul menyentuh leherku, tangannya membungkusnya, menutupi setiap udara yang masuk. Aku memegang pinggangnya. Dalam ciuman itu dia sempat tersenyum, aku merasakan lekuk bibirnya. Lidahnya menyentuh gigiku, memintanya keluar dan ikut bermain, seperti seorang pegawai kebun binatang yang menjinakkan singa.  Lidah kita bersentuhan saling bertalut. Soul mengigit bibirku, setelahnya aku yang menggigit bibirnya. Jantungku dan Soul berdetak seirama. Aku tak mendengar lagi suara Key dalam kepala. Suara itu benar-benar hilang. Aku berhenti dalam permainanku dengan Soul.

 

Suara Key dan Black benar-benar hilang. Tanpa noda, tanpa bekas. Hanya ada aku dan Soul yang berdiri di depanku. Aku berterimakasih dengan tersenyum. Soul tersenyum, mengangguk dan mendekatiku... Tiba-tiba Soul melucuti pakaiannya. Aku menjauh, ada yang aneh. Soul tidak selembut dan semenenangkan sebelumnya. Dia terus mendekat, terus melucuti pakaiannya, aku terus mundur menjauh. Sampai pada ujung tebing yang dibawahnya mengalir arus yang sangat deras. Sekali lagi aku mundur, kematian siap menangkapku. Soul menggerak-gerakkan telunjuknya, memintaku untuk mendekatinya. Raut mukanya berubah, seperti seorang pelacur di lokalisasi.

 

Ada jurang yang sangat dalam tepat di belakangku, selangkah mundur artinya kematian. Soul terus mendekat, tubuh sepenuhnya telanjang. Haruskah aku maju? Aku harus mencari cara. Aku membuka bajuku, dinginnya udara menggetarkan bulu-bulu dada. Soul tersenyum, dia berhenti mendekatiku, telunjuknya masih memanggil-manggil. Penuh goda Soul menggerakkan lekuk tubuhnya seperti penari stripis dalam satu tiang pancang di klub malam.

Aku membuka celanaku. Telanjang serupa Soul.

 

Aku mendekatinya, tubuh kami bersentuhan. Penisku menempel pada vaginannya, payudaranya menyentuh bulu-bulu dadaku. Aku menciumi lehernya, dia merintih menatap langit-langit. Dalam kenikmatan Soul, tanpa kesadarannya, Kami berputar, berganti letak posisi. Kini, tepat di belakang Soul jurang siap memakannya. Aku melumat bibir Soul, keras, meronta seperti sepasang kekasih di Indekost saat malam minggu tiba. Tangannya meraba leherku yang jenjang. Aku menjambak rambutnya, lalu mulai menciumi dadanya hingga lembut menjilat puting yang memerah. Selangkah lagi. Selangkah lagi.

 

Aku mendorong Soul, setengah tubuhnya jatuh sebelum kakinya melingkarkannya pada kakiku. 

 

Tags

About The Author

Zahid Paningrome 37
Ordinary

Zahid Paningrome

Creative Writer
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel